Il Barista

168 1 2
                                    

Segala sesuatu telah Ben persiapkan, menuju keberangkatan ke Perancis. Senja menjadi jingga, mangata seolah menujukan kejauhan yang sedang di depan mata. Ben masih di dalam kamar, untuk memeluk ruangan ini sekali lagi sebelum pergi. Segala nya telah siap, tapi Ben belum siap dengan rindu. Ini adalah kali pertama Ben harus terpisah begitu jauh dengan lingkungan yang menemani setiap saat. Tapi ini demi menjadi Barista yang lebih handal, mau tidak mau Ben harus melakukan ini.

"Satu jam lagi kamu berangkat Ben, ayo cepat turun. Nanti kamu ketinggalan Pesawat"

"Oke aku udah siap ko yah, tinggal berangkat"

Ben turun menemui Paman Roby yang menunggu di bawah.

"Nanti kamu disana harus bisa jaga diri Ben, nurut sama Jody. Biar bagaimana pun dia itu Kaka kamu."

"Iya yah pasti, Ben disana pasti nurut ko sama Jody"

Ben memeluk Paman Roby

"Kesempatan ini enggak bakal Ben pakai baik-baik, Ayah tenang aja Ben enggak bakal kecewain Ayah lagi"

"Bagus kalau kamu paham. Ayah bakal baik-baik aja disini kamu enggak usah khawatir"

Ben menuju Bandara dengan Paman Roby. Untuk meninggalkan Kota yang selama ini menaungi Ben dalam segala hal. Tidak ada yang mudah bila berbicara mengenai perpisahan. Ada kala nya kita tidak bisa mengatakan melalui kata-kata, tapi di dalam hati kita luka, kita tidak bisa meninggalkan sesuatu yang telah tertanam lama.

Ben telah berada di Bandara. Lengkap dengan seuluruh perlengkapan yang akan di bawa menuju Perancis. Sesekali Ben manatap teduh mata Paman Roby, batin nya sekarat. Perpisahan ini membawa mereka tenggelam dalam sedih yang teramat sangat.

"Kamu baik-baik disana Nak. Ayah pasti bakal kangen banget sama kamu Ben"

"Ben enggak mau Ayah nangis, sini peluk Ben yah"

Di luar sedang hujan, banjir tidak datang untuk memenuhi isi kota. Mereka menyelusup masuk memenuhi isi Bandara. Sedih melanda sepasang Ayah dan Anak yang akan saling meninggalkan.

"Ben harus pergi yah"

Ben melangkah menjauh dari Paman Roby, dengan raut muka yang sangat sedih. Ada yang berhasil tetap saat kepergian harus bertemu perpisahan, sepasang rindu yang telah di takdirkan akan tetap ada.

"Tunggu sebentar Ben, kamu lupa ini"

Paman Roby menunjukan Aeropress yang di tinggalkan Ben, Ben bingung dengan alat yang di pegang oleh Paman Roby. Ini seperti pelangi yang muncul tiba-tiba dari langit, padahal tidak pernah ada mendung sekalipun.

"Lah.. ko bisa sama Ayah ?"

"Kamu bawa ini, ini supaya Kopi kamu lebih smooth"

"Apaan sih Ayah, sok banget ngerti soal Kopi. Tapi makasih ya udah dukung Ben"

Akhirnya hujan reda, muncul pelangi yang memenuhi seluruh langit hari itu. Ben pergi dengan perasaan yang sangat lega, karena Paman Roby telah mengetahui maksud dari tujuan Ben menuju Paris.

Ben munuju Perancis untuk kali pertama. Menuntut Mimpi yang telah menjadi Api, membakar seluruh ragu yang menyelimuti diri nya. Dia telah menjadi Cendrawasih terbang tanpa ketakutan, melaju bersama ketinggian. Menembus setiap lapisan awan, menemui apapun.

Ben memandangi langitJakarta ketika malam dari atas Pesawat. Lampu kota dan keramaian yang akanselalu membuatnya rindu, dari kehidupan Jakarta. Pesawat melaju menembus awan,meninggalkan semua pengharapan yang mulai menjauh. Ben tertawa manis di atas Pesawat,mimpi nya telah datang, harapan nya telah lahir. Kehidupan yang baru akansegera di mulai.]������f

Filosofi Kopi 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang