XXXVIII

5K 184 17
                                    

Rangga melonggarkan simpul dasi yang melingkar di kerah kemejanya, lalu dilanjutkan dengan membuka dua kancing teratas dari kemejanya tak lupa ia juga menggulung lengan kemejanya hingga sebatas siku.

Belakangan ini ia bekerja cukup keras dan terus berusaha untuk menstabilkan keadaan perusahaan yang sedang mengalami masa kritis, banyak waktu dan tenaga yang tersita terkadang membuatnya kewalahan. Hampir setiap hari ia pergi ke kantor untuk menyelesaikan semua masalah yang baginya terasa seperti datang bersamaan.

Rangga menyandarkan tubuhnya pada sofa panjang yang ada di kamarnya, setelan jas nya sudah ia letakkan di sembarang tempat. Rangga menutup wajahnya dengan sikunya, berharap hal tersebut dapat membuatnya cepat terlelap.  Namun hingga pukul satu malam ia belum bisa juga untuk menidurkan dirinya, pikirannya terlalu kalut dan ribut untuk sekedar dapat tertidur dengan tenang. Saat ia memejamkan matanya tak lama matanya kembali terbuka, satu nama melintas di pikirannya.

Naila.

Ia merindukan gadis itu, terakhir kali ia bertemu dengannya sekitar hampir dua bulan yang lalu saat ia, Romeo dan Ana berkunjung ke rumahnya. Rangga mengambil ponselnya yang masih berada di saku celananya, ia membuka aplikasi chatting dan berusaha untuk mencari nama gadis yang tiba-tiba mampir pikirannya.

Deretan pesan dan juga panggilan yang tertolak membuatnya meringis ngeri saat membayangkan apa yang akan dilakukan gadis itu saat ia menghubunginya. Rangga menelpon Naila balik, sementara bibirnya terus berdoa agar gadis itu dalam mode baik hati sehingga tidak ada omel yang keluar dari bibirnya yang selalu ia rindukan itu.

Namun sayang hingga panggilan ketiga Naila tak kunjung menjawab panggilannya, saat ia melirik jam yang ada di dalam kamarnya ia menepuk dahinya pelan saat menyadari bahwa hari sudah terlalu larut dan tentunya Naila juga sudah tidur.

Masih, perasaannya masih sama pada gadis yang telah menjadi istri orang lain, sungguh semakin ia mencoba menghapusnya semakin ingatannya membawa ke permukaan.

Rangga kembali menjalankan rutinitas harinya, pagi ini ia sampai ke kantor lebih siang dari biasanya ini karena semalam ia tidak bisa melanjutkan tidurnya sampai subuh tiba. Sekertaris nya sudah menyebutkan semua kegiatannya hari ini, syukurlah sore nanti jadwalnya kosong setidaknya ia bisa melarikan diri dari pekerjaannya.

Romeo datang tanpa mengetuk pintu ruangannya setelah sekertaris nya hilang dari balik pintu lebih dulu. Ia membawa tentengan berlogo salah satu restoran yang terkenal di kota ini, tanpa mengatakan sepatah katapun ia meletakkan di atas meja kerja Rangga dan menempati kursi kosong di depannya.

"Kenapa datang pagi-pagi?" Tanya Rangga saat Romeo hanya sibuk dengan handphonenya.

"Dengar-dengar ada yang datang siang hari ini, udah bosen datang lebih pagi dari karyawan mu?" Romeo mengabaikan pertanyaan Rangga, justru ledekan keluar dari mulutnya.

"Gangguan tidur. Serius Romeo hal apa yang membawamu datang kesini hmm?"

"Sebenarnya tidak ada hal yang cukup serius, aku hanya iseng mampir ke kantormu." Mendengar jawaban dari Romeo membuat Rangga mengubah ekspresi wajahnya tak percaya.

"Seharusnya kau sedang berada di rumah sakit Meo, kau seorang dokter."

"Aku masuk nanti siang, aku bosan Rangga di apartemen sendirian!"

"Pulanglah ke rumah dan berdamai dengan Papah." Romeo hanya diam tak menanggapi ucapan Rangga, ia memilih untuk menempati sofa kosong di ruangan Rangga. Setelah mereka berdua sama-sama diam sekertaris Rangga datang mengingatkannya untuk segera menghadiri rapat.

"Sepertinya kamu sibuk Ngga."

"Aku memang sibuk Meo."

"Yasudahlah, aku tak ingin mengganggu pekerjaan yang sangat  kau cintai itu, aku pamit yah!" Romeo melanjutkan tanpa memperdulikan sindiran saudaranya. "Oh yah, kamu ikut aku keluar nanti malam, ada seseorang yang ingin aku kenalkan padamu." Lanjut Romeo sementara Rangga tidak menanggapi ucapan Romeo, ia masih memijat pelipisnya menghadapi adiknya itu.

"Apapun rencana licik yang ada di kepalamu itu untuk menjodohkan aku lagi, aku bersumpah akan meminta Papah menyeret mu masuk ke perusahaan." Ancam Rangga yang hanya dianggap enteng oleh Romeo.

"Life must be go on bro. Dicoba dulu." Timpal Romeo yang tidak suka melihat saudaranya malah mengancamnya, sia-sia perjuangannya selama ini untuk dapat terlepas dari perusahaan jika benar Rangga melakukannya.

Ia tahu Rangga masih belum bisa mengikhlaskan Naila, sebenarnya ia juga merasakan sakit yang sama, namun Romeo telah mengubur perasaannya pada Naila dalam-dalam semenjak ia mengetahui bahwa Rangga mencintai Naila.

"Rangga, Kita berdua pernah meninggalkannya lebih dari satu tahun lamanya, dan kau bisa menjalankan kehidupanmu dengan normal."

"Mas Rangga Molea Restawijaya, perempuan tidak hanya Naila." Potong Romeo cepat saat Rangga akan mengeluarkan pembelaannya lagi.

"Lalu aku harus apa? Semakin aku mencoba menghapus perasaan ini, hatiku malah semakin menggebu-gebu Meo."

"Kau sudah gila Mas, aku tunggu jam delapan malam di Skyfall, aku balik ke rumah sakit dulu." Romeo menghilang dari balik pintu besar ruang kerja Rangga. Ia sangat yakin 100% bahwa adiknya itu akan menjodohkannya lagi dengan seseorang.

Romeo telah sampai lebih dulu di Skyfall, pekerjaannya sudah selesai dan ia memilih langsung melarikan diri ke sini lebih cepat dari yang dijanjikan, selain itu perutnya terasa lapar karena tadi siang ia melewatkan makannya. Tak lama seorang wanita cantik datang menghampiri mejanya, Romeo yang mengenalinya langsung mempersilakan untuk menempati kursi yang kosong. Mereka berdua larut pada obrolan semasa saat belum kembali ke Indonesia. Hingga setengah jam berlalu Rangga benar-benar hadir menemui Romeo dan temannya, padahal sejak dulu Rangga selalu menolak mentah-mentah ajakan ketika Romeo ingin mengenalkan perempuan.

"Rangga!" Panggilan yang tertuju pada namanya membuat ia langsung menoleh ke sumber suara, ia menghampiri meja yang telah diisi oleh adiknya dan seorang wanita yang asing untuk dirinya.

"Del, Perkenalkan ini Rangga kakakku meskipun ia tak setampan diriku namun akan ku jamin bahwa ia sangat baik, dan Rangga ini Delilah Temanku waktu aku sedang menyelesaikan spesialis-ku dulu." Romeo saling mengenalkan dua insan anak manusia yang masih terlihat canggung.

Obrolan kali ini lebih di dominasi oleh Romeo dan Delilah yang saling bertukar cerita semasa mereka sedang menyelesaikan studi mereka, sesekali baik Romeo atau Delilah melontarkan pertanyaan ke Rangga yang hanya dijawab seadanya sama Rangga. Tapi sebenarnya Rangga tak benar-benar mengabaikan mereka berdua, diam-diam ia memperhatikan Delilah namun tetap dalam mode dingin seorang Rangga.

Tak mungkinkan ia jatuh cinta dalam hitungan menit?

.
.
.
.
Halo.. Aku kembali setelah kembali menghilang. Kalian sangat boleh marahin aku, tapi jujur urusan real life belakangan ini sedang tidak menyenangkan.

Kali ini Naila sama David libur dulu yahh.. Terimakasih atas antusias kalian yah! Terimakasih atas kesetiaan menunggu kelanjutan cerita ini. Akan aku usahakan untuk rajin update yah!Kita ngobrol di kolom komentar yuk?! Jika ada waktu luang akan aku balas 💙

Terimakasih banyak, aku tunggu taburan toping bintang vote nya.. ✨✨

- Puan

My Devil Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang