Chapter 14. Bunga Kertas untuk Alexandra Gabriella dari Julian Santoso

228 6 2
                                    

"Pay, jadi ga kita nonton stand up comedy final nih?" Julian menanyakan rencana yang aku tawarkan seminggu sebelumnya.

"Jadi pay, besok jam 2 kita udah berangkat ke jakarta ya. Mau ke Slipi dulu"

"Lexa jadi ikut kan?"

"Jadi dong. Tapi kok elu yang lebih bersemangat ketemu Lexa dibandingkan gw ya"

"Haha. Ga papa pay. Gw ajak nandang buat nemenin dan gantian nyetir"

"Okey"

Dan melajulah kita ke Jakarta lagi. Dan seperti rutinitas, selalu ada macet di Bekasi Barat. Harap maklum aja, mungkin planet lain punya aturan yang berbeda. Dari sejak saat itu Nandang dan Julian bersemangat untuk mendengarkan cerita gw sama Lexa. Akan selalu ada sisi perempuan di setiap laki-laki. Dan inilah saatnya bagi mereka berdua mengalami fase ini.

"Iya pay, kali ini berbeda. Gw sampai bikin surat untuk mamanya Lexa. Namanya surat untuk tante Tatiana Sukardi. Ini akan jadi satu chapter di novel gw pay"

"Nama gw ada ga di novel lu pay?" tanya nandang berharap.

"Ada pay. Perjalanan ini akan jadi satu chapter juga di novel gw pay. Tenang aja, kalo jadi film, lu sendiri yang meranin diri lu yang lagi nyetir"

"Sueeee, tar gw dikira cuma supir lu di film itu"

"Haha. Nama lu juga ada pay. Lebih banyak daripada Nandang. Lu akan ge bahas pada chapter strategi menghamili"

"Haha, siyal lu pay. Jangan jangan lu dah cerita juga ke Lexa mengenai saran gw"

"Udah pay. Dan Lexa bilang siyaal si koko"

"Haha. Kenapa lu ceritain pay. Gw jadi ga punya muka ketemu Lexa ini"

"Salah lu sendiri pay. Haha"

Dan mereka kemudian memintaku untuk membaca surat untuk tante Taniana tadi. Mereka tertawa. Tak pernah disangka cara nya seorang sahabatnya Ken Yorinda sekocak itu atau lebih tepatnya seaneh itu. Dan kemudian mereka menawarkan diri untuk membantu.

"Lu dah beli bunga belom?"

"Kemaren di Bandung dan gw beli pay. Tapi dah layu"

"Nah, ndang coba lu keluar tol cari bunga dulu"

"Ga usah pay. Gw dah beli dark coklat buat Lexa dan Kit kat buat Renata"

"Bunganya?"

"Udah. Bunganya udah gw gambar. Nih lihat sendiri"

Aku membuat gambar bunga kelas anak SD di sebuah kertas. Di bawah bunga itu tertulis.

Dear Lexa, bunga yang aku beli di Bandung sudah layu. Ini aku gantikan dengan gambar bunga matahari. Bunga yang paling gampang di gambar.

Dibawahnya aku gambar sebuah foto anak kecil yang sedang berteduh dibawah pohon pisang. Pohon yang paling gampang di gambar. Dibawa gambar anak kecil itu aku namai dengan nama Alexa.

Mama, ini alexa. Jangan tahan tahan Lexa lahir ke dunia ya.

Disamping kanan aku gambar seorang anak kecil laki laki yang berlindung dibawah pohon cemara. Lagi lagi pohon yang paling gampang di gambar. Ku namai dengan Mikaela.

Udah lah ma, terima aja lah papa. Biar mikaela bisa lahir dan menghirup dunia.

Seketika, Julian dan Nandang terbahak bahak melihat gambar dari kertas itu.

"Ngakak bener sih lu pay. Gambar lu kayak anak SD"

"Kelemahan gw disana pay. Dari kecil gw ga bakat gambar. Esensinya bukan disana tapi di usahanya pay"

"Ah lu bisa aja. Lu ada duit 10 rb 4 ga?

"Ada nih, kenapa?"

"Karena ga ada kertas di mobil lu, gw mau buat Bunga dari duit"

Seketika julian mengeluarkan kemampuannya untuk origami. Dan boom jadilah sebuah bunga yang jelek dari 4 duit 10 rb.

Sesampainya di HO. Aku bergegas menuju meja Lexa. Dari kejauhan, Lexa lagi sibuk on the phone. Sementara Renata disebelahnya sedang santai. Kuhampiri Renata terlebih dahulu.

"Ta. Ini kitkat buat kamu ya"

"Silverqueennya dong mau pak Ken"

"Silverqueen 2 ini cuma buat Lexa. Kamu jangan makan ya. Kamu cukup kitkat aja"

"Ah curang pilih kasih"

"Haha. Biarin. Lexaaa!!" aku memanggil Lexa yang masih fokus menelepon.

Aku hampiri dia dan coba menganggu fokusnya. Namun efek aqua yang dia minum sebelumnya tidak menggoyahkan fokusnya pada orang yang dia ajak ngobrol di telp. Kuputuskan untuk meletakkan surat bergambar itu si mejanya dan kemudian aku berlalu menemuin atasan langsungku.

Singkat cerita. Ketika pulang, Lexa dan Mbak tia menghampiri mobilku untuk menuju Plaza Semanggi untuk nonton stand up comedy grand final. Walaupun kami telat pada akhirnya dan gagal masuk karena full.

"Ini aku kembaliin duit 40 rbnya"

"Lah ko udah ga berbentuk bunga lagi?"

"Iya aku potong potong. Masa bikin bunga dari duit. Haha"

"Ya, darurat Xa. Haha. Itu si julian yang bikin ko. Bukan aku"

"Haha. Aneh sih si koko. Bikinnya dari duit 10 rbuan. 100 rbuan dong"

"Udah untung gw kasih Xa. Masih aja protes. Lu ga tahu bikinnya susah pas mobil lagi jalan?" Julian protes

"Oh ya, Xa. Ini surat buat tante tatiana"

Kusodorkan sebuah amplop yang sudah siap kirim berisi surat yang aku emailkan padanya beberapa hari yang lalu.

"Haaa? Kirain becanda. Ini beneran pak Ken mau kirim?"

"Iya. Udah mau berangkat ke JNE tuh aku kemaren kalo ga kamu ancam"

"Hahaha. Aku ga nyangka loh. Aku kira cuma bercanda"

"Ya udah aku bawa lagi, tar aku kirim dari Karawang"

"Haha. Jangaaaaan.... Tar aku aja yang kasih kalau si mama sudah baca novel nya pak Ken"

"Haha. Beneran ya? Bilang sama mama seharusnya mama terima ini di tgl 22 mei ya"

"Iya siap"

Dan kita berpisah di hari ini. Julian dan Nandang dalam perjalanan pulang seperti supir 1 dan supir 2. Tidak mau diajak ngobrol dan memberikan semua privacy ke meja baris 2.

Alexa, Sebuah Cinta Beda KeyakinanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang