Metamorfosis telah terjadi pada diri Jody, Perancis membuat nya menjadi dewasa. Banyak perubahan yang terjadi di hidup Jody, mengubah nya menjadi kaum Urban yang dinamis. Perhitungan, Presisi, dan Modern tiga hal ini tidak bisa lepas dari sosok Jody. Sejak SMA Jody selalu menjadi Perfectsionist dalam segala hal, tidak heran dia banyak mendapatkan Beasiswa. Jody dan Ben sudah seperti dua sisi mata Koin, Jody sisi atas dan Ben sisi bawah. Université de Paris telah membuat Jody lebih baik dalam hal masa depan ketimbang Ben. Dengan kerja keras yang dia lakukan, Jody kembali banyak mendapatkan apresiasi yang sangat baik dari Negara Perancis. Suatu waktu dia sempat di nobatkan menjadi Mahasiswa Indonesia terbaik di Perancis. Dengan segala sesuatu yang dia capai Jody sangat mudah berinteraksi dengan masyarakat, terlebih dia sangat humanis dan wajah oriental yang menjadi pujaan wanita.
Hidup terlalu mudah untuk Jody pahami. Satu demi satu mimpi berhasil dia raih, menepati janji kepada ayah nya menjadi Lelaki yang kuat dan tidak mudah menyerah. Paris selalu bersahabat dengan mereka yang mau berjabat. Senja menyudut sederhana di langit Perancis. Jody mengayuh sepeda dengan brazer, untuk mengilangkan dingin kota Paris. Laju nya berhenti di sudut persimpangan jalan Boulevard saint-germain dan Rue st.Benoit. Banyak hal yang harus segera dia selesaikan untuk menunjang hidup nya menjadi Freelance di salah satu perusahan swasta Perancis. Tidak ada yang lebih nyaman selain kopi, ketika kita di hadapkan dengan segala masalah yang harus segera di selesaikan. Cafe de Flore yang telah membuat nyaman dengan segala keindahan yang di suguhkan, tempat dimana para tokoh hebat Perancis melakukan diskusi mulai dari Pablo Picasso yang terkenal dengan lukisan Monalisa dan banyak dari tokoh-tokoh Filsafat dan Sastrawan lain yang singgah di Cafe ini. Jody mengambil bangku, melihat tugas apa yang harus dia kerjakan. Tidak lupa satu cangkir Cafe Au Lait menemani duduk nya mengerjakan tugas yang di berikan perusahan.
Dua jam berlalu Jody masih bergelut dengan angka, mencari kebenaran dari data yang sudah dia input. Tiba-tiba Handphone nya berdering.
"Hallo, Ayah ada apa yah ? Kok tumben banget Telepon Jody Malem-malem gini"
"Gimana kabar kamu nak ? Ayah mau ngomong masalah Ben"
"Sehat yah Alhamdulillah. Ayah gimana disana ? Kenapa sama Ben yah ?"
"Sehat nak Alhamdulillah. Jadi gini, Ben kemaren di rawat di Rumah sakit, kata Dokter Ben punya penyakit jantung yang cukup serius. Mungkin karena pekerjaan nya jadi Barista. Ayah sangat khawatir dengan kesehatan nya. Ayah pengen Ben bisa sama kamu di Perancis terusin kuliah nya disana"
"Aduh yah gimana ya, Jody disini juga enggak bisa janjiin apa-apa buat Ben. Tapi kalau emang Ayah pengen Ben disini, Jody bisa bantu nanti yah untuk masalah tempat tinggal Ben bisa tinggal sama Jody. Tapi gimana sama Ayah disana nanti kalau Ben di Perancis?"
"Syukur kalau gitu, Ayah seneng denger nya. Biar bagaimana pun dia itu saudara kamu Jody. Kalau masalah ayah kamu enggak usah pikirin. Yaudah kalau gitu Ayah mau ngurusin segala sesuatu nya buat Ben ke Perancis. Kamu hati-hati disana Jody"
"Oke, Jody tunggu kabar nya yah. Iyah ayah juga hati-hati"
Jody tersenyum mengingat siapa Ben. Lelaki yang tidak pernah bisa diatur oleh siapapun selain tuhan dan masalah. Ini akan menjadi sesuatu yang tidak pernah Jody kira dalam hidup nya.
Waktu berlalu seiring malam yang sudah jatuh di langit Perancis. Jody sudah selesai dengan masalah angka-angka, lalu bergegas menuju pulang.
RQ
KAMU SEDANG MEMBACA
Filosofi Kopi 2
AdventureBen ketika berumur 17 tahun selalu dihadapkan oleh pilihan sulit dalam hidupnya. kemunculan Dee sebagai wanita Pernacis membuat keadaan semakin tidak membaik. Petuah demi petuah dia terima dari geti nya sebuah kehidupan. Di satu sisi, Jody mengalami...