Penetrasi mulai menemui Iritasi, melumat habis rasa pada mereka yang membangun Cinta. Ben mulai sadar semua nya tidak begitu mudah untuk di terima logika, dari mulai pertemuan hingga Penyakit ini. Ada yang salah pada seluruh kejadian yang terjadi di sebagian hidup nya. Mengurung pada pijar yang melahap seluruh imaji.
"Sabar yah Nak, mungkin ini bentuk perhatian Tuhan kepada kamu sebagai Umat nya"
Pama Roby membelai Ben dengan penuh kasih sayang, mata nya mulai mendung menuntut hujan yang paling dalam dari kelopak mata. Tidak ada patah hati yang paling sakit, selain melihat Orang yang kita sayang terbujur kaku. Menahan rasa sakit yang tidak bisa kita rasakan.
"Maaf yah, Ben selalu bikin Ayah repot sama masalah yang Ben buat"
Ben melemah, mengehela satu tarikan nafas. Dia sadar ini adalah proses yang di siapkan tuhan untuk memperbaiki seluruh hidup nya. Hidup hanyalah Kamuflase, yang Abadi adalah kematian. Menunggu pertemuan yang tidak akan pernah berakhir.
"Kamu udah makan Nak ? Ayah bawakan makanan kesukaan kamu"
"Nanti Ben makan deh yah, Ben mau istirahat dulu sekarang"
"Yaudah kamu istirahat. Tadi Ayah dapet titipan Surat dari Perempuan sebelum Ayah kesini"
Paman Roby memberikan Surat yang di berikan Dee.
"Itu Mba Dee yah, teman yang bawa aku kesini"
Paman Roby segera meninggalkan ruangan. Menuju tempat Dokter, untuk mengetahui penyakit apa yang sedang Ben alami. Selagi Paman Roby pergi Ben membaca Surat yang di berikan Dee
From : Dee Lestari
To : Ben
Ini mungkin pertemuan terakhir kita untuk saat ini. Aku harus menuju Paris untuk kepentingan Kantor. Mengenalmu adalah Sejarah yang tidak bisa di lupakan begitu saja. Aku telah jatuh Cinta pada tutur katamu. Pertemuan kita akan selalu ada. Bukan diantara Malam atau Pagi. Mereka selalu serakah merebutmu begitu saja bersama tidur. Bukan diantara Langit dan Bumi mereka tidak mengerti Kiamat apa yang sedang kita alami ketika perpisahan mengibaratkan nya. Pertemuan kita akan abadi diantara Nafas yang bertemu dengan Kata. Aku menyebut nya Doa.
Latte Machiato
Ben berteduh kembalipada kecewa. Dunia seakan tidak ingin membuat senyum di bibir nya terlalu lama.Ben mulai menyalahkan Tuhan, untuk semua masalah yang menimpa diri nya. Benberfikir bahwa Tuhan selalu menuliskan sedih yang Abadi bagi takdir nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Filosofi Kopi 2
AdventureBen ketika berumur 17 tahun selalu dihadapkan oleh pilihan sulit dalam hidupnya. kemunculan Dee sebagai wanita Pernacis membuat keadaan semakin tidak membaik. Petuah demi petuah dia terima dari geti nya sebuah kehidupan. Di satu sisi, Jody mengalami...