IX

14.1K 402 6
                                    

Rangga memintanya untuk datang ke restoran tempat yang biasa mereka datangi siang ini, Rangga mengatakan ada hal yang harus ia katakan pada Naila. Sedangkan Naila sudah menunggunya sejak sepuluh menit yang lalu, namun keberadaannya masih belum bisa ia temui.

Sementara di dalam hatinya ia masih menyembunyikan rencana pernikahannya, dan pernikahan tinggal satu minggu lagi dengan waktu sesingkat itu statusnya akan berganti. Apa ia harus tetap diam? Atau menceritakannya semua ke Rangga. Sesungguhnya Ia tidak berniat untuk menyembunyikan, namun ia hanya memilih waktu yang tepat untuk mengatakannya dan ia tidak ingin memberikan beban pada orang yang selama ini membantunya.

Kursi kursi di restoran mulai terisi oleh pekerja yang ingin mengisi perutnya, mungkin karena sudah jam makan siang. Naila baru memesan minum, sedangkan perutnya sudah mulai berdemo untuk diisi.

"Dengan nona Naila? " Naila mengangkat kepalanya, seorang pria dengan suara tak dikenal baru saja menegur nya.

" Iya benar, siapa yah? " Naila masih belum menyadari jika orang itu adalah Rangga, ia memakai topi yang menutupi separuh wajahnya, Rangga tak bisa menahan tawanya.

" Astaga Nai aku Rangga , masa kamu tak mengenali ku? " Rangga sudah tak bisa menahan sandiwaranya lagi, melihat ekspresi wajah Naila yang ketakutan membuatnya tak bisa menahan tawa.

" Astaga Rangga! Ku kira kau siapa, pikiranku sudah kemana-mana tau! " Kesal Naila, nada suaranya menahan kekesalan karena mereka sedang di tempat umum.

" Hahaha, hey kita sudah bersahabat sudah lama, bagaimana bisa tidak mengenali ku, aku sedih jangan jangan aku tak pernah ada di hatimu. "

" Tak usah ngawur, Kamu selalu ada di hatiku, kamu sudah aku anggap seperti kakak ku sendiri." Diam diam wajah Rangga menyiratkan kepedihan dan terluka, kapan Naila akan sadar jika ia mencintainya lebih dari seorang kakak, ia ingin memiliki Naila seutuhnya ia ingin Naila menjadi istrinya, ia ingin mewujudkan impian Naila hidup berbahagia seperti novel romantis yang sering ia baca.

"Kamu lapar kan? Aku bisa melihat dari wajahmu."

"Memang, kamu sangat lama aku lapar. "

" Baiklah aku akan memesan makanan untukmu." Rangga memanggil salah satu waiters, ia masih gemas dengan pipi Naila yang menggembung, Naila masih ngambek.

"Kamu mau apa? " Rangga memesan makan siang mereka, dalam benak nya ia masih berpikir harus mengatakannya dari mana, sebenarnya ia dan Romeo tak ingin meninggalkan Naila, namun perusahaannya membutuhkan nya. Ia tak ingin meninggalkan orang yang ia cintai, ia tak bisa berjauhan dengan Naila.

" Apa yang ingin kamu katakan Ngga?" Tanya Naila memecah lamunanya.

"Dengar sebelum aku mengatakannya padamu kita harus menunggu adik ku. " Naila makin penasaran, hal penting apa yang akan ia katakan. Dan apa hubungannya dengan Romeo, sepertinya ini hal yang sangat penting. Tak lama Romeo datang membawa jas putih yang sudah tak ia pakai.

" Sudah lama menungguku? " Sapanya, ia langsung menempati kursi kosong di sebelah Naila dan meletakkan jas nya di kursi yang kosong.

" Ayolah katakan, aku bisa mati penasaran. " Raut wajah Rangga dan Romeo menegang, mereka harus mengatakannya, cepat atau lambat ia dan adiknya akan pergi.

" Papah mengirimku pergi ke Amerika untuk mengurus perusahaannya yang sedang bermasalah di sana. " Rangga mengangkat bicara lebih dulu setelah keduanya hanya diam, Naila terkejut, Ranga akan pergi meninggalkan, ini sangat mendadak, bahkan ia belum mengatakan tentang rencananya pernikahanya.

" Untuk berapa lama? "

" Entahlah, untuk waktu yang tak bisa diperkirakan, bisa saja hanya beberapa bulan atau bisa bertahun tahun. "

My Devil Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang