Matahari kembali menyinari Dunia bagian barat. Pertanda kehidupan segera di mulai untuk yang siap dan tidak siap menerima kenyataan. Ben telah lebih dulu terbangun dari tidurnya. Perasaan nya masih tertidur semenjak pertemuan dengan Wanita yang bernama Dee. Perasaan yang belum pernah di terima oleh hatinya kini perlahan mulai timbul.
"Ben ayo bangun sarapan dulu sini. Ada yang mau Ayah sampaikan Nak"
"Iyah yah, Ben cuci muka dulu sebentar"
Setelah cuci muka. Ben bergegas menuju ruang makan menemui Paman Roby.
"Ada apa yah, ko tumben serius banget kaya nya"
"Iyah Ayah mau ngomong. Kamu udah Ayah Daftar kan S1 Filsafat dan Sastra Perancis. Biar kamu disana bisa bareng sama Jody "
Ben kaget seketika mendengar kata-kata yang di ungkapkan Paman Roby. Barista adalah hidup nya. Ben terlalu posesif mencintai Kopi, sampai perpisahan tidak dia tulis di rencana Hidup nya.
"Are you kiding me ? jadi Ben harus ninggalin Barista dan Kopi ? maaf yah Ben engga bisa jadi munafik kaya Jody. Karir bukan segala nya buat Ben"
Untuk pertama kali nya Ben membuat Paman Roby terkejut. Ben tidak pernah melawan apa pun yang dikatakan Paman Roby. Selain dari pekerjaan yang dia jalani menjadi seorang Barista.
"Jaga mulut kamu Ben ! dia saudara kamu. Jody Tau mana yang baik buat hidup nya, jadi jangan anggap Jody meninggalkan Filosofi Kopi hanya untuk kepentingan dia semata."
Ben tertunduk. Menahan amarah yang menguasai setengah pikiran nya.
"Saya izin paman."
Dengan seketika Ben memacu Vespa nya. Menuju tempat yang tidak terlihat oleh apa pun selain dirinya sendiri. Amarah yang dia sembunyikan memuncak, tidak ada yang bisa menahan Ben ketika marah. Bahkan Paman Roby hanya bisa melihat Ben pergi tanpa mau menahan nya.
Deep over distance, my dear and this tree of our may grows tall in the wood
But it's the root that wild bind us here to the ground
Ben Howard
Ben melaju menuju tempat tertinggi di Kota. Dia ingin berteriak dengan seluruh tenaga membuang semua masa lalu yang masih saja menghantui. Membunuh seluruh perasaan terhadap diri nya sendiri. Andai dia bukan seorang Lelaki. mungkin dia telah menangis memilih jatuh dari ketinggian dan hilang tidak ada kabar. Tapi dia adalah Ben, Lelaki dengan semangat yang tidak di miliki oleh siapa pun selain dirinya, dan Vespa nya.
Badan Ben tergeletak di atas Gedung. Dia melihat Awan dan Matahari mulai mencintai satu sama lain melahirkan mendung yang hadir tiba-tiba pada Pagi hari. Dering Telepon menyadarkan Ben dari lamunan panjang nya.
"Halo, ini dengan siapa ?"
"Ini Perempuan yang kamu halangi lensa nya"
"Oh, Mba Dee ?"
"Iya Ben, ini Dee kamu masih ingat kan ? kita ketemu yuk sekarang. Di Cafe temen Mba sekalian makan siang, kamu belum makan kan ?"
"Oke Mba siap. Nanti tinggal Mba kirim Alamat nya aja"
"Yasudah saya tunggu kamu di sana yah, bye"
!0;br������
KAMU SEDANG MEMBACA
Filosofi Kopi 2
AventuraBen ketika berumur 17 tahun selalu dihadapkan oleh pilihan sulit dalam hidupnya. kemunculan Dee sebagai wanita Pernacis membuat keadaan semakin tidak membaik. Petuah demi petuah dia terima dari geti nya sebuah kehidupan. Di satu sisi, Jody mengalami...