Chapter 12. You Dont Know What You've Got Till Its Gone

323 8 0
                                    

Aku membuat kesalahan pertama. Lexa memang pribadi yang mengutamakan privacy diatas segalanya. Dia keberatan ketika aku bercerita pada pak Salim pada bagian bagian tertentu yang sebenarnya tidak berhak aku ceritakan. Hari itu kelabu, hari yang tidak mengenakkan.

"Aku jadi takut cerita sama pak Ken. Kebablasan gini. Dan aku ga suka pak ken bahas personal life aku sama siapapun, dan 2 hal yang seharusnya diomongin dengan siapapun kecuali aku yang cerita"

Sebuah permintaan maaf tidak serta merta Lexa terima. Aku sadar juga bahwa aku salah dibeberapa hal. Ada yang harus aku omongkan dan ada yang tidak aku ceritakan. Biasanya skill ini masih bisa aku ingat tapi tidak kali ini, namanya juga manusia. Malam baru dia bisa melupakannya dan memaafkan, tapi pasti kedepannya akan berbeda. sangat berbeda. Itulah konsekuensi yang harus aku terima.

Besoknya, kembali seperti biasa. Komunikasi tidak putus. Jalan seperti biasa. Tapi sebagai laki laki aku merasa tidak bisa menyelesaikan masalah lewat telpon atau chating. Kuputuskan untuk mendatanginya. Tapi tanpa sepengetahuannya. Sekalian ada beberapa memo dan claim yang memang harus aku anter ke HO walaupun sebenarnya bisa lewat email.

"Mbak Bella, saya ke Jakarta ya. Jam 4 an sampai antar claim sama memo"

"Okey. Semakin cepat semakin baik. Pak ken emang orang yang paling lalai dalam klaim klaiman. Hehe"

Dengan rute yang sama di sore hari. Bekasi adalah titik pertama kemacetan yang tersendat. Tapi yang paling parah adalah ketika harus keluar tol Slipi. Jadwal jam 4 ngaret jadi 1 jam lebih lama. Skenario jadi berantakan. Jam 4.50 aku terpaksa nelpon Lexa agar dia tidak pulang dahulu.

"Xa, Kamu pulang bareng aku ya. Aku dah sampai KS Tubun"

"Haa? Okey"

"Aku jemput di tempat biasa kalo kamu dah siap"

"Oke"

Dalam waktu tunggu itu. Aku bikin sebuah surat. Semacam bentuk permintaan maaf.

Dear lexa...
Hari ini aku datang lagi ke mejamu. Aku yakin pak Charlees tidak suka dengan apa yang dia lihat. Mungkin pak Charles lagi menggerutu melihatku. Tapi biarlah kalo itu resiko mencintaimu..

Kemaren aku membuat kesalahan fatal. Mungkin bisa kamu maafkan. Tapi rasanya akan ada perbedaan kedepannya. Aku terima konsekuensi dari kesalahanku. Tapi apalah, Aku cuma manusia. Yang terkadang khilaf.

Dear Lexa..
2 hari kemaren aku galau. Entah kenapa dan tak tahu kenapa. Rasanya keinginan untuk memilikimu di 2 hari itu begitu tinggi. Tinggi sekali setinggi menara FIF simatupang. Dan bodohnya aku tidak bisa memanage lagi perasaanku. Tapi hari ini akan kuakhiri. Aku terima apa yang kamu tawarkan. Sebuah persahabatan. Sepertinya itu lebih baik untuk kita saat ini.

Terlampir ttdku.. Disetujui oleh pak Salim yang aku ciplak ttdnya dan diketahui oleh pak Trisno... Hehe.

Btw.. IDLYUAGC

Selesai menulis surat itu. Aku berubah pikiran. Sebaiknya aku berikan ketika pertemuan itu berakhir di malam hari. Lexa datang dengan baju biru dan rok putih. Aku tidak memperhatikan apa yg menarik pada dia pada hari itu. Perasaan bersalah dan tidak enak terlalu menghantuiku pada hari itu.

Aku ajak dia ke Gramedia di Mall Taman Anggrek. Di perjalanan, ku sodorkan surat yang aku tuliskan khusus untuknya

"Ini surat buat kamu Xa. Tapi jangan dibuka sekarang. Bukanya pas kmu dah sampai rumah aja ya"

"Surat apa ini, pak Ken?"

"Baca aja tar ya"

"Aku buka sekarang yaaa" candanya.

Alexa, Sebuah Cinta Beda KeyakinanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang