BAB XII

72 5 1
                                    


Ayuka menyambutku dengan wajah yang ditekuk. "Kau kemana saja, Sora?" ia menyilangkan kedua lengannya "Tega sekali kau meninggalkanku."

"Astaga.. Aku benar-benar memint maaf. Aku ada urusan mendadak kemarin, semuanya diluar dugaanku." Aku menunjukkan wajah kesedihan yang membuat ekspresi wajahnya berubah.

"Baiklah. Aku mengerti, Sora. tak perlu menyesal."

"Terimakasih Ayuka. Tapi, darimana kau tahu?"

Iaa terdiam sejenak dan kemudian tersenyum tipis, "Semua orang membicarakannya, kecelakaan yang menimpa Arata membuat sekolah ini gempar."

"Yah, kurasa itu bukan kecelakaan, tapi kesengajaan."

Aku kembali ke tempat dudukku dan masih melihat Ayuka berdiri diam disana. Entah apa yang ia pikirkan, ia terlihat sedikit pucat. Ayuka melangkahkan kaki panjangnya dalam tempo yang cepat. Aku segera mengikutinya, kupikir ia mempunyai masalah yang serius.

Gadis berambut sepundak itu memberhentikan kakinya didepan sebuah ruangan kosong milik sekolah ini. Ia terlihat mengendap-endap ketika memasukinya, menolehkan kepalanya ke sekeliling. Sedangkan aku bersembunyi diambang pintu gudang.

Sekolah masih sepi. Siswa lain masih sibuk dengan pekerjaan rumah mereka di kelas masing-masing.

Sstt.. Siapa tiga pria lain yang masuk ke ruangan itu?

Aku memberanikan diriku untuk mendekati ruangan itu dan mengintip di lubang pintu. Mereka terlihat berbincang-bincang. Sesekali Ayuka membentak mereka dan tiga laki-laki berseragam sama seperti kami menundukkan kepala.

"Apa yang sudah kalian lakukan terhadap Arata? Aku tidak menyuruh kalian untuk menyakitinya separah itu!"

"Maafkan kami, Ayuka. Tapi dia masih hidup."

"Memang dia masih hidup. Tapi aku menyuruh kalian hanya untuk memperingatkannya saja. Bukannya.."

BRAAKK!

Emosiku telah mendorongku untuk mendobrak pintu ruangan yang membuat empat orang didalamnya terkejut karena kedatanganku.

"Sora, apa yang kau lakukan?" Ayuka mendekatiku dan mmperlihatkan tampang khawatirnya yang kini membuatku ingin mengeluarkan semua isi perutku didepannya. Aku tidak menyangka dengan apa yang kudengar.

Kakiku berjalan maju kearah Ayuka sehingga ia memundurkan tubuhnya. "Sudah cukup. Tak usah berbasa-basi. Aku sudah muak, cukup jelaskan apa maksudmu?"

Kali ini ia mengeraskan wajahnya, ia berjalan maju mendorong tubuhku. "Tenanglah, Sora. Aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan. Aku hanya berbalas dendam karena perbuatannya, tidak lebih."

Aku membelalakkan mataku. "Apa yang ia lakukan padamu?"

"Ia menolak cintaku, dan sekarang sepertinya ia sedang mengejar seorang cewek. Itu membuatku sangat kesal." Ayuka mengerutkan keningnya dan menekankan setiap kata.

"Lalu kenapa tidak perempuan itu saja yang kau serang? Mengapa harus Arata? Ia tidak salah." Aku mengangkat daguku dan meneriakkan kalimat yang kutujukan pada perempuan didepanku.

"Aku akan menyerangnya setelah urusanku dengan Arata berakhir. Tapi berhubung orang itu sudah didepanku, kurasa ini waktu yang tepat."

Ayuka menggerakkan kepalanya seolah memberi kode pada tiga orang lelaki berpenampilan kacau dibelakangnya. Badanku mulai bergetar, keringat bermuculan disekujur tubuhku seakan menyuruhku untuk lari, tapi kakiku terasa lemas ketika ketiga lelaki itu menekankan sapu tangan berbau aneh. Tiba-tiba semuanya sudah gelap.

 .

gengs, maaf baru update. dari kemarin jaringan internet agak error. hehe. tq

He Caught Me In His ArmsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang