Tuhan menciptakan pagi, dengan proses siang, sore, dan malam. Kehidupan tidak ubah nya proses perpindahan buruk menuju baik, sedih menuju bahagia. Malam telah meneduh indah di kehidupan Ben. Tidak ada rembulan atau Bintang, hanya malam polos diantara sudut sempit yang di ciptakan waktu. Ben telah siap di tinggalkan orang tua nya, walaupun dia tidak bersiap. Sepeninggal Dee, Ben semakin percaya cinta di ciptakan lengkap dengan perpisahan.
"Ben sini sebentar Ayah mau ngomong sesuatu sama kamu"
Ben seketika bangun dari lamunan panjang nya.
"Ada apa yah, Sebentar nanti Ben ke bawah"
Ben menuju ruang makan, menemui Paman Roby.
"Ayah sudah siapkan seluruh keberangkatan kamu menuju Perancis, kamu disana akan melanjutkan kuliah yang sama mengenai Filsafat. Untuk masalah tempat tinggal Ayah sudah siapkan dengan Jody"
"Oke yah, terima kasih buat semua fasilitas yang udah di kasih buat Ben, sebenarnya Ben kecewa sama keputusan Ayah. Ben enggak bisa bohong sama hati Ben sendiri. Tapi Ben sadar ini pilihan terbaik yang Ayah pilih buat Ben"
"Oke, bagus kalau kamu udah paham apa maksud Ayah. Sekarang Ayah mau urus seluruh keperluan kamu. Mulai dari Tiket sampai urusan Kuliah kamu."
"Tapi yah, Ben boleh minta satu permintaan terakhir sebelum Ben pergi ke Perancis ?"
"Boleh asalkan jangan aneh-aneh"
"Ben mau ke Cafe buat perpisahan terakhir sama Aga, boleh kan yah ?"
"Yaudah, jangan lama-lama kondisi kamu lagi sakit Ben. Pake Mobil ya atau mau Ayah anter ?"
"Ben mending jalan deh yah, kalau enggak naik Bis aja"
"Yaudah, pokok nya Ayah enggak mau kamu kenapa-kenapa lagi."
"Oke, siap"
Takdir berusaha membuat Ben masuk lebih dalam. Ben adalah Bomerang, sejauh dia terlempar dia akan kembali pada tujuan utama hidup nya. Menerima takdir adalah pilihan terakhir. Karena hidup terlalu singkat, untuk mereka yang mengikuti keinginan yang tidak di inginkan. Ben memacu Vespa menuju Cafe dengan senyuman yang baru, yang telah lama dia sembunyikan di balik kesedihan yang menghadang nya. Ada yang telah Ben rencanakan di balik study yang akan dia jalani di Perancis. Kesempatan ini dia manfaatkan untuk belajar mengenai cara membuat Kopi yang baik dan benar. Dan Aga adalah jalan untuk menuju itu, karena Paman Aga adalah pembuat Kopi yang sangat ternama di Perancis. Ben ingin mempelajari mengenai cara Roasting, Grinder, dan Brewing.
Jody telah sampai di Cafe, dengan rasa penasaran dia masuk menemui Aga yang sedang membuat Kopi.
"Halo, Aga gua punya kabar baik nih"
"Wih, apaan Ben ?"
"Gua bakal ke Perancis dong !"
"Ah serius lo Ben ? mau ngapain lo ke Perancis ?"
"Gua mau ketemu sama Paman lo lah, lo tau kan alamat lengkap Cafe dia ?"
"Parah emnag lo Ben, ditinggal lo sakit aja Cafe ini udah kaya kuburan. Gimana cerita nya kalau lo ke Perancis ?"
"Udah diem aja, tenang gua enggak kaya Jody ko yang pergi gitu aja."
"Yaudah tunggu bentar yah gua cari dulu alamat nya, lo mau minum kopi apa ? biar gua buatin sekalian"
"Gua mesen Lemon squash aja ga"
"Hahaha kepala lo udah kejedot apaan ? yakin engga mau mesen Espresso ?"
"Udah jangan banyak omong lo, buatin aja buru"
"Oke siap bos, lo kapan berangkat nya Ben ? kok bisa sih lo ke Perancis ?"
"Gua bakal berangkat dalam waktu dekat ini, lo enggak perlu tau yang pasti bokap gua udah tau apa bakat terpendam gua"
"Nih alamt nya Ben. Pokok nya kalau lo udah samape sana kabarin gua oke"
"Eh bentar, kita foto dulu berdua ga. Sebagai bukti bahwa gua temen lo"
"Ah lo Ben ada-ada aja. Tenang aja sih nanti gua kabarin ko Paman gua"
"Cakep deh kalau gitu, gua cabut yah ga. Salamin buat yang lain"
"Oke Ben, hati-hati lo yah"
Senja tergelincirsederhana di langit. Sederhana, seperti kesempatan yang Ben buat secara sederhanatanpa banyak Permintaan.m7Q}��r'�-
KAMU SEDANG MEMBACA
Filosofi Kopi 2
AdventureBen ketika berumur 17 tahun selalu dihadapkan oleh pilihan sulit dalam hidupnya. kemunculan Dee sebagai wanita Pernacis membuat keadaan semakin tidak membaik. Petuah demi petuah dia terima dari geti nya sebuah kehidupan. Di satu sisi, Jody mengalami...