Find the other cast too. Happy reading my new series!
***
"SUDAH KUBILANG JANGAN MENYETIR DULU!"
Secepat kilat Hyunjung melepas wireless earphone-nya, kemudian dibanting ke kursi penumpang samping kanannya. Hyunjung menatap benda mungil itu dengan tatapan horor, seolah ada sesosok hantu yang baru saja keluar dari alat dengar tersebut.
Sebenarnya bukan hantu, melainkan Park Jimin. Melalui sambungan telepon, rekan kerja sekaligus sahabat dari perempuan berusia seperempat abad tersebut terus saja mengomel, menyalahkan keinginannya untuk tetap masuk kerja padahal sudah diberitahu untuk istirahat selama beberapa hari hingga keadaannya pulih.
Omelan Jimin semakin menjadi, bahkan sampai berteriak ketika Hyunjung keceplosan bicara jika dirinya menyetir mobil sendiri. Padahal lengannya masih terbalut perban yang cukup tebal. Luka di baliknya cukup parah. Ada goresan senjata tajam sepanjang lima belas senti yang diperoleh melalui perkelahian hebat dengan perampok bank dua hari yang lalu.
Hyunjung sendiri terlalu keras kepala dan tidak mau terlalu lama terlihat sakit. Ia sadar jika terluka seperti itu sudah menjadi bagian dari resiko pekerjaannya sebagai detektif kejahatan. Maka setelah merasa tubuhnya cukup pulih dan tidak terasa lemas lagi, Hyunjung memutuskan untuk keluar rumah sakit dengan janji akan istirahat sepenuhnya di rumah untuk pemulihan. Tapi bukan Hyunjung jika dapat berdiam diri di rumah tanpa melakukan apa pun dalam kurun waktu yang lama.
Hyunjung meraih kembali earphone tersebut dan dipasang ke telinga kanannya. Omelan Jimin siap ia dengarkan kembali.
"Tanganku yang satunya baik-baik saja, Jimin. Lagipula jalanan sedang macet. Aku menyetir pelan-pelan dan akan sampai dengan selamat. Oke?"
Tak bisa ditahan senyum geli saat desahan keras Jimin melesak ke indera pendengarannya. Desahan berbau rasa menyerah. Desahan berbau rasa mengerti, jika sampai kapan pun Hyunjung akan tetap keras kepala kalau sudah ingin melakukan sesuatu.
"Sampailah dengan selamat, atau aku akan memborgolmu supaya kau tidak kabur," pungkas Jimin sebelum memutus sambungan telepon mereka.
***
"Ya ... semoga saja Oppa tidak dipecat di hari pertamamu bekerja."
Duduk dengan kaki diangkat ke atas sofa, menonton tayangan berita olahraga di televisi. Sambil makan bibimbab buatannya sendiri, Yoonra mendoakan kakak laki-lakinya yang kini sedang mondar-mandir dari pintu apartemennya, lalu ke kamar untuk mengambil barang yang tertinggal.
Terhitung sudah lima kali bolak-balik, Yoongi--nama kakak laki-laki Yoonra--akhirnya benar-benar memakai sepatu pantofel yang dibelikan ibunya kemarin sebagai hadiah karena dirinya diterima menjadi salah satu pengacara publik di kantor Pengadilan Negeri Seoul.
"Oppa, pulang nanti jangan lupa dengan kencan butamu. Ibu akan mengomel padaku kalau Oppa tidak datang lagi."
Yoonra menyampaikan pesan yang ditinggalkan ibunya sebelum beliau pergi ke Stasiun Seoul. Wanita yang usianya sudah setengah abad tersebut akan pergi ke kampung halamannya, Daegu untuk menjenguk adik perempuannya yang habis melakukan operasi pengangkatan tumor.
"Bilang saja aku sibuk. Ibu pulang lusa, 'kan?"
Sejak awal, Yoongi tidak pernah suka dengan kencan buta yang direncanakan ibunya. Ia baru dua puluh tujuh tahun, tapi ibunya mencarikan jodoh seolah Yoongi bujang lapuk yang usianya sudah hampir menyentuh kepala empat.
"Tapi Ibu akan tetap mengawasimu. Oppa tahu Ibu akan selalu menjodohkanmu dengan anak temannya."
Yoongi selesai memakai sepatunya. "Pokoknya aku sibuk. Bilang saja begitu kalau Ibu tanya." Yoongi menyambar tas punggung miliknya. "Kau juga jangan lupa kuliahmu jam satu nanti. Awas saja kalau membolos lagi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Past Future [Complete]
FanfictionTakdir memang tidak bisa dilawan. Dan takdir itulah yang kini melibatkan Hyunjung, Jaewon, dan Yoongi karena satu kasus besar yang tengah ditangani oleh tim detektif Hyunjung. Tidak ada yang akan tahu bagaimana akhirnya, namun dengan bekal apa yang...