Chapitre 9

372 14 0
                                    


Dengar mulmed pasti bisa kena sama cerita Andre n Andrea apalagi adegan Andre ngejar Andreanya... 😻😻😻 happy reading...

Lebih baik mati bersamamu,kekasih hatiku

daripada hidup bersama orang yang ku benci.

Karena mati bersamamu adalah surga

dan hidup bersamanya adalah neraka.

Andrea buru-buru memanggil taksi sementara Jeihan bingung melihat temannya itu tergesa-gesa menariknya keluar sehabis kuliah berakhir, mereka berencana pergi jalan-jalan. Mikael cepat-cepat menghampiri taksi itu, berhenti lalu turun dari mobilnya. Andrea yang melihat pria itu sudah datang pun segera menarik paksa Jeihan untuk masuk.
"Kamu mau kemana?"tanya Mikael menarik keluar tangan Andrea yang hampir masuk ke dalam taksi itu.
"Hei!"teriak Jeihan dari dalam, dia bergeser untuk melihat Andrea yang dipaksa keluar dari taksi.
"Kamu."bentak Jeihan, tidak suka dengan tingkah kasar pria itu,"you're completely mad. You think who you are?"Jeihan memarahinya dengan keras.
"I'll be her husband someday."jawab Mikael penuh intimidasi,"dan kamu, tunggu undangan pertunangan kami."
"What?"kaget Jeihan, mengangkat kedua alis mata pada Andrea dan kembali melihat Mikael,"of course, she really hates you."
Mikael merasa jengah menghadapi Jeihan yang berkata ketus sejak tadi, menutup pintu taksi itu dan menepuk-nepuk bagian atas taksi agar menyuruh supir taksi itu pergi membawa gadis kecil itu.
Di sisi lain, Jeihan tampak sangat marah dengan mengancungkan jari tengahnya keluar jendela. Andrea tertawa melihat tanda itu sementara Mikael justru melihat ke wanita yang tengah menahan tawanya karena memasang wajah dinginnya. Apapun usaha Mikael memperingati Andrea selalu saja tidak berhasil karena wanita itu akan selalu menyindirnya.
"Sudah ku bilang kalau kamu harus pulang bersamaku dan kamu harus mengikuti perintah kedua orangtuamu."
"Aku sama sekali tidak merasa itu adalah perintah orangtuaku, itu pasti kerjaanmu yang sesukanya membuat aturan itu."cibir Andrea menyilang tangan, membantah keras semua maksud Mikael menguasainya.
"Itu bukan cuma keputusanku."
"Tapi gara-gara kamu, semua itu terjadi, mulut kuda."ucapan kasar Andrea hampir menyulut emosi Mikael kalau ia tidak ingat ini adalah tempat umum dan ia tak mau membuat keributan dengan Andrea yang jelas sangat keras kepala padanya.
"Bagaimana bisa bibir kamu selancang ini?!"Mikael hanya membentak, mengeratkan pegangan tangannya dan melihat ke sekitar sedang memperhatikan mereka.
"Mari."dia menarik paksa Andrea lau membukakan pintu kursi depan, menyuruhnya masuk ke dalam.
"Mulai sekarang kamu duduk di sini!"perintah Mikael,"aku bukanlah supirmu yang duduk sendiri di depan setir."
"Aku sama sekali gak menyuruh kamu untuk mengantar jemput aku. Kalau kamu merasa seperti supir, itu memang cocok untukmu karna selalu berharap kalau aku bisa luluh dengan sikap baikmu itu dengan menjadi seorang yang harus capek-capek disuruh oleh orangtuaku layaknya seorang supir."
Dia memukul kuat setir itu lalu menatap Andrea penuh emosi tapi ia coba tahan itu karena ia tahu Andrea selalu membuatnya belingsatan belakangan ini karena hanya memikirkan bagaimana membuat Andrea jatuh ke tangannya.
"Kalau cuma dengan menghina, kamu pasti merasa tidak bisa berbuat apa-apa lagi untuk memisahkan kita berdua."Mikael berbicara dengan perlahan-lahan agar Andrea bisa mengerti dengan ucapannya,"aku justru semakin senang kalau kamu merasa lemah dan tidak tahu lagi melakukan apa-apa untuk membatalkan pertunangan kita. Hinalah aku sesukamu. Itu sama sekali gak akan bisa mengubah keputusanku untuk memilikimu."
Hening. Andrea memikirkan semua perkataan Mikael yang memang bersikukuh mendapatkannya.
"Semua itu enggak sama sekali mungkin terjadi."suara desis dari Andrea di depan wajah Mikael memecah keheningan tadi
"Aku bisa yakinkan kalau itu pasti terjadi."dia menyengir pada Andrea,"dan pada akhirnya aku bisa meniduri mu dan kamu tidak bisa berbuat apa-apa."
Tatapan Andrea menjelaskan semuanya pada Mikael, kalau wanita itu sangat jijik dengan perkataannya tapi tidak bisa membantah apapun mengenai perjodohan mereka.
"Ada apa, Andrea sayang?"tanyanya merasa menang,"kamu masih ingin membantah perkataanku?" Mikael mengelus lembut pipi Andrea dengan jempolnya.
"Lepaskan tangan kotormu itu!"perintah Andrea cepat, merasa jijik tangan Mikael ada di tubuhnya,"jangan sekali-kali kamu berharap bisa menyentuhku dengan sesukamu apalagi meniduriku."
Kedua mata Andrea masih menatap keji Mikael yang hanya mendengus mendengar perlawanan calon tunangannya. Mikael tak mau membesarkan pertengkaran mereka dan lebih memilih melajukan mobil. Andrea akan sendirinya tunduk pada dirinya.
Saat di persimpangan, mobil itu memutar pelan. Andrea melihat Andre sedang bersandar ke mobil, tampak sedang menunggu.
"Dre!"teriak Andrea, menyembulkan kepalanya dari jendela dan Andre pun berlari menuju mobil itu hingga mencapai tangan Andrea yang langsung menggenggam kuat lengan tangannya.
"Andrea."Andre pun menangkup wajahnya dengan satu tangan lalu mengecup singkat kening wanita itu. Andrea merasakan kerinduan itu menjalar di tubuhnya.
Tiba-tiba mobil mulai melaju dengan cepat, Andre langsung melihat Mikael di kursi kemudi,"berhenti!"
Mikael justru lebih ingin menambah kecepatan mobilnya, ia memandang jijik Andrea disentuh pria itu.
"Sayang, jangan pernah tinggalkan aku."mohon Andre pada Andrea tengah mereka masih berpegangan kuat.
"Aku takkan pernah meninggalkanmu, sayang."balas Andrea cepat,"takkan pernah."
"I miss you so bad."Andrea pun menarik tengkuk Andre lalu menciumnya di tengah mobil yang dikendarai Mikael justru semakin cepat. Andre pun tak mau menghilangkan kesempatan yang hanya sebentar ini. Andrea yang semakin mengeluarkan kepalanya mendapat pagutan lebih dalam dari bibir Andre.
"Aku mencintaimu."desah Andre di tengah dia harus menguatkan kedua kakinya untuk tetap berlari kala mobil melaju semakin cepat.
Andrea tak membalas itu dan ciumannya yang semakin dalam ia berikan pada Andre membuktikan kalau dia juga mencintai Andre.
Kecepatan mobil yang semakin bertambah cepat harus membuat mereka terpisah. Andre menghentikan larinya dan tak bisa lagi mengejar kekasihnya, ia sungguh menyesali ini semua. Wajah Andrea merasa begitu kasihan pada Andre yang terdiam mematung menatap kepergian mobil itu.
Aku takut kehilanganmu, Andrea. Sungguh, aku sangat mencintaimu.
"Aku sangat membencimu melebihi apapun yang tidak ku suka di dunia bahkan kamu tampak sebuah dosa terbesar di hidupku."ketus Andrea pada Mikael yang sejak dari tadi menahan emosinya.
"Aku takkan rela melepaskanmu pada orang lain!"Mikael pun mengeluarkan kemarahannya karena tak senang melihat Andrea justru berciuman dengan pria lain.
"Tapi kamu bukanlah Tuhan yang bisa berbuat sesukanya pada orang lain!"geram Andrea dengan sikap berkuasanya Mikael.
"Ya, aku bukanlah Tuhan."sahut Mikael jauh lebih tenang daripada tadi,"tapi suatu saat kamu tidak akan bisa mengatakan tidak pada apa yang aku inginkan."
"Kamu terlalu percaya diri, Malken. Lebih baik aku mati bersama orang yang sangat aku cintai daripada harus hidup bergelimang harta bersama orang yang aku sangat benci karena mati bersama Andre adalah surga dan hidup bersamamu adalah neraka."
Mikael mengatup mulutnya rapat, merasakan kebencian yang luar biasa dari mulut Andrea pada dirinya. Andrea berharap pria itu segera memahami kalau dia akan semakin membenci pria itu kalau memaksanya.
............

Andre & AndreaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang