16

8 1 2
                                    

Pelangi Pov.

Aku baru saja turun dari bus. Di gerbang depan sekolah kulihat kak Ilyas berdiri melipat tangan di depan dada.

Sekolah masih sepi tapi diwajahnya ada ketegangan yang menakutkan.

Aku berjalan menghampirinya, karena dari tadi dia terus menatapku.

"Kakak.."

"Tadi malam.."

Ya Allah.. Ampuni dosa hamba Ya Rabb..
Ternyata yang membuat ketegangan diwajah kak Ilyas adalah kesalah fahaman tadi malam.

"Aku.." Ucapku dan kak Ilyas bersamaan. Membuat suasana menjadi semakin canggung.

Aku menunduk malu. Sedang kak Ilyas ku dengar ia tertawa rendah. Seperti menertawakan dirinya sendiri. Aku menatapnya bingung.

"Ladies first deh!!" Ucapnya mempersilahkanku berbicara dulu. Tidak. Aku tidak mau. Dia harus bertanya sesuatu atau setidaknya berkata sesuatu agar aku sedikit lebih mudah yang mana yang harus ku jelaskan.

"Kakak aja dulu. Kakak kan lebih tua dari aku" Kak Ilyas menaikkan sebelah alisnya mendengar ucapannku. Apa aku salah?

"Oke. Tadi malam itu, kamu bisa jelaskan sama aku maksud mama kamu!!" Pinta kak Ilyas.

"Ya!!" Jawabku mantap. Tapi juga merasa bersalah pada kak Ilyas.

"Lalu. Apa maksud mamamu??"

"Itu semua salah paham!!"

Kak Ilyas mengangguk. Wajahnya lebih rileks dan santai. Ia melipat tangannya lagi yang tadinya sudah terlepas sambil menyandarkan bahu kirinya di tembok pagar sekolah.

"Dulu, aku sering ditemeni temenku waktu aku nunggu jemputan mama di halte itu. Dia juga les disana. Tapi sekarang udah nggak karena dia sudah lulus sekolah. Dan mama mengira kak Ilyas itu adalah temenku yang sering nemenin aku dulu!!" Terangku. Kak Ilyas tampak mendengarkannya dengan seksama.

"Oh.. Jadi gitu ceritanya. Kalau boleh tahu, kenapa kamu selalu senang setelah ditemani sama temen kamu itu??" Pertanyaan kak Ilyas membuatku tak bisa menjawabnya secara jujur.

"Karena, yang namanya ditemani seseorang itu lebih asik daripada sendiri. Bawaannya nggak marah terus. Gitu!!" Jawabku. Dan itu bukan jawaban bohong.

Kak Ikyas mengangguk. Lalu berdiri tegak merapikan kemejanya.

"Aku ke kelas deh!! Kamu?? Masih mau disini??" Tanya kak Ilyas menggodaku sambil tersenyum geli. Aku menggeleng tapi kak Ilyas malah tertawa meninggalkanku.

Ternyata sekolah masih sepi saja dari tadi. Aku melihat jam di tanganku. Baru jam 6 lebih lima menit ternyata. Jadi aku berangkat sangat pagi hari ini. Pantas mama nggak marah.

Aku berjalan dibelakang kak Ilyas. Tiba-tiba kak Ilyas berhenti membuatku juga ikut berhenti dan memperhatikanannya berbalik menghadapku.

"Nanti malam mau ditemeni di halte lagi nggak?" Tanya kak Ilyas membuatku melongo.

"Kenapa?? Eh. Maksudku. Kenapa kakak tanya gitu??" Ucapku gugup.

"Ya nggak papa. Daripada sendiri, lebih baik ada temennya kan??" Ucap kak Ilyas tersenyum menggoda.

Oh kak Ikyas mau menguji kesetiaanku sama kak Firman. Mau menggoda aku biar selingkuh!! Nggak. Aku nggak mau.

"Hehe.. Nggak deh kak. Udah biasa sendiri kok!!" Jawabku beramah tamah lalu berjalan melewatinya.

Saat aku sampai di kelas. Rere ketua kelas sudah duduk manis di bangkunya dengan setumpuk buku tugas milik anak-anak.

"Pagi, Re!!" Sapaku pada Rere yang tengah menyusun atau mungkin mengecek buku tugas itu.

Aku Dan Kau PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang