Monster Part 13 : Lose, Hopes, and Fears

1.3K 165 39
                                    


Part 13



Jung Hoseok, lelaki tampan dengan hidung lancipnya terlihat tengah menyandarkan tubuhnya pada seat mobilnya, satu tangannya sedari tadi terpaku pada perutnya yang terasa kebas –remuk bagai dihantam godam, untuk alasan yang satu itu, ia mengakui bahwa sosok bernama Park Jimin itu benar-benar kuat.

Sementara itu, satu tangannya yang lain terlihat menutupi kedua matanya setelah sebelumnya bertengger manis di atas roda kemudinya, seakan hendak menutupi bias kepedihan hatinya pada dunia.

Ya, ia merasa pedih, sesak, dan sakit di dalam sana, bukan hanya tubuhnya yang remuk akibat pukulan membabi-buta Jimin, melainkan hatinya juga. Ia merasa bahwa ia sama sekali tak ada nilai plusnya jika dibandingkan dengan Jimin. Lelaki tampan bermata kecil itu bahkan dengan mudah dapat melindungi Jungkook dari seorang Pecundang hina seperti dirinya sendiri, dan lagi Jimin merupakan pribadi yang hangat dan menyenangkan. Jika ia akan membawa efek ramai tak terkendali di lingkungan sekitar, Jimin mampu menawarkan rasa aman dan nyaman pada orang-orang di sekitarnya, itulah nilai plus yang tak dimiliki Hoseok.

Dalam keheningan pilu itu tetes demi tetes kelemahannya kembali membasahi wajah penuh lebam dan luka itu, menyisakan perih ketika bertabrakan dengan luka menganga mengeluarkan darah di sudut pipi juga bibirnya, namun rasa perihnya sama sekali tak sebanding dengan apa yang dirasanya di dalam sana –di hatinya.

Hoseok merasa kalah, bahkan sebelum berperang. Toh, percuma saja berperang jika kau sudah mengetahui hasil akhirnya tanpa percobaan sekalipun. Jungkook tentu saja akan meninggalkan Bajingan hina menjijikkan sepertinya, dan berpaling ke dalam pelukan hangat seorang Park Jimin, dan lagi.. mereka pernah punya 'sejarah' hangat.

"hiks.."

Sebuah isakan akhirnya memenuhi mobil Jeep hitam itu, terdengar pilu dan menyayat hati, seakan begitu menggambarkan keadaan sang empu.

Hoseok dilemma. Hatinya menjerit keras kala dipaksa harus bekerja selaras dengan akal sehatnya, dan juga nafsunya. Namun, siapapun di dunia ini tahu bahwa ketiganya sama sekali tak pernah bekerja sinkron. Terkadang akal sehat mampu menutupi keinginan hati, dan menekan nafsunya, terkadang pula kelembutan hati mampu membuat akal sehatnya hilang bagai ditelan bumi bersama dengan nafsunya, dan terkadang pula, nafsu lah yang jadi pemenangnya, membiarkan akal sehat dan hati kecil duduk di barisan penonton.

Hoseok menyandarkan kepalanya pada roda kemudi, sementara kedua tangannya sudah beralih meremat rambutnya frustasi. Ia bingung, dan tentu saja tak kuasa harus memilih memenangkan yang mana di antara ketiganya.

Haruskah ia tetap memilih Yoongi? Mengejar cinta lelaki manis itu dan menutup mata dari kenyataan yang mengatakan bahwa lelaki cantik itu telah berbahagia dengan pilihan kelam nya? –Nafsu.

Ataukah ia harus mempertahankan Jeon Jungkook –lelaki cantik lainnya yang tengah mengandung darah-dagingnya? Mencoba membuka hati untuk lelaki yang telah mencintanya sepenuh hati itu? –Akal sehat.

Ataukah ia harus memilih pilihan terakhir mengenai.. merelakan Jungkook lepas dari tangannya dan berpaling dalam pelukan hangat dan nyaman seorang Park Jimin? –Hati kecil.

Mana yang harus dipilihnya dari ketiga pilihan itu? Hingga detik ini bahkan Hoseok tak mampu menemukan sepatah kata pun dari jawabannya.

Hoseok kembali mengacak surainya gusar, kepalanya kembali terasa sakit, bagai ditusuk ribuan jarum tajam, sementara di dalamnya memori tentang Jungkook terus berputar bagaikan kaset kusut.

Monster (NamGi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang