3

10 2 0
                                    

Pelangi POV.

Malam sepulang les, aku tak pernah merasa segundah ini. Besok adalah hari yang sangat menentukan menurutku.

Jika aku beruntung. Aku akan dengan mudah mengerjakan ujianku besok.

"Semoga Tuhan berpihak padaku!!" Gumamku sambil duduk di balkon kamarku.

Jujur saja, aku bukan gadis yang pandai. Gadis pas-pasan yang sudah sangat senang bila mendapat nilai 8 saat ulangan.

Berbeda dengan..
Emm.. Kakak itu..
Kemana perginya?? Aku tak pernah melihatnya sekarang. Dia pernah bilang jika dia ingin kuliah keluar negeri. Tapi, kenapa dia tidak pamitan denganku??

Eh?? Kenapa harus pamitan?? Kita tidak seakrab itu. Hanya sesekali mengobrol, jika tau kesukaan masing-masing dan semakin dekat, itu hanya bonus dari obrolan itu.

Tapi paling tidak seharusnya pamit dulu.
Meski tidak akrab. Kita pernah mengenal. Mengenal tanpa mengetahui nama. Hahha lucu sekali. Aku hanya memanggilnya "kakak" saat kita bersama.

Aahh.. Sudahlah. Mungkin sekarang dia sudah pergi kuliah. Dia sudah menjalani hidupnya dengan bahagia mungkin.
Dan aku, aku juga harus bersiap-siap menempuh ujianku besok, berusaha mendapat nilai baik agar bisa dengan mudah masuk sekolah favoritku.

Aku harus bergegas tidur, agar besok aku lebih segar dan fit lagi.

***

Author POV

Pelangi menempuh ujian dengan santau dan percaya diri. Ayahnya menelfon pagi tadi untuk menyampaikan doa agar ia dapat dengan mudah mengerjakan soal ulangan dan diberi kelancaran urusannya. Ayahnya hanya bisa mengatakannya melalui telefon. Karena saat ini Ayahnya sedang melaut dan itu adalah sebuah tugas.

Mamanya juga mendoakan hal yang sama saat Pelangi akan berangkat sekolah.
Hatinya merasa sangat nyaman mendapat doa itu, juga setelah ia berlama-lama memanjatkan doa pada Allah agar diberi kelancaran dan kemudahan.

Terbukti saat ini dan hari-hari berikutnya. Pelangi dengan mudah mengerjakan ujiannya.

Hingga sekarang saatnya lah hari kelulusannya diumumkan.
Selama berhari-hari, Pelangi terus membuntuti Mamanya. Saat Mamanya memasak sarapan. Ia mengikuti dan merengek-rengek karena cemas. Bahkan Pelangi melarang Mamanya pergi kekantor hanya untuk mendengarkan isi hatinya yang gundah akibat keresahan yang ia alami.

"Ma, aku takut!!"

"Yakinlah kalau kamu lulus sayang!! Kamu sudah bekerja keras kan!!"

"Tapi.."

"Udah!! Mama nggak mau anak Mama cengeng begini. Dan Ayah juga pasti marah kalau tau kamu cengeng dan tidak percaya pada kemampuannya sendiri"

"Maaf, Ma!! Tapi Mama harus terus mendoakan aku ya!?"

"Pasti dong!! Setiap orang tua pasti akan mendoakan yang terbaik untuk anaknya sayang!!"

Pelangi tersenyum mendengar ucapan Mamanya. Mamanya juga tersenyum membelai rambut anaknya.

Jam menunjukkan pukul 12.35 siang. Lama Pelangi menunggu datangnya surat pemberitahuan yang memberitahunya lulus atau tidak.
Tapi surat pemberitahuan itu tidak kunjung datang. Hingga Pelangi jenuh dan bosan.

Mamanya menatap Pelangi tersenyum.
Menghampiri anaknya yang duduk malas-malasan di ruang tamu sambil menghadap pintu rumah.

"Istirahatlah. Mama akan bukakan pintu saat ada tukang pos yang datang mengantar surat pemberitahuan kelulusanmu!!"

Pelangi duduk tegak sambil menggenggam tangan Mamanya yang digunakan untuk membelai rambutnya.

"Guru jaman sekarang emang nggak berperikemanusiaan. Kenapa harus dengan cara diberi surat pemberitahuan seperti ini. Kenapa nggak langsung diberitahukan pada muridnya kalau semua muridnya lulus dengan nilai yang sempurna" Omel Pelangi.

Aku Dan Kau PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang