3. Find Him?

2.2K 304 30
                                    

"Astaga, Hyun! Gajiku sebulan bisa habis kalau kau makan sebanyak ini."

Sebelum pergi ke kedai penjual segala makanan Korea yang berada tidak jauh dari rumah sakit tempat Hoseok bekerja, ketiganya melakukan permainan kecil. Bermain batu, kertas, gunting, ketiga bersahabat itu mempertaruhkan nasib isi dompet mereka. Siapa yang kalah, dia yang traktir. Dan kali ini, Jimin yang harus merasakan kesialannya.

Sebenarnya tidak jadi masalah jika porsi makan mereka normal. Hoseok normal, kok, makannya. Tapi Hyunjung? Bayi baru lahir pun tahu jika porsi makannya tidaklah normal. Satu gulung kimbab, dua porsi tteokpokki, satu sup makarel, sup ayam, odeng lima tusuk. Porsi untuk sepuluh orang bisa masuk pada perut mungil perempuan itu.

Ah! Jangan lupakan soju yang pasti takkan cukup satu botol. Setelah ini, mungkin Jimin akan makan ramen terus sampai tanggal gajian berikutnya, karena uang jatah makan sampai saat itu tiba akan terkuras malam ini.

"Ini pembalasan," kata Hyunjung dengan mulut penuh. Ia baru makan satu tusuk odeng dalam satu suapan. "Kalian pikir aku tidak tahu kalau minggu lalu kalian makan sup ayam dekat kantor tanpa aku?"

"Jangan bilang ajakan bermain batu, kertas dan gunting tadi sudah kau rencanakan untuk balas dendam ini?" tebak Hoseok.

Hyunjung mengangguk jujur. "Aku selalu punya kemungkinan menang paling besar dalam permainan itu. Kalaupun aku kalah, porsi makan kalian takkan membuatku bangkrut."

"Ya, dan sekarang aku yang bangkrut. Sial!" gerutu Jimin penuh kekesalan, namun disambut seringai penuh kemenangan dari Hyunjung.

Rasakan! Siapa suruh makan bersama tidak mengajaknya?

"Tapi tahu dari mana kalau minggu lalu kami makan sup ayam dekat kantor kalian?" Hoseok penasaran. Tak satu pun dari rekan polisi yang kemarin juga makan di sana yang tahu kebiasaan ketiganya yang harus makan bertiga, tanpa kurang satu pun. Jadi tidak bisa ditebak siapa yang sudah mengadu padanya.

"Min Yoongi."

"Min Yoongi?" seru keduanya bersamaan, kompak. Hyunjung menatap keduanya heran, lalu ia teringat sesuatu yang berhubungan dengan Min Yoongi dan kedua temannya.

Hyunjung menelan penuh makanannya dibantu dengan satu sloki soju. "Kalian," Hyunjung menatap mereka satu per satu, "siapa yang menyuruh kalian memberikan nomor ponselku padanya?"

Hoseok dan Jimin saling menatap. Ingin saling melempar tanggung jawab, sebab Hyunjung paling tidak suka jika informasi pribadinya disebar luaskan untuk kepentingan perjodohan yang direncanakan keduanya.

"Dari mana kau tahu kami memberikan nomor ponselmu padanya?" Masih dengan topik yang sama, tapi Hoseok mencoba menghindari--atau setidaknya menunda-amukan Hyunjung.

"Aku bertemu dengan Yoongi minggu lalu usai dari pengadilan. Di kafe seberangnya itu."

"Benarkah?"

Hyunjung mengangguk. Ia menyuapkan tteokpokki ke dalam mulutnya. "Kami mengobrol sebentar saat itu."

"Baguslah," respon Jimin penuh syukur.

"Apanya yang bagus?" Nada bicara Hyunjung naik sedikit. "Kalau mau menjodohkanku dengan orang lain, setidaknya selidiki dulu latar belakangnya."

"Memang apa yang salah dengan latar belakangnya?" Sebab jujur saja Hoseok dan Jimin belum begitu tahu bagaimana latar belakang lelaki itu. "Kelihatannya dia lelaki yang baik dan bertanggung jawab."

"Sepertinya begitu. Dia juga cukup gentle mengatakan kalau dia tertarik padaku sejak dia mengantarkan aku pulang waktu itu. Dia juga minta izin apakah boleh menghubungiku atau tidak, kalau tidak, dia akan menghapus nomorku dari ponselnya. Tapi...."

Past Future [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang