Chapitre 11 (Private)

371 13 0
                                    




                  

Andrea berbalik dan langsung berlari ke arah Andre, melompat ke tubuhnya sementara Andre sendiri spontan menahan kedua kaki Andrea yang melingkari pinggangnya.

"Kalau begitu hangatkan tubuhku sepenuhnya sekarang."perkataan Andrea langsung menimbulkan desir luar biasanya mengilat di kedua bola mata Andre, membuktikan pria itu sudah penuh hasrat untuk mengikuti keinginan Andrea.

Bibir itu saling memagut dalam dengan tangan yang juga saling memberi sentuhan pada tubuh satu sama lain. Jemari Andrea lalu membuka satu per satu kancing kemeja yang dikenakan Andre dengan buru-buru tanpa melepas bibirnya dari ciuman dalam mereka. Langkah kedua kaki itu dengan cepat membawa tubuh di gendongannya ke kamar mudah sekali lalu merebahkan Andrea bersamaan dengan tangannya yang menumpu kepala itu ke atas bantal.

Ia menatap lekat kedua mata indah penuh pesona yang terelakkan lagi membayangi pikirannya setiap detik di hari-harinya. Andrea mengangkat tubuhnya dan naik ke pangkuan Andre tanpa melepas sedikitpun kontak mata di antara mereka.

"Aku sangat membutuhkanmu."lirih Andrea pelan, sungguh menahan tangis untuk tidak membayangkan ada apa-apa kelaknya memisahkan dirinya dengan Andre, termasuk keluarganya dan Mikael.

Andre menyadari rasa cemas itu, menangkup kedua pipi itu dengan hangat lalu memberi kecupan dan berkata,"aku ada untukmu, sayang."

"Jangan biarkan aku menghadapi Mikael sendiri."

Kepalanya mengangguk lalu memberi kecupan lagi ke bibir Andrea, ia menarik tengkuk Andrea dan memperdalam ciuman itu tanpa harus verbal, ia sudah pasti tidak ingin Andrea menghadapi Mikael sendirian karena ia yang akan mengurus masalah itu.

Jemari Andrea lanjut membuka sisa-sisa kancing kemeja Andre dan meraba otot-otot perut liat itu sementara erangan lolos dari mulut lelaki itu. Ciuman itu turun menyusuri rahang Andrea turun ke lehernya sampai Andrea menggigit bibir menahan gelenyar terasa di tubuhnya.

"Shit."rutuk Andre memendam kemarahan luar biasa pada pria bajingan itu.

Andrea menahan ringisan sakitnya tiba-tiba sambil meremas kuat lengan Andre saat kedua tangannya meremas keras pinggangnya tanpa disedari olehnya

"Berani-beraninya dia meninggalkan tandanya di lehermu."kesabaran Andre seperti sedang diuji oleh pria itu yang beraninya menyentuh kekasihnya bahkan dirinya saja belum sejauh itu melakukan pada Andrea

"Akan ku bunuh dia kalau dia berani menyentuhmu lagi."

Kemarahan itu berganti dengan gairah yang meledakkan Andre hingga membuka pakaian Andrea cepat-cepat sambil berucap,"akan ku hilangkan bekasnya."

Ia membaringkan tubuh itu dan mendapati senyuman di wajah Andrea mengembang, melap bibirnya sendiri hendak menggoda diri Andre.  Bibirnya langsung turun ke leher putih mulus Andrea, memberi sebuah sedotan dalam sampai kedua tangan Andrea sendiri menahan gerakan bibir sensual itu di lehernya dengan cara meremas rambut Andre terus-menerus lalu semakin kuat menjambaknya saat mulut Andre mengeluarkan gigitannya ke lehernya. Ia meringis sakit dan semakin tertekan kuat oleh tindihan tubuh besar yang melingkupi tubuh Andrea pas di bawahnya, kedua mata mengerjap untuk menampung gairah besar Andre. Ia tak bisa bayangkan kalau Andre akan semarah ini.

"Andre."panggilan itu seperti hanya sapaan ke telinga Andre yang melonjakkan gairah dirinya jauh lebih besar.

Kedua tangan Andre menyusuri lekuk tubuh Andrea bersamaan dengan ciumannya turun melalui belahan dada Andrea yang masih berbalut bra ke perutnya lalu ke bawahnya kemudian kembali mengigit gemas bibir manis Andrea.

Andre lalu melingkarkan kedua kaki Andrea ke pinggangnya dan menangkup tangannya ke payudara Andrea sampai menggetarkan hasrat tubuh dari wanita itu, dan gerakan tangan Andrea memutar ke punggungnya sampai berhasil menarik lepas tali bra itu.

"Tubuhmu sangat indah."jemari Andre menyentuh panas kulit tubuh Andrea secara langsung, ia meremas benda kenyal itu lalu melumat habis bibir Andrea.

"Andre."desah Andrea setelah mendapati kuluman panas mulut Andre di puncak payudaranya sementara tubuhnya menggeliat tak karuan akibat gerakan sensual mulut Andre.

Ia tak hentinya menggigit bibir sambil menjambak rambut Andre yang tengah menikmati satu payudaranya sambil menekan kuat puting lainnya.

"Dre."kedua tangannya memeluk kepala Andre, menenggelamkannya semakin dalam ke payudaranya dan mengeluarkan desahan yang seperti uap tertahan di tubuhnya karena begitu panasnya dirinya sekarang ini.

Ia melakukannya ke satu lagi dan itu membuat Andrea menggelinjang nikmat tak karuan. Andre sudah lepas kendali dan membawa Andrea larut ke dalam kenikmatan yang ingin lebih, lebih lagi dari itu. Andre merasakan tubuh wanita itu sudah sangat mendamba untuk dipuaskan.

"Andre. Aku mau sekarang."

"Lakukan sekarang."

Permintaan Andrea membuat kepala Andre terangkat, memberi kecupan terakhir ke dada Andrea.

Menatap wajah ini memohon sangat pada dirinya, menyadarkan satu hal kalau ini hanya pelampiasan amarah berganti gairah besar. Dan kenikmatan ini menggebu-gebu seolah menjebak dirinya akan menikmati jauh lebih besar tubuh indah Andrea.

"Aku juga mau kamu tapi ini bukan caraku."lontar Andre lembut.

Hingga rasa bingung di wajah Andrea lalu bertanya,"kenapa?"

"Aku tak ingin menggunakan kemarahanku jadi alasan untuk memakai tubuhmu hanya sekedar melampiaskan gairah besarku yang mati-matian ku tahan."

"Kamu tak perlu."

"Aku perlu, Andrea."potongnya cepat, tahu apa yang akan dikatakan Andrea.

"Kamu terlalu indah, manis."dia mengelus pipi itu dengan lembut,"aku hanya ingin memberimu kenikmatan dimana waktunya memang tepat dan akan ku berikan sepenuhnya untukmu sampai kau tidak akan pernah melupakan keintiman kita berdua tanpa ada unsur keterpaksaan maupun kemarahan seperti ini."

"Aku mencintaimu tulus sekali tanpa ingin memberi kesan yang terlalu buruk untuk kita berdua. Hanya pahami saja permintaanku ini dan kamu akan mengerti dalamnya perasaanku padamu."

Andrea menangis, cairan bening itu meleleh tanpa diduga. Ia terharu dan langsung memeluk leher Andre, berkata dengan terisak-isak,"aku sangat mencintaimu."

"Aku tahu."

Andre mengelus rambutnya dan menarik wajah Andrea menatapnya,"aku sudah mengikuti permintaanmu, menghangatkan tubuhmu dan sekarang ada di bawahku."

"Aku yakin kamu bakal nagih hal tadi ke depannya."satu matanya mengerling menggoda Andrea yang langsung tertawa di tengah ia menghapus sisa air matanya.

"Kamu bisa pegang kata-kataku untuk tetap mempertahankanmu asal satu hal, jangan bertindak hal-hal buruk di luar jangkauanku baik berada di sekitar keluargaku."

"Mengerti, sayang?"

Andrea mengangguk paham, Andre lalu menghapus jejak air mata itu dan menariknya ke dalam pelukannya,"tidurlah."

Aroma tubuh Andre begitu menenangkan, ia cium wangi tubuh itu dan memeluknya erat tanpa mau melepaskan sedikitpun tubuhnya sekalipun tertidur lelap. Andre terus mengelus rambutnya sampai ia benar-benar merasa disayangi dan betapa beruntungnya malam ini ia bisa tidur dengan pria yang ia sangat cintai.

lue

Andre & AndreaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang