Till end

46 3 1
                                    

Pagi itu tak akan pernah aku ulang lagi , saat dimana aku membuka jebdela ini dan menatap kedepan ,akan ku simpan semua apa yang telah terjadi disini.

Keenan, sebuah nama yang masih saja kusebut sebut dalam pembicaraanku dengannya ,dia tak pernah merasa bosan saat kuceritakan kembali ,aku pun merasa seperti itu ,aku tak pernah bosan bercerita tentang Keenan , seolah ia kenal dengannya, seolah ia pernah bertemu dan melihat sosok Keenan itu. Tanpa tanya apapun ia masih setia mendengar segala celotehku.

"Dann ,betapa marahnya aku pas tau si Jepang ini deket sama dia"  Jika kuulang kisah ini pada siapapun itu aku selalu saja tertawa, tapi kali ini berbeda , entah mengapa aku tiba tiba melesat masuk ke posisinya. Pernah tidak kalian merasakan gravitasi ,dan tiba tiba kalian tersadar bergerak dengan sendirinya , tapi ini beda Aku tiba tiba saja merasakan yang ia rasakan, bukan muak atau pun bosan ,tak dapat ku jelaskan.

"Loh kok kamu diam ?"
"Kamu merasa aku selalu kayak gini gak sih , kamu bosan ?, jenuh ? , ngomong aja, gak usah dipendam"

Aku berlalu pergi tanpa sebab ,perasaan bersalah dan malu tak terbendungkan di kepalaku

Sudah sering aku merasa seperti ini sejak kembali ,ini seperti jetlag tapi lebih parah.

Malam itu aku terbenam di dalam selimutku mengecek semua pekerjaan ku yang telah kuselesaikan , sebenarnya deadline ku malam ini tapi aku sudah menyelesaikannya sebelumnya aku tak mau terlalu larut tidur malam ini ,besok aku punya acara yang sangat penting, dan besok aku juga akan kembali ke rumahku dan bertemu ibuku, sudah snagat lama aku tak pulang ,beban pekerjaanku sekarang memang mengharuskanku untuk mandiri, ada baiknya tapi banyak kangennya.

Mataku mulai berat menatap ponsel yang terang sementara disekitarku telah gelap kelam. Diriku sendiri pun tau saat ini aku menunggunya tapi tak mau menghubunginya duluan. Aku teringat karena besok akan pulang aku harus mengabari ibuku

"Mom besok aku mau ke ...."

Belum sempat pesan ku selesai ku ketik namanya muncul besar di layar ponselku dengan gambar lucunya ,bibirnya yang dimajukan seperti bebek, aku kembali tertawa sebelum mengangkat telponnya

"Ya.." aku menjawab dengan dingin
"Kamu suka ya kayak gini terus ?"
"Apasih? " jawbanku seperti seorang yang tak bersalah

"Aku sebenarnya capek..."
"Ya udah gak usah kembali ,jangan asal ambil keputusan dan gak sanggup terus main bilang capek seenaknya emang cuma kamu yang capek ?"

"Aku belum selesai Jenn, kalau kamu mau ceritain Keenan sepuasnya itu hak kamu , tapi kalau kamu yang berubah padahal tadi baik baik aja itu yang buat aku bingung dan capek, kejadian kayak tadi udah 3 kali keulang dalan seminggu ini, kalau memang kamu masih gak siap ,aku yang bakal nunggu"

"Ketemuan yuk"

Tuuut tuuut...
Aku memutus panggilannya dan segera mengganti piyama ku.

"Di cafee crust" ia mengirmiku pesan

*******

Aku berjalan kedepan pintu masuk cafee , melirik ke arah tempat tadi siang ,ya ia disana terduduk memandang kebawah, ia masih saja dengan kemeja putihnya ,aku yakin hingga sekarang pun ia belum pulang ke apartemennya.

Aku duduk didepannya yang membuatnya sedikit kaget.

"Let's talk"
"Apa yang akan kita bicarakan ?"
"Aku hanya ingin menjawab tentang emm..." aku memutar bola mataku

"Tentang kamu mau lanjut apa...."
"Yaa.. itu"
"Then ?"

Aku terdiam lalu membuka sedikit bibirku dan mulai berbicara serius ,sejujurnya aku memang belum siap

"Aku minta maaf aku gak bisa buat kamu nyaman ,selama kamu kembali selama dua bulan ini ,aku memang nggak pernah buat kamu senang kayak dulu , aku minta maaf kita emang seharusnya gak sampai sejauh ini mau kembali ,dia memang masih selalu ada dan gak bakal aku lupain"

"Jenn.."

"Sorry Nich ,friendzone kita emang gak akan pernah berakhir"
"Kalau memang kamu yakin tentang ini  aku rela walaupun aku sebenarnya masih percaya Friendzone itu gak ada cuma kita berdua aja yang gak pernah punya keyakinan, kita boleh jalan sendiri sendiri besok atau seterusnya tapi jangan pernah salahkan aku saat kamu kembali aku juga sudah memutuskan pergi"

Mendengar kata kata Nicho yang seperti itu yang kulakukan hanya terdiam sampai Nicho pun beranjak dari kursinya dan pergi. Setelah ia pergi aku juga pergi.

Setahun belakangan ini tak mendengar soal Nicho setelah kejadian di Crust saat itu, kami juga sudah tak pernah disandingkan di beberapa kegiatan. Kupikir hubungan ku dengan dia sudah  tak ada apa apanya lagi  tapi sampai aku membuka email darinya

"Jenn kamu memang yakin tentang semua ini karena keyakinan kamu aku juga sudah hampir yakin kalau bisa aku ingin membicarakan semua seperti biasa ya di crust sore ini"

Aku langsung tersentak dan segera melihat jam tanganku ini sudah cukup sore ,segera ku bergegas menuju Crust

Duduk di depannya setalah setahun itu membuatku merasa aneh ,seperti pertama kali bertemu.

"Hai jenn"
"Hai"
"Canggung ya?"
"Nich kamu mau bilang apa ?"
"Oh langsung pada intinya saja ya?, maaf ya jenn aku jadi gak terbiasa"

Bicara Nicho sungguh aneh ,setiap kata katanya tidak seperti dulu

"Aku hampir yakin dengan keyakinan friendzone kamu ,sebenarnya ini cuma pertanyaan terakhir kali tentang keyakinan kamu supaya aku juga sepenuhnya percaya"

Sebenarnya friendzone ini tak seutuhnya kupercaya ,aku hanya ingin menjalani friendzone lalu terbiasa dan bisa kembali di Nicho lagi, tak tahu kenaoa jika hanya friendzone yang ku jalani dengan Nicho aku merasa ini lebih dari cukup.

"Aku yakin"
"Sudah kuduga kamu masih bertahan di sana , tapi walaupun sebenarnya kamu berubah aku yang sekarang tidak akan mungkin lagi berubah"

"Maksud kamu apa sih nic dati tadi kamu ngomongnya gak jelas"
"Kamu masih ingat kan kata kata ku di crust setahun lalu ,ajaib ya ternyata kata kata ku itu terjadi"

"Kata kata yang mana?"
Bibir ku mulai bergetar mengingat kata kata nicho saat itu sebentnya kata kata untuk pergi

"Jangan salahkan aku jika kamu mersa ingin kembali ,aku juga sudah memutuskan untuk pergi"

"Sebenarnya rasa untuk kembali itu selalu ada tapi aku belum sepenuhnya yakin"
"Dulu aku yang selalu merasa optimis dengan semua tapi sekarang kupikir ini memang tak ada artinya buat kamu dan itu buat aku yakin hal yang sama"

Aku terdiam menatapnya dengan mata yang berkaca kaca sampai ia tiba tiba memberiku sesuatu, kertas cantik yang sungguh melukai.

"Minggu ini ya Jenn, aku harap banget kamu datang"

Kata kata pergi dari Nicho memang terjadi , ia sudah pergi tapi masih sempat ia mengingtku padahal jika itu aku mungkin saja aku akan melupakan semuanya jima bukan karna optimia dari Nicho aku mungkin tak bisa melupakan Keenan. Miris memang ,untuk melupakan satu orang aku harus menyakiti seorang lainnya.

"Setelah Nicho pergi aku juga pergi" , kata kata ini tak pernah berubah wlaupun. Yang kuharapkan seharusnya  "Setelh Nicho pergi aku mengikutinya dan berjalan bersamanya"

                              Selesai

Tiba tiba sudah berkhir saja cerita bertele teleku ini ,setelah sekian lama
Semoga cerita ini berkesan ya HAHAHA ,terimakasih untuk reader yang masih setia menunggu ending cerita ini, terimakasih yg sudah vote, semoga setelah cerita ini saya akan berniat lagi untuk membuat atau melanjutkan cerita yang lain

🎉 Kamu telah selesai membaca Lie (FriendZone means Friends Gone) [SELESAI] 🎉
Lie (FriendZone means Friends Gone)  [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang