BAB IX

105 6 2
                                    

"Aku menyukaimu." "Haruskah aku meminta maaf?"

Pupilku membesar, retinaku semakin jelas menangkap sesosok laki-laki dihadapanku ini. Aku tak dapat membalasnya dengan kata-kata. Otakku berputar, telingaku seolah-olah masih mendengungkan kata-kata barusan. Keheningan terjadi diantara kita berdua, tak ada satupun yang hendak memecahkan suasana ini.

"Ayo kita pulang. Aku sudah selesai berbicara."

Aku bersyukur dengan keputusan Arata, aku menganggukan kepala dengan ragu-ragu meng'iya'kan ajakannya. Aku berjalan duluan, membuka pintu yang atasnya tergantung sebuah lonceng kecil berwarna perak. Kususuri jalan itu sendirian. Mungkin Arata sudah pergi ke arah yang berbeda. Aku sedikit takut, jalanan ini terasa begitu sepi, hanya sedikit lampu remang-remang yang meneranginya.

Aku berharap Arata ada disini. Bagaimana jika ada seseorang yang berniat jahat padaku? Aku tak menguasai bela diri sedikitpun. Paling-paling aku hanya bisa berteriak minta tolong, itupun kalau ada yang mendengar.

Deg. Terdengar hembusan nafas ditelingaku, ada tangan yang melingkari tubuhku dari belakang, begitu hangat. Siapa ini? Oh Tuhan, jangan tinggalkan aku.

Badanku ingin memberontak, namun aku takut jika aku akan terbunuh setelah ini.

"Aku menyukaimu saat kau jatuh pada pelukanku pertama kalinya."

Ini Arata, suara lembut yang bisa membuat nafasku tercekat kini berada tepat ditelingaku. Dagu tegasnya kini menempel sangat erat dibahuku. Aku terhanyut pada suasana yang mengalir begitu saja.

Aku melepaskan diri dari pelukannya. "Maafkan aku Arata, aku sudah berjanji pada diriku sendiri. Aku tak dapat menjadi temanmu, bahkan teman baikmu."

Tatapan sedihnya membuat aku ingin meneteskan air mata, entah kenapa, karena aku mengagumi ketampanannya? Atau kasihan? Atau mungkin ada hal lain diluar dugaanku.

"Tapi kenapa, Sora? Apa yang telah kulakukan?"

"Tidak ada. Kau tak melakukan apapun."

"Lalu kenapa?"

"Kau.. Aku takut padamu." Aku memalingkan wajahku dari matanya. Tak sanggup bertanggung jawab dengan apa yang barusan kukatakan.

"Apa yang membuatmu takut padaku? Omonganku?"

"Kau menyakiti banyak orang, karena hal sepele. Kau diskors ke sebuah panti jompo karena ulahmu. Aku tak ingin berteman dengan seseorang yang kejam sepertimu." Aku tahu, bahwa aku sudah mengatakan hal yang kasar pada Arata, ini supaya ia sadar dan kemudian akan menjauhiku.

"Apa kau bilang? Siapa yang mengatakan itu?" kali ini wajahnya menegang, ia menaikkan alisnya yang tebal itu.

"Kau tak perlu tahu siapa."

Ia terdiam sejenak dan kemudian berkata, "Ini pasti dia." Ia mengepalkan tangannya, dan memalingkan wajahnya dariku, ekspresinya seakan-akan ia jijik dengan kata yang beberapa detik yang lalu ia sebutkan.

Dia siapa? Siapa ang dimaksud Arata? Apa dia tahu?

"Orang itu telah mengatakan hal yang tidak benar, Sora. percayalah padaku."

"Mengapa aku harus mempercayaimu?"

"Karena aku benar. Akan kubuktikan."

"Kalau begitu, butikanlah. Sekarang aku ingin pulang. Mom akan khawatir."

"Akan kuantar."

"Terserah kau saja." Sebenarnya aku ingin mengatakan ya. Antarkan aku, Arata. Aku takut berjalan sendirian. Aku berjalan mendahuluinya, sesekali aku ingin memalingkan wajah, menengok kebelakang, tapi aku tak berani. Siapa tahu tiba-tiba saja Arata menghilang, dan aku akan berjalan sendirian dan diperhadapkan dengan penjahat? Siapa yang akan menolongku?

Keheningan disepanjang perjalanan kami membuatku risih -meskipun letak cafe tadi tak terlalu jauh dari rumahku, hanya berjarak beberapa meter- aku tak tahu bagaimana ekspresi Arata dibelakang sana, aku tak tahu apa yang sedang ia pikirkan, atau bahkan mungkin ia sedang menyusun rencana.

Beberapa menit setelah aku melamunkan begitu banyak hal, rumah minimalis bertemakan putih dan kuning keemasan itu sudah terlihat dari pandanganku. Akhirnya aku bisa terlepas dari suasana ini. Aku hendak membalikkan badanku seratus delapan puluh derajat untuk melihat keberadaan Arata, tapi ia menghilang. Kemana perginya?? Ah.. mungkin ia kecewa dan lebih dulu pulang sebelum aku berbalik.


***

sorry telat update. hehehe author baru pulang live in. tq yaa. enjoy the story!

He Caught Me In His ArmsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang