II

18.7K 599 22
                                    

" Mah, aku mau menerima perjodohan itu. " Kata Naila lemah, tadi ia menghampiri Mamahnya yang sedang duduk di taman belakang rumahnya.

" Benarkah Nai? " Tanya Veni terlihat tidak percaya, Naila hanya bisa mengangguk lemah.

***

" Terimakasih sayang, kamu sudah menyelamatkan keluarga kita. "Veni memeluk tubuh Naila yang terlihat lebih kurus. Naila tidak bisa menahan air matanya lagi, akhirnya ia menangis dalam diam.

Setidaknya kau sudah mencoba menjadi anak yang berbakti Naila, meskipun dijadikan jaminan.

Semua diatur dengan cepat, setelah persetujuan perjodohan, orang tuanya mengatur pertemuan yang dijadikan satu dengan makan malam.

Jantung Naila berdegub kencang, malam ini ia akan bertemu dengan laki-laki itu. Bisa saja ia berumur dua puluh tahun lebih tua dari dirinya atau seumuran dengan ayahnya, mengingat besarnya hutang yang ayahnya punya pasti orang itu pria tua yang sukses, dengan perut buncit dan kepala yang hampir botak dan jangan jangan ia akan di jadikan istri ke dua atau ke tiga, Naila merinding sendiri membayangkan sosok pria itu dan membayangkan bagaimana masa depannya nanti.

Ia buru buru menyelesaikan riasannya. Ketika Veni mengetuk pintu kamarnya, ia menarik napas dalam dan menghembuskannya sebelum bangun dari duduknya.

"Iya Mah. " Naila membuka pintu kamarnya, dan terlihat Veni yang sudah rapih.

" Mamah boleh masuk? " Tanya Veni, Naila mengangguk, Veni masuk ke dalam kamar Naila dan duduk di atas ranjang.

" Nai, maafin Mamah Nai. " Kata Veni membuka suara, ia menundukan kepala tak mau menatap mata Naila. Naila terdiam, bingung mau mengatakan apa.

" Gara gara Mamah, Kamu harus menikah sama orang itu. " Lanjut Veni, dan sekarang isakan mulai terdengar dari mulutnya.

" Mah. " Panggil Naila, ia berlutut di depan Veni dan menggenggam tangan Mamanya.

" Ini semua bukan kesalahan Mamah, ini smeua takdir. " Kata Naila, ia berhenti sejenak karena air mata yang tak bisa ia bendung." Mamah doain Nai yah? Supaya Nai kuat ngejalaninnya, biar keluarga Nai nanti selalu di berikan kebahagiaan. " Lanjut Naila, ia tidak bisa memendam air matanya lagi, isakannya terdengar, ia mencium kedua tangan Mamanya yanh yang berada di genggaman tangannya.

" Papah kamu sudah menunggu di bawah, ayo kita turun, tapi kamu rapihkan dulu hiasan mu. " Kata Veni, ia memaksakan senyuman di bibirnya.

Naila memoleskan sedikit bedak lagi di wajahnya, setelah itu ia turun dan langsung bergegas pergi ke restoran, tempat di mana laki-laki itu berada.

Restoran ini mewah dan sangat elegan, bergaya Eropa klasik, mereka langsung masuk ke dalam lift dan menuju ke lantai teratas restoran dan ruangan itu jelas jelas ruangan private.

Kenapa harus menghambur hamburkan uang hanya untuk pertemuan. Batin Naila, ya meskipun ia berasal dari kalangan keluarga berada, Naila cenderung gadis tipe sederhana dan tidak menunjukkan kekayaan keluarganya.

Mereka langsung duduk di kursi, Naila terlihat bingung karena tidak melihat keberadaan laki-laki itu.

"Maafkan saya karena terlambat. " Suara bariton memecahkan pikiran Naila tentang masa depannya kelak, ketika sudah benar-benar menikah dengan laki-laki itu. Naila belum mengalihkan matanya, ia masih menunduk, ia belum siap menerima semua kenyataan.

" Tuan Abraham. " Laki-laki itu menjabat tangan Abraham, Papah Naila. " Nyonya Veni. " Lanjutnya.

" Naila, perkenalkan dirimu. " tegur Veni, karena Naila masih diam menundukan kepalanya.

My Devil Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang