2. Your Number

2.9K 387 60
                                    

"Enaknya ...."

Hoseok tersenyum geli melihat tingkah pemuda yang duduk berseberangan dengannya di kedai sup ayam dekat kantor Kepolisian Seoul, Park Jimin. Kebetulan dua lelaki tersebut sedang memiliki cukup waktu luang dan menyempatkan untuk makan malam bersama.

Keduanya tampak menikmati sup ayam yang mereka pesan. Mereka bahkan lupa kapan terakhir kali menikmati menu favorit para polisi yang berdinas di Kepolisian Seoul tersebut. Jimin yang sedang disibukkan dengan kasus perampokan bank minggu lalu dan Hoseok juga selalu berkutat di UGD rumah sakit. Keseharian lebih sering makan makanan cepat saji untuk menghemat waktu.

"Hyunjung akan mengamuk kalau tahu kita makan tanpa dirinya," ujar Jimin yang mengundang tawa ringan dari Hoseok. Saat ada waktu luang, mereka memang sering makan bertiga, tanpa kurang satu orang pun.

"Kapan cutinya berakhir? Hyunjung diam saja selama ini, jadi kurasa dia sudah gatal dan akan datang lebih pagi nanti."

"Besok Hyunjung sudah bisa masuk," jawab Jimin. "Tapi diam apanya? Hyunjung memang mau di rumah untuk pemulihan lukanya. Tapi setiap hari meneleponku dan menanyakan perkembangan kasus. Apakah orang-orang yang dilihatnya sudah ditangkap atau belum, semua ditanyakan. Libur membuatnya berkali-kali lipat lebih cerewet dari biasanya."

"Memang pelakunya sudah ditangkap atau belum? Hyunjung bilang dia melihat semua wajah mereka."

"Baru tadi pagi kami mendapatkan surat perintah penahanan dari kejaksaan. Saat kau mengajakku makan tadi, aku baru selesai melakukan pengejaran pada mereka. Hampir seluruh wilayah Gyeonggi kami telusuri untuk menangkap mereka."

Hoseok bertepuk tangan ringan mendengar cerita Jimin. Menjadi polisi, terlebih yang sudah sampai pada tingkat detektif ternyata sulit juga. Mereka harus mencari, menemukan, dan menangkap pelaku kriminal yang meresahkan masyarakat. Mereka juga mengemban tugas untuk melindungi, melayani serta mengayomi masyarakat. Sulit sekali.

"Untung saja mereka menganggap remeh Hyunjung dan membuka topeng." Jimin melanjutkan ceritanya. "Tidak tahu saja jika kemampuan berkelahinya tidak kalah dengan iljin sekolah. Walau belum bisa mengalahkanku," pungkas Jimin dengan sedikit kesombongan.

"Memang salah besar kalau meremehkan seorang Yoon Hyunjung."

Mereka melanjutkan makan malam mereka, menyudahi pembicaraan tentang betapa hebatnya sahabat perempuan yang mereka punya. Jika Hyunjung tahu, bisa besar kepala ia. Sebab mereka memang bukan sahabat yang suka melontarkan pujian satu sama lain.

"Aku masih bekerja, Yoonra. Bilang saja pada Ibu untuk membatalkannya. Oke? Kututup!"

Suara seseorang itu cukup nyaring berhasil menyita perhatian hampir seluruh pengunjung kedai, termasuk Jimin dan Hoseok. Namun setelah perbincangan melalui sambungan telepon tersebut berakhir, semua kembali ke fokus mereka pada sup ayam lezat di meja masing-masing. Kecuali Jimin, yang masih enggan mengalihkan perhatiannya dari lelaki tersebut. Polisi muda itu merasa tak asing dengan sosok berkemeja biru itu.

"Bukankah itu Min Yoongi?" gumam Jimin.

"Min Yoongi siapa?" Hoseok tidak pernah mendengar nama itu sebelumnya.

"Min Yoongi?" panggil Jimin ragu seraya mengangkat tangannya. Ingatan Jimin tidak salah. Lelaki yang dimaksud menoleh, menandakan jika namanya sesuai dengan yang Jimin panggilkan, Min Yoongi.

"Kau polisi itu, 'kan?" Sama dengan Jimin, Yoongi juga ingat pada polisi yang dilihatnya minggu lalu di kantor Kepolisian Seoul, ketika ia mengembalikan kartu identitas Hyunjung dan diminta mengantar perempuan itu pulang.

Jimin mengiyakan dengan anggukan, lalu menggeser duduknya. "Sini! Bergabung saja dengan kami," tawar Jimin yang disetujui oleh Yoongi. Walau tidak dekat, tapi bukan masalah jika makan bersama daripada makan sendirian.

Past Future [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang