Chapter 13 Surat untuk Tante Tatiana Suhardi

250 6 4
                                    

Lexa mulai sedikit sedikit membuka pertahanan hatinya. Dan akupun mulai merasa dicintainya dengan cara unik. Cara cara yang tak biasa. Dia mulai menelepon duluan walaupun alibinya menanyakan pekerjaan terlebih dahulu. Tidak pernah mengungkapkan hatinya secara lisan dan terbuka tapi dengan sikap dan perlakuan. Aku terima terima saja, karena rasanya dia persis seperti Ken Yorindra sebelum bertemu Ureka.

Julian, sahabat terbaikku saat ini mulai heran dengan perubahanku. Mulai dengan kebiasaan mandi malam yang tak pernah aku lakukan sebelumnya sampai pada penolakan penolakanku dari ajakannya untuk sekedar makan malam diluar. Aku lebih suka menelepon Lexa menghabiskan malam-malamku di kosan berhantu di Karawang dibandingkan apapun ajakan julian.

Julian adalah seorang klien yang berubah menjadi seorang sahabat. Kita tidak pernah lagi membicarakan bisnis. Julian tahu apa yang harus dia lakukan untuk menjaga pelimpahan order ke perusahaanku tanpa aku minta lagi. Dia mengakui pada akhirnya bahwa apa yang dia prediksi sebelumnya adalah kesalahan total.

"Gila lu ya sekarang. Gw ngaku kalah deh dengan prediksi gw"

"Haha. Iya lah ini gw dah bolak balik Jakarta dan deket dengan Lexa udah 4 bulan pay"

"Iya, gw kira kayak yang sebelumnya. Udah 2 bulan selesai pay"

"Kan gw dah bilang dari awal. Lexa berbeda. Dia itu tipe unconditional gw pay. Jadi ga akan seperti prediksi elu"

Panggilan pay sebenarnya berasal dari kata tupai. Kita berdua memang begitu sering dinas di luar kota. Bentar bentar ada di Jakarta. Trus tiba tiba ada di Cirebon. Besoknya di Lampung trus berakhir di Bandung. Iya seperti tupai. Loncat sana sini. Julian, seorang yang berumur mid 30 an tapi bertampang 25 tahunan. Seorang dari ras yang sama dengan Lexa. Tidak begitu tinggi, berperawakan kurus tipis tapi kantong tebal.

"Trus, lu yakin akan terus lanjut dan serius sementara lu tahu ini akan sulit pay?"

"Nah, itu dipikirkan belakangan aja pay. Urusan hasil adanya di tuhan, bukan di gw, lu atau ditangan mang Dadang. Hehe"

"Sebenarnya pay, lu cuma punya satu cara kalau lu mau nikah sama Lexa pay. Tidak ada cara lain dan ini cara yang paling jitu"

"Apa tuh pay?"

"Orang chiness itu akan malu kalau anaknya hamil diluar nikah pay. Pasti dinikahin dulu kalaupun tidak setuju diceraikan belakangan pay"

"HAHAHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHHAHA. Pay pay... Gila lu pay. Solusi paling aneh yang pernah gw terima dari elu"

"Ga pay, ini solusi paling jitu. Gw orang chiness pay jadi gw yang lebih tahu"

"HAHAHAHHA, ini semakin kocak aja. Lu harusnya melindungi orang sebangsa elu pay. Bukannya malah gini. Gw kalau ada orang yang lagi deket sama orang padang, gw ga bakal kasih solusi ini pada orangnya pay. HAHAHA"

"Bukan itu pay, ini lebih ke Humanity. Gw tahu lu bisa jagain dan bahagian dia. Bukan karena apa apa"

"Tetap aja pay. Ga bisaaa. Haha. Lu ga mikirin gimana hati mama Lexa. Gimana kecewanya Papanya Lexa. Dan perlu catet yaa. Gw sama Lexa cuma temenan tapi sampe sejauh yang lu pikirkan".

"Ah terserah lu lah pay, tapi tetap itu solusi paling jitu menurut gw"

Aku benar benar tak tahan dengan apa yang julian sarankan. Bagiku itu adalah suatu cara paling tidak boleh dilakukan dalam kondisi apapun. Lebih baik ditolak secara sadis daripada melukai hati orang-orang yang penting bagi pasangan anda. Tak tahan dengan kekocakan yang diciptakan Julian, aku langsung menceritakannya pada Lexa.

"HAHA. Si koko mah paraah!!! Beneran dia nyaranin gitu?"

"Iya, Xa. Kamu bisa tanya langsung sama si koko"

Alexa, Sebuah Cinta Beda KeyakinanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang