Chapitre 2

488 27 2
                                    

Jantungku berirama ketika melihat goresan senyum indah dari bibirmu.



Suara musik klasik mengalun indah ke seluruh sudut ruangan aula besar yang dipersiapkan indah sesuai malam penuh keromantisan mereka harapkan, kerlap-kerlip lampu layaknya bintang-bintang dengan sederhananya menghiasi ruangan itu layaknya bintang yang nyata dengan terangnya di langit untuk menuntun langkah mereka di lantai dengan suasana sedikit temaram.

Andrea melangkah dengan tenangnya sementara kedua matanya di balik topeng putih gadingnya mencari-cari dimana Andre, semua mata memperhatikan siapa wanita di balik topeng itu. Dan para pria langsung berkeinginan besar yang pertama kali mengajaknya berdansa. Wanita itu berhenti mematung seketika saat ada seorang pria memakai jas hitam bertuxedo putih.

Goresan senyum itu mampu membuat Andrea terkagum dan sengatan itu datang, jantungnya dalam satu detik saja langsung merasa ada ribuang serangan mampir padanya. Andrea ternganga sejenak melihat pria itu, mungkinkah dia sumber asal detakan jantungnya ini. Langkah Andrea pun hendak tertarik untuk menghampiri pria itu yang tengah menatapnya terang-terangan.

"Permisi, nona cantik."seorang pria sedikit menundukkan punggungnya dan kemudian menjulurkan tangannya untuk menyambut tangan Andrea,"apa kamu mau berdansa denganku?"

Andrea melirik ke pria tadi tapi dia sudah pergi dan pria itu menegurnya lagi karena sudah melihat acara dansa sudah mulai dengan langkah kaki orang-orang disana menuju tengah aula. Pria itu masih sabar menunggu tangan Andrea sementara di dalam benak wanita itu, ia menebak-nebak pria ini tampan di balik topeng coklatnya tapi mengapa perasaannya jauh lebih besar penasaran dengan pria bertopeng hitam gagah itu. Senyum pria itu melebar saat Andrea menyerahkan tangannya ke dekapan tangan pria itu.

"Apakah kamu juga sedang mencari seseorang yang ingin kamu jadikan kekasih?"tanya pria itu tengah mereka berdansa

"Sebenarnya ya."Andrea masih sedikit kaku dengan tariannya sementara pria itu sangat mahir dan perlahan-lahan mengajari wanita di depannya dengan lembut.

"Kalau begitu kita punya tujuan sama."

Senyum pria itu menyadarkan Andrea kalau senyum itu tak sama dengan pria yang tadi.

Tak lama berselang waktu, kegiatan dansa mereka berganti dengan mengobrol, minum sejenak lalu pria itu menarik Andrea kembali berdansa seolah tak ingin melepaskan Andrea pada pria manapun disana. Dia merasa kalau pria itu terlalu mempertahankannya.

"Aku lupa menanyakan namamu."ucapnya tiba-tiba di langkah kaki mereka berdansa pelan,"boleh aku tahu siapa namamu?"

"Sebelum aku memberitahumu, aku ingin lebih dulu tahu namamu."

"Baiklah."pria itu pun lebih dulu menyebut namanya,"namaku Andre."

Andrea spontan termangu tak percaya, jantungnya seolah terhempas jauh kemana lalu kembali ke tempat semulanya lagi,"kamu Andre."

"Ya."Andre mengangguk mantap,"sekarang aku ingin tahu namamu."

Bunyi jam bandul yang begitu besar di dinding aula berbunyi keras, mereka semua terkesiap kaget dan terdiam sejenak memperhatikan jam itu. Mata kami kembali ke masing-masing pasangan dansa. Inilah waktunya kami untuk melihat wajah asli pasangan dansa kami.

"Bisakah kamu membuka topengmu?"

"Sebelum aku membukanya, aku ingin tahu siapa namamu."elak Andre.

"Aku adalah Andrea."kedua matanya sedikit menunjukkan kalau dia terkejut, ekspresi itu apa dia benar-benar yang ada di novel itu di benak Andrea

"Bagaimana mungkin nama kita sama seperti ini. Mungkin kita adalah jodoh."ada keraguan bagi Andrea setelah mendengar suara pria itu.

"Bisakah aku melihat wajah aslimu?"pinta Andre

"Tunggu."Andrea menghentikan tangannya lalu meminta pada Andre,"kita buka bersamaan."

Anggukan kepala membuat kami perlahan membuka topeng kami masing-masing. Andre menatap kagum wajah Andrea yang hanya diam saja memperhatikan pria di hadapannya, dia memang tampan tapi ada kegelisahan sendiri bagi wanita itu untuk mempercayai apakah itu benar-benar Andre yang dia cari. Tak ada perasaan apapun di dalamnya, tak ada juga debaran yang menandakan kalau ini benar-benar Andre.

"Kau tuliskan namamu yang menjadi kerinduan relung hatiku untuk mengetahui siapa gerangan."

"Maksud kamu apa?"dugaan Andrea benar, itu bukan Andre yang dia harapkan.

"Maaf. Kamu bukanlah Andre yang menjadi kerinduanrelung hatiku."sesal Andrea,"aku harus pergi."    

Andrea berbalik badan bersamaan dengan menarik gaun panjangnya ke belakang, meninggalkannya di keramaian pasangan yang sudah menemukan belahan hatinya disini. Tapi tidak untuk mereka berdua. Andre memanggil nama Andrea tapi wanita itu tak mengindahkannya, dia termenung tak menduga kedekatan mereka tadi tidak seperti yang ia harapkan.

Andre & AndreaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang