XXIV

12.9K 384 19
                                    

Rasanya seperti lama sekali David tidak tidur di temani oleh seseorang di sebelahnya padahal baru dua hari Naila berada di Sukabumi, dulu saat perjalanan bisnisnya yang memakan waktu lebih dari satu bulan ia tidak merasakan apapun justru ia menyibukkan dirinya untuk melupakan Naila yang menghantui pikirannya. Setelah dua hari tidur tanpa Naila karang ia bisa merasakan lagi ada seseorang di sisi ranjangnya.

David belum tidur sejak ia sampai di Sukabumi, dari tadi ia hanya memandangi wajah Naila yang damai dalam tidurnya, perasaannya terasa tentram saat ia bisa melihat Naila.

Pandangannya mengitari ruangan kamar yang di tempati Naila sejak dua hari lalu, apa ia lebih nyaman tidur sendiri dari pada tidur bersamanya. Tadi saat David masuk ke dalam kamar ia bisa merasakan kenyamanan dari kamar ini, meskipun besar ruangan ini tak sebanding dengan kamarnya di rumah. Matanya tertuju pada figura foto yang ada di atas meja nakas, seorang bocah perempuan cantik sedang bermain ayunan, ia tersenyum pada mata lensa kamera yang menangkap gambarnya.

"Aku sendiri bingung dengan perasaanku sendiri Nai, tidak mungkin aku jatuh cinta kepadamu ada seseorang yang aku cintai. "

" Mungkin kamu akan tersakiti jika mengetahui ini, namun aku tak mau membuatmu terluka, tapi aku tidak mencintaimu. "

" Kita sudah terikat atas nama pernikahan. Kamu istri ku, aku tidak mencintaimu tapi aku tenang ketika bersamamu, aku senang ketika melihatmu. "

" Kamu yang menemani ku hampir satu tahun, kau wanita hebat yang tak pernah mengeluh dengan semua sikap ku padamu, perlakuan burukku. Bahkan kamu masih melayaniku. "

" Aku ingin belajar Nai, aku lelah dengan masa lalu ku. Mungkin kamu malaikat yang dikirim Tuhan untuk menyelamatkan iblis sepertiku. "

" Selamat malam, istriku. "

David tidak sadar saat ia mengucapkan semua yang ia rasakan Naila terbangun dari tidurnya namun ia memilih untuk diam mendengarkan semua perkataan yang keluar dari mulut David. Iya, hatinya sakit saat mendengar suaminya sendiri tidak mencintainya, bahwa suaminya mencintai orang lain. Luka dihatinya terasa di taburi garam, terasa lebih perih dan sakit.

Namun hatinya sedikit terobati, saat David sendiri yang mengatakan akan belajar menerimanya sebagai istri.

Dav, rahasia apa yang sebenarnya kamu simpan?  Luka apa yang sebenarnya kamu coba untuk sembuhkan? Trauma apa yang coba kamu pulihkan? Mimpi buruk apa yang sebenarnya kamu hindari? Siapa perempuan yang masih kamu cintai?

Ia merasakan elusan lembut di kepalanya sudah berhenti sejak lima menit yang lalu, Naila membuka sedikit matanya mencoba memastikan bahwa David sudah tertidur. Ia melirik jam di dinding, jam menunjukkan hampir jam tiga malam, hal apa yang mengganggu pikiran David? Naila merapatkan tubuhnya pada David, ia ingin membagi rasa sakit yang David rasakan.

"Mas, aku akan bantu kamu untuk mencintaiku, ayo kita bangun rumah tangga kita. Akan ku sembuhkan luka mu. Aku sudah memaafkanmu. " Batin Naila sebelum kembali ke dunia mimpi yang sekedar bunga tidur.

Pagi ini Naila terbangun lebih pagi dari David, hal yang biasanya ia lakukan di rumah. Ia memandangi wajah suaminya yang tertidur di sebelahnya.

David membuka matanya saat Naila ingin menyentuh wajah David, ia langsung menarik tangan mengurungkan niatnya.

"Pagi Mas. " Sapa Naila mencoba untuk menormalkan detak Jantungnya.

" Pagi. " David merengangkan tubuhnya, Naila bangun dari tidurnya ingin turun dari ranjang ia ingin membantu Irah untuk membuat sarapan.

" Tunggu di sini sebentar. " David menarik sebelah tangan Naila.

" Aku ingin membuat sarapan Mas."

"Sebentar saja. "

David memeluk tubuh Naila, iya Naila mengalah dan menuruti permintaan David, tidak biasanya David seperti ini.

" Nai. " Bisik David di telinga Naila, karena posisi mereka berdua sangat dekat.

" Rumah sepi tanpamu. " Perasaannya menghangat saat David membisikan kalimat yang membuat paginya jauh lebih menyenangkan dari pada biasanya.

David menatap mata Naila dalam, tersirat kerinduan di dalamnya namun lagi lagi ego laki-laki ini sangat tinggi adanya. Naila mendangakan pandangannya menatap David. Ia merindukan suaminya, padahal baru dua hari ia di Sukabumi.

David mencium Naila pagi ini, mereka berdua menikmati momen kali ini. Kerinduan yang melebur jadi satu tersalurkan sudah ke tempat semestinya. David mencumbu Naila lembut, tanpa tergesa-gesa atau gairah, ini murni karena kerinduan yang menyelimuti mereka.

David melepaskan pangutannya, memberikan asupan oksigen untuk mereka berdua, pipi Naila bersumu merah ia menundukkan pandangannya menghindari tatapan David yang sangat berbeda ketika ia sedang dalam mode dingin.

"Lihat aku Nai. " David mengangkat dagu Naila dengan jari telunjuknya.

" Terimakasih. " David mengecup dahi Naila hangat. Naila membalasnya dengan senyuman, ia benar-benar sangat bahagia, semoga hal ini menjadi permulaan baik untuk pernikahannya.

" Sudah menjadi kewajibanku. "

Naila memberikan secangkir kopi panas untuk David, lalu kembali ke kebun belakang rumah untuk memetik sayuran untuk di masak. David duduk di kursi taman, ia fokus dengan laptop nya sepertinya tentang pekerjaannya.

Naila memetik cabai dan memasukannya ke dalam keranjang kecil yang ia bawa. David sudah selesai dengan pekerjaannya, ia menyesap kopi yang Naila buatkan untuk dirinya tadi. Setelah meminum kopinya, David menghampiri Naila yang terlihat sangat asik dengan kegiatannya.

"Dorr! " David mengagetkan Naila yang tidak menyadari kehadirannya.

" Astaga! Kamu mengagetkanku!" Seru Naila sebal, hampir saja keranjangnya terbang dan menghamburkan hasil panennya.

"Maafkan aku hahaha. " David menertawakan Naila, diam diam Naila tersenyum saat melihat senyuman tulus yang keluar dari bibir David bukan senyuman sinis yang biasanya David berikan.

" Mas butuh apa? Apa kopinya kurang? " Tanya Naila namun tangannya masih bergerak memetik cabai untuk ia jadikan sambal.

" Tidak ada. " Jawab David singkat, tangannya ikut memetik cabai dan memasukkannya ke dalam keranjang.

" Mau masak apa? " Tanya David setelah Naila hanya diam.

" Sayur sop sama ikan, mas. " Naila menyudahi kegiatannya." Sudah cukup, ayo masuk. "

David duduk di atas ranjang kamar Naila dengan laptop yang berada dipangkuannya. Kaca mata yang bertengger di batang hidung mancung nya menghalangi laju radiasi yang ditimbulkan dari layar komputer. Wajah seriusnya membuat ketampanannya meningkat jauh berkali-kali lipat, padahal jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam.

Hari ini ia merasakan bahagia yang pernah ia rasakan dulu, namun kali ini rasanya berbeda. Ia mengalihkan pandangannya ke arah Naila ia tersenyum ketika melihatnya damai dalam tidurnya.

Besok mereka akan kembali ke rumah mereka, semoga saja hari ini menjadi permulaan yang baik untuknya. Ia lelah dengan masa lalu nya, semoga saja Naila dapat menyembuhkan luka nya. Ia juga ingin lebih mengenal Naila, wanita yang mampu bertahan bersama dirinya, laki laki berhati iblis tak berperasaan.

"Kalian berdua hati-hati."

"Nai akan sangat merindukan Mamah. " Naila memeluk erat tubuh Veni sebelum mereka kembali ke rumah.

" Mamah juga Nai, kamu harus jadi istri yang baik untuk David. " Balas Veni sambil memberi sedikit wejangan untuk anaknya.

" Mamah jaga kesehatan, tidak boleh terlalu capek. " Sekali lagi Naila memeluk Veni, rasanya ia ingin tinggal di Sukabumi namun ia adalah seorang istri yang sudah memiliki suami.

" Nai sama Mas David jalan yah mah. "

" Hati-hati nak. "

Halo semuanya! Bagian ini dipersembahkan untuk kalian yang menunggu aku yang nggak update kelanjutan kisah ini..
Jangan marah - marah lagi yah...
Semoga kalian semua suka, jangan lupa komen dan bintangnya.. (Jangan ragu buat komen, aku selalu baca dan bales selagi ku sempat. )
Pantengin terus yahh..
Akan ada kejutan demi kejutan!
18 November 2019
Xoxo, Puan.


My Devil Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang