Chapter 3

88 11 7
                                    

Mike' POV

Libur kenaikan kelas akhirnya datang ke ayahnya. Betapa terharunya diriku ini.

tinunet...

tinunet...

tinunet...

Wihh ada panggilan jiwa dari orang sakit jiwa nih. Angkat gak yah.

"Halo?"

"Halo? Mike?"

"Nape njing?"

"Lu dimana?"

"Dimana-mana hatiku sedih"

"Seriusan bangke"

"Di istana, nape?"

"Gue ama Cliff kesana yak"

"Eeeee..."

"Jangan eek. Buka pintu rumah lo. Kita udah didepan nih"

"Buset. Dibilang iya aja belom njir"

"Udah cepetan. Pulsa gue sekarat nih. Udahya"

tut....tut...tut...


"Widih si Bian kampret. Main mutusin telpon. Gue putusin anu nya baru tau rasa tu kambing." omelku.

Akupun membuka pintu istanaku.

yang bener aja. rumah bukan istana oy!

Author bising! Diem aja! Suka2 gue, thor.

"Wehwehh.. belum salam udah main cuek ya sama papa."

"Mike gila." ujar Cliff.

"Mike gila dalam kurung dua." ujar Bian mengikuti Cliff.

"Wey tahik. Ini istana gue. Ngapain buka kulkas. Gak ada makanan."

"Istana kok gaada makanan. Tahik."

udah dibilang bukan istana oy-_-

Udah dibilang suka2 gue gimana sih author. Rumahku. Istanaku.

"Njingers." kata Bian.

"Njingers paan hik?" tanyaku.

"Para anjing."

"Widih gue sunat lu sekarang ye" ucap Cliff.

"Jangan dong. Mau dipanjangin gini. Udah gue pelihara. Dipakein sampo metal lagi biar cepet panjang." celetus Bian sambil menatap anunya.

"Ngga di lebarin biar gede?" kata gue.

"Sakit jiwa ya lu berdua?" kata Cliff dengan wajah jijiknya.

"Kayak lu ngga punya aja."

"Emang gak punya dia mah."

"Setan lu berdua."

Kita bertiga mulai asik sendiri dengan handphone masing-masing.

Our Feelings Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang