Senja berlari mengejar malam. Masih dengan temaram yang berada tepat diantaranya.
Ben masih terbujur kaku, diantara peralatan Medis yang menempel di seluruh tubuh nya. Detak jantung masih berjalan, menunggu Ben sadar menemui semua orang yang cemas akan kondisi nya.
Dee masih setia menunggu Ben, dengan harapan tidak akan terjadi hal yang serius bagi kesehatan nya. Detik mulai berganti menit. Sudah lebih setengah jam Ben tidak sadarkan diri.
"Ayo dong Ben sadar. Jangan buat tambah khawatir gini"
Ben mulai sadar. Mendengar Dee yang menangis meminta nya sembuh membuat dia tersenyum. Ben membelai rambut Dee, dengan tangan yang masih di tusuk oleh jarum. Bibir mereka saling berdekatan, meunuju ciuman pertama untuk pertemuan ini. Lidah mereka bertaut a la Francais.
"Kenapa sih ko nangis gitu ?"
"Ben akhirnya kamu sadar juga. Aku khawatir banget sama kamu tau. Aku pikir kamu kenapa bisa tiba-tiba pingsan gitu. Sebentar aku panggilin Dokter dulu yah."
Dee dengan cepat memanggil Dokter. Untuk menyampaikan bahwa Ben telah siuman.
"Jadi begini Ben, kamu terlalu banyak mengkonsumsi kafein dan nikotin secara berlebihan. Kurang nya istirahat dan pola tidur tidak teratur, menyebabkan jantung tidak berfungsi dengan baik"
Dee sangat tidak menduga dengan apa yang terjadi pada Ben.
"Berarti Ben harus Transplarasi jantung Dok ?"
"Saya belum bisa memastikan semua ini. Bila Ben mempunyai keturunan penyakit jantung, maka saya bisa memastikan bahwa semua ini benar. Terima kasih saya ijin pamit"
"Dok saya ingin penyakit saya ini tidak di ketahui oleh ayah saya. Tolong hargai privasi ayah saya, biar saya yang menjelaskan kepada dia"
"Dengan senang hati Ben"
Ben menutup mata, memikirkan apa yang telah Dokter Vonis kepada diri nya. Sesekali Ben menghela nafas, menunjukan penyesalan kepada diri nya sendiri.
"Ben aku pulang dulu yah. Aku udah telpon Paman Roby ko kalo kamu lagi di rumah sakit."
"Terima kasih yah Mba. Ben enggak tau deh kalo tadi engga ada Mba Dee di sana Ben bakal jadi kaya apa"
"Yaudah kamu istirahat yah. Jangan terlalu banyak pikiran"
"Oke. hati-hati di jalan ya Mba"
Setelah beberapa saat Dee pergi dari ruangan. Paman Roby datang dengan membawa perlengkapan Ben untuk tinggal di rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Filosofi Kopi 2
AdventureBen ketika berumur 17 tahun selalu dihadapkan oleh pilihan sulit dalam hidupnya. kemunculan Dee sebagai wanita Pernacis membuat keadaan semakin tidak membaik. Petuah demi petuah dia terima dari geti nya sebuah kehidupan. Di satu sisi, Jody mengalami...