Chapter Eight

12.5K 438 9
                                        

Tangan Daren kini masih sibuk mengurut tengkuk Naya. Karena Naya terus saja memuntahkan semua isi yang ada diperutnya.

"Kamu kenapa sayang?" tanya Daren. Tangannya yang masih setia mengurut tengkuk Naya.

"Aku gak tau. Huekkk.."

"Yesss...bunda bentar lagi nimang cucu." bunda Daren yang tiba-tiba datang dengan ucapan konyolnya itu. Ia berjalan mendekati Daren dan Naya.

Sedangkan Daren dan Naya kini terheran melihat aksi kocak bundanya itu. "Nay, ini bunda bawa testpack kamu cobain gih!" perintah bunda Daren sambil menyodorkan testpacknya kepada Naya.

Tangan mungil Naya terulur meraih testpack tersebut. Matanya menatap Daren, seolah berkata "Apa harus aku coba?" Daren yang menerima tatapan Naya hanya mengangguk lalu tersenyum.

"Yaudah ayok Daren kita tunggu diruang tamu."

Daren? Pria itu hanya patuh akan perintah sang bunda. Dan kini, Daren serta bunda Daren berjalan mendekati sofa ruang tamu.

***

Lima menit kemudian Naya datang dengan wajah yang sulit digambarkan. Tangan kanannya menggenggam testpack yang tadi sebagai alat percobaannya.

"Bun..."

"Naya, gimana?gimana?gimana?" bunda Daren langsung antusias dengan kehadiran Naya. Sedangkan Daren, ia hanya diam tak menentu.

"Positif"

"Tuhkan! Yaudah, bunda pamit pulang dulu ya. Bunda mau kasih tau ayah sama orang tua kamu. Jaga Naya, baik-baik ya Der. Assalamu'alaikum" pamit bunda Daren. Sepasang suami-istri saat ini, hanya menatap punggung sang bunda yang kian menjauh.

"Sayang, bener kamu hamil?" tanya Daren yang langsung berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati Naya.

"I...i..iya Der" Naya menjawab pertanyaan Daren dengan gugup. Ia takut jikalau Daren tidak suka dengan kehamilannya ini.

"Bener?"

"I..iya" Naya semakin gugup. Pasalnya, Daren bertanya dengan nada yang sangat tajam dan kini matanya menatap tajam Naya. Ia berjalan mendekati Naya. Nayapun takut akan tatapan Daren tersebut. Lalu ia berjalan mundur dengan Daren yang terus mendekatinya dengan tatapan membunuh.

'Dughhh...'

Tembok didinding rumahnya, membuat Naya tidak bisa bergerak lagi. Kini kedua tangan Daren mengurung tubuh mungil Naya. Kepalanya ia dekatkan kepada telinga Naya. Deruan nafas Daren, semakin membuat tubuh Naya semakin tegang. "Makasih banyak, sayang. Udah ngasih aku keturunan. Aku sangat menunggu akan bayi ini. Terima kasih." bisik Daren dengan nada serak.

'Cup...'

Bibir Daren langsung menyambar, bibir Naya. Naya yang menerima perlakuan Daren hanya diam dan pasrah. Detik kemudian Nayapun membalas permainan Daren.

Lima menit sudah Daren dan Naya berciuman. Kini Daren beralih mencium kedua pipi Naya dan keningnya.

"Makasih sayang" tubuh kokoh Daren, langsung memeluk erat tubuh Naya.

"Kamu gak akan, bunuh anak ini kan? Soal perjanjian-"

"Ssssttt...gak usah bahas itu! Aku akan segera mengurus surat cerai aku dengan Kenara" bisik Daren dengan nada sensualnya tepat ditelinga Naya.

"Janji?"

"Janji sayang."

***

Dua hari kemudian~

Daren akan mengunjungi Kenara dipenjara. Ia akan memberikan surat cerainya itu kepada Kenara untuk ditanda tangani. Agar urusan Daren dan Kenara akan berakhir saat itu juga.

REGRET [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang