VIII

14.9K 381 5
                                    

David mengetuk ngetukan jari jari kokoh nya di atas meja kerja besar yang terbuat dari kayu jati. Tubuhnya ia sandarkan pada kursi kerja yang dipesan khusus untuk dirinya. Keningnya berkerut, ia masih penasaran dengan pria yang datang menemui calon istrinya, setelah laki-laki yang pergi ke anniversary pernikahan kolega nya lalu sekarang ada laki-laki lain yang bersamanya. Calon istri? Pantaskah ia menyebutnya calon istri, sementara ia hanya menggunakan Naila sebagai alatuntuk membuat orang tua nya berhenti memintanya untuk menikah.  Lagi pula tak ada salahnya, Naila tidak terlalu buruk meskipun berbanding jauh dengan mantan mantannya, atau dengan para perempuan yang rela tunduk, karena ketampanan dan kekayaannya.

Setelah pertemuan dengan calon investor di perusahaannya David memilih untuk lembur malam ini, ia sedang tidak berminat pulang ke rumah, sementara karyawan lain sudah pulang sejak tiga jam lalu.

Ketukan terdengar dari pintu kayu besar di ruang kerja David, tak lama pintu terbuka menampilkan sosok pria yang telah lama menjadi orang kepercayaannya. Ia membiarkan orang itu berjalan dan menempati kursi yang bersebrangan dengan kursi nya.

Orang kepercayaannya membuka amplop coklat yang dari tadi ia bawa, menjejerkan satu persatu foto foto yang menampilkan Naila dengan Romeo, mulai dari foto yang baru saja diambil tadi sore, hingga foto foto yang di ambil dari media sosial milik Romeo dan Naila. Ada beberapa foto juga yang menunjukkan Naila mengambil gambar bersama laki-laki yang kemarin pergi ke acara wedding anniversary salah satu kolega bisnisnya, bisa ia simpulkan bahwa laki-laki ini bukan laki-laki biasa.

"Laki-laki itu bernama Romeo Restawijaya, anak tunggal dari Anthony Restawijaya pemilik Pt. Resta. Menurut informasi yang saya dapat, dia merupakan teman nona Naila sejak SMA, mereka berteman dekat, dari gerak gerik yang sudah saya dan anak buah saya amati Romeo mencintai Nona Naila. " David memahami setiap kata yang keluar dari mulut Norman, wajahnya terlihat datar dan dingin, namun otaknya tetap berkerja.

" Pt. Resta? Bukankah kita memiliki saham di perusahaan itu? "

" Tuan benar, kita punya saham yang cukup besar di sana. "

" Terus awasi mereka berdua, dan selidiki laki-laki yang pergi ke acara anniversary kemarin. Saya tidak ingin seorang pun yang merebut Naila dari tangan saya. Mengerti? "

" Bos bisa mengandalkan saya, saya permisi. " Norman berdiri dari duduknya, ia menghilang di balik pintu kayu besar.

David menyadarkan tubuhnya, jari jarinya mengusap dagunya yang mulai ditumbuhi bulu bulu halus yang bisa ia rasakan. Ia membuka dua kancing teratas kemeja nya, dasi dan jas nya sudah ia gantung di tempat khusus sejak tadi, tangannya mulai mengepal, menunjukkan buku buku jarinya yang mulai memutih.

" Tidak ada seorang pun yang bisa merebut Naila darinya, Naila adalah miliknya." Kata David di temeram cahaya lampu di ruangannya.

David mengurungkan niatnya untuk lembur hingga dini hari, ia memutuskan untuk pulang pada pukul delapan malam, ada hal yang lebih menarik dari tumpukan perjanjian yang harus ia pelajari, lagi pula pulang lebih dulu tidak akan mengurangi kekayaannya, karena setiap detik waktunya bisa memberi makan ribuan karyawan perusahaan nya.

David mengirim pesan ketika perjalanannya pulang, entah mengapa ia sangat ingin mengetahui kegiatan gadis yang akan menjadi istrinya.

David meyakinkan dirinya berkali-kali untuk mengirimkan pesan ke Naila, hal yang ia jarang lakukan, namun pada akhirnya tetap ia kirim juga.

David Xander
"Kau sedang apa? "

Getaran di handphone Naila membuatnya mengalihkan fokus pada buku novel romantis yang ia baca, mengisahkan tentang pasangan suami istri yang hidup berbahagia bersama keluarga kecil mereka, sungguh hal yang sangat ingin Naila rasakan, menyempatkan untuk meminum secangkir teh bersama, hal yang sederhana namun sangat penuh dengan makna.

My Devil Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang