12

10 1 1
                                    

Elang Pov.

Hari ini aku merasa bagaikan dirumahku yang dulu.
Jika biasanya dirumah yang selalu memarahiku adalah Bunda. Tapi sekarang Ryan yang memarahiku terus.

Seperti sekarang ini. Dia bahkan tidak mengijinkanku sarapan dengan tenang.

"Bisakan lain kali kalo sama cewek itu yang ramah. Ngeyel banget kalo dikasih tahu. Kasian tahu Bella loe tinggal sendiri!!" Omel Ryan

"Dia yang minta Yan!!"

"Meskipun dia yang minta, dan dia bisa pulang sendiri. Tetep aja. Dia itu cewek!! Nggak peka banget sih!!" Nasehatnya lagi.

"Terus mau loe gue harus gimana??" Tanyaku sedikit emosi. Dia yang minta aku yang disuruh tanggungjawab.

"Minta maaf sama dia. Tunjukkan rasa bersalah loe sama dia!!"

"Loe gila yaa.. Bisa besar kepala tu Cewek!!" Sangkalku sedikit berteriak.

"Gue bisa-bisa dikira suka lagi sama tu cewek. Ogah gue males!!" Lanjutku Pergi meninggalkan meja makan.

"Lang!! Jangan gitu dong!! Loe kan cowok. Gue rasa yang dibilang Bella sama loe itu bener. Kalo sikap loe kyak gini terus. Siapa cewek yang mau deket sama loe!?" Sindir Ryan membuatku berhenti.

"Seenggaknya bilang maaf ke dia. Bilang kalau waktu itu loe hanya kebawa emosi!! Gue bilang gini karena gue temen loe Lang. Gue nggak mau loe jadi nggak bisa menghargai cewek yang meskipun loe nggak suka!!" Lanjut Ryan

Jika dipikir-pikir Ryan ada benarnya. Jangan sampai aku membenci seseorang hingga membuatku buta akan sisi baiknya.

Aku tidak ingin menjawab ucapan Ryan. Aku meraih tasku dan segera memakainya dan berangkat kuliah tanpa memperdulikan Ryan.

Terkesan jahat memang. Tapi ini bentuk kemarahanku pada Ryan. Dan aku rasa Ryan tahu alasan kenapa aku melakukan ini.

Sampai di kampus. Aku segera menemui Bella. Mendengar ucapan Ryan membuatku benar-benar merasa bersalah pada Bella.

Saat akan memasuki area kampus dibagian fakultas hukum tempat fakultas Bella. Handphoneku bunyi. Akhir-akhir ini aku sedang menunggu pesan atau telpon masuk dari seseorang.

Berkat dukungan Ryan juga aku berhasil mengirim Novel gadis itu melalui alamat yang tertulis di kertas yang ada di Novel itu.

Aku sengaja memberi nomor telponku agar gadis itu memberikan kabar padaku bahwa memang benar dia gadis yang ku maksud dan aku benar ditujukan untuknya novel dan surat itu.

Aku sempat menolak. Tapi hatiku juga butuh kepastian akan cinta yang bersemi dihati ini.

"Hallo Bunda!!" Sapaku pada Bunda yang menelponku. Hampir setiap hari Bunda menelponku. Selalu menanyakan kabar dan sebagainya. Aku tidak pernah keberatan ataupun terganggu. Justru aku senang mendapat perlakuan ini dari bunda. Karena aku juga sangat menyayangi bunda dan aku sangat merindukan kasih sayangnya.

"..."

"Udah kok Bun, Bunda tenang aja!!"

"..."

"Kalau aku nggak lupa ya Bun!!"

"..."

"Hehe.. Iya Bun Iyaa maaf. Aku akan mengingatnya"

"..."

"Janji Bun!!"

"..."

"Iyaa.. aku akan jaga diri baik-baik. Bunda juga jaga diri dan kesehatan ya Bun, nitip salam aja buat Ayah!"

Aku Dan Kau PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang