A/N: This is one shot for Sasha, thanks for your request, sha. I hope, you’ll like it ;3
*
“Aku menyukaimu. Kau harus tahu itu, Niall.” Angin berhembus seteleh aku mengucapkan hal itu. Wajahku tertunduk setelah mengatakan hal tadi. Dia terdiam, tak membalas ucapanku. Aku mengutuk diriku sendiri mengapa aku bisa sangat nekat mengatakan hal seperti itu. Padahal aku sudah tahu bahwa Ia—Niall Horan; telah memiliki seorang kekasih.
Niall masih terdiam, Ia duduk disampingku sembari menatap lapangan basket didepannya. Sekolah sudah sepi, dan juga hampir senja sekarang. Aku memang sengaja tidak pulang karena tahu bahwa Niall akan berlatih sore ini. Aku menggerutu dalam hati karena aku tahu ini hal yang memalukan. Aku tahu itu. Namun bagaimana lagi? Aku memang menyukainya. Huft.
“Maaf aku telah mengganggu waktumu, Niall. Maaf kata-kataku menganggu dirimu, lupakan saja tentang hal tadi. Anggap saja ucapanku tadi itu tidak ada. Sekali lagi aku minta maaf.” Saat aku hendak beranjak dari dudukku. Aku mendengar Niall mengeluarkan suara. Jantungku berdetak tak menentu, aku takut Ia akan membenciku setelah aku mengucapkan hal tadi. Ah, Sasha bodoh!
Namun kata-kata Niall sungguh diluar dugaanku. “Kenapa kau menyukaiku? Dan mengapa kau minta maaf padaku? Kau tidak punya salah padaku.” Aku ingin tersenyum mendengarnya. Namun tidak bisa, akhirnya senyuman pun terulas dibibirku. Aku kira Ia tidak akan bicara padaku lagi setelah aku berkata hal itu. Aku kira dia akan mengabaikanku. Malahan, yang paling menakutkan adalah Ia akan membenciku.
Ternyata aku salah.
Masalahnya, aku pernah sekali sebelumnya melakukan hal ini pada orang lain. Ya, mengungkapkan perasaanku pada pria yang kusuka. Namun, Ia malah mengabaikanku. Dan paling parahnya, Ia sama sekali tidak menjawab ucapanku waktu itu.
Persetan dengannya.
“Aku tahu, kau menyukaiku sejak kita masih kelas sebelas, bukan? Saat kita satu kelas.” Niall kembali berucap. Mataku membulat mendengarnya. Bagaimana Ia tahu?! Darimana dia tahu?! Ini gila!
Ya tuhan.
“Kau tahu darimana?” Tanyaku sedikit bergetar. Aku menggigit bibir bagian bawahku. Niall menolehkan wajahnya dan tersenyum. Sedangkan aku dengan segera menundukan kepalaku. Menyembunyikan semburat merah diwajahku ini.
Ya tuhan, mengapa kau menciptakan senyum indah dan diberikan padanya? Pada dia, orang yang aku sukai?
Kau harus tahu, aku seakan meleleh sekarang. Wajahku memanas, dan jantungku berdebar tak menentu. Oh, bisakah kau tolong aku sekarang?!
“Aku tidak tahu mengapa aku menyukaimu. Yang aku tahu sekarang hanyalah, aku menyukaimu. Itu saja.” Balasku. Niall memandangku, aku menghindari kontak mata dengan Niall, dan segera mengambil tasku. “Aku pulang dulu, ya. Sampai jumpa, Niall.” Aku segera beranjak dari sana dan berlari meninggalkan Niall yang masih terduduk disana. Ah, mengapa aku tidak sopan sekali tadi?!
Aku harus minta maaf besok. Harus.
Bodoh.
*
“Kau tahu, Jane? Kemarin aku menyatakan perasaanku pada Niall.” Bisikku pada Jane—teman semejaku, tanpa bisa menyembunyikan keceriaan yang tertampang diwajahku sekarang ini.
Jane memandangku dengan pandangan cerianya juga, “Wah! Selamat, ya, Sasha! Lalu bagaimana?” Tanya Jane penasaran.
“Ya, cuma seperti itu saja sih. Tidak ada yang spesial. Namun yang harus kau tahu, Niall tersenyum padaku! Uh, senyumnya itu~ aku saja hampir meleleh melihatnya.” Ucapku sembari mengingat-ingat hal kemarin sore.
Jane memutar bola matanya. “Kau sangat berlebihan, Sha.” Ia berdecak, “Sekarang dapat dibedakan bukan, mana yang sombong, mana yang tidak.” Jane tersenyum sinis. Ya, Jane memang tahu sebelumnya aku juga pernah menyatakan perasaanku pada seseorang. Cih, dia sangat somobong. Jane pun tidak suka saat dia tahu bahwa aku menyukai pria berengsek itu.
“Ya, ya, kau benar. Tapi kemarin aku meninggalkannya begitu saja. Padahal percakapan kami sama sekali belum selesai.” Aku mengerucutkan bibirku mengingat kebodohkanku kemarin. “Tapi aku akan minta maaf padanya sore ini.”
“Semoga berhasil, ya.” Jane tersenyum sembari menyemangatiku. Aku hanya mengangguk, “Nanti cerita lagi, ya. Kebahagiaan jangan dipendam sendiri.”
*
Aku duduk dipinggiran lapangan basket. Menunggu Niall datang. Namun, Ia sama sekali belum datang, aku sudah menunggunya hampir satu jam disini, kau tahu?! Lama-lama aku berjamur juga duduk disini. Aku melirik arlojiku yang telah menunjukan pukul empat sore. Dan Niall tak kunjung datang juga?
Mungkin Niall marah karena aku kemarin tiba-tiba saja meninggalkannya?
Mungkin Niall tidak mau bertemu denganku karena aku menyatakan hal itu kemarin?
Mungkin Niall kesal padaku karena aku tidak sopan padanya?
Aku mendesah mengutuki diriku sendiri, takut akan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Aku langsung mengambil ponsel yang berada ditasku. Dan mengetikan pesan singkat disana.
To: Niall Horan
Aku minta maaf, karena kata-kataku kemarin membuatmu kesal padaku. Aku minta maaf, jika kau marah karena aku meninggalkanmu begitu saja kemarin. Maaf. Kau tenang saja, aku tidak akan mengganggumu lagi, kok. Aku pastikan, kau tidak akan melihat wajahku lagi.
—Sasha.
Terimakasih saja kau telah baik padaku kemarin, Niall. Terimakasih saja kau telah memberikanku senyuman manismu padaku kemarin, Niall. Seharusnya aku tahu , bahwa aku memang tidak pantas. Setidaknya, kau tidak seberengsek dia.
Aku menghela nafas lalu mengahapus kontak Niall dari ponselku, dan beranjak pergi. Namun, baru beberapa langkah aku berjalan. Aku mendengar suara Harry—teman Niall, berbicara dengan Demi—kekasih Niall. Mereka membicarakan Niall. Aku menajamkan pendengaranku saat Harry mengucapkan sesuatu.
“Niall tidak latihan hari ini, Dem. Ia harus pulang karena ada urusan keluarga katanya.” Aku menggigit bibir bagian bawahku. Jadi?
Ya tuhan! Jadi aku salah paham tentang Niall?! Dia tidak latihan basket bukan karena tidak mau menemuiku lagi, tapi Ia ada urusan keluarga?
Persetan dengan salah paham.
Sial. Aku sudah menghapus nomer Niall dari ponselku, lagi! Padahal aku mendapatkannya dulu dengan kerja keras dan usaha yang tidak bisa dibilang mudah. Sulit sekali, kau tahu! Sialan.
Aku masih terdiam, mendengar balasan Demi, “Oh begitu, ya? Padahal ponsel Niall masih ada padaku.”
APA!?
*
A/N: maaf ya, sha, kalo beda sama yang diharepin hahaha .___.v maaf juga kalo jelek, maaf juga kalo gantung—emang gini konsepnya.___. Maaf teteh gue numpang jadi cameo disini (baca: Demi) wks._.v maaf juga kalo aneh, maaf juga kalo sasha engga suka (_ _”)
Pokoknya minta maaf deh, ya u,u
Tapi berharap kalo sasha suka sama ini~~
Makasih ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Memories
Fanfic[One-shot request. But, I close this request for a while.] Just an empty memories. Someday, they'll disappears.