Chapitre 10

460 15 0
                                    


Andrea turun dari mobil dan melihat depan mansion ini begitu sepi. Wajahnya menengedah ke atas dan mendapati rintikan gerimis sudah turun sejak tadi. Tak ada tanda sedikitpun ada seorang di sekitar rumah besar milik keluarga Wiandra.
Kedua kakinya tak mau bergerak sedikitpun dari depan gerbang, menunggu salah seorang dari keluarga mereka keluar. Nekad Andrea mengambil tindakan ini tapi dia harus menemui Andre, secepatnya meski dia harus bertemu dengan salah satu dari Wiandra, ia siap bisa saja dibunuh tapi terakhirnya ia akan meminta bertemu dengan Andre.
Tepat setelah hujan mulai mereda, gerbang itu terbuka sendirinya dan sebuah mobil berhenti pas di hadapan Andrea. Andre tak percaya melihat siapa wanita yang tengah berdiri dengan tubuh gemetar kedinginan, ia pun langsung tergesa-gesa turun dari mobil.
"Apa yang kamu lakukan disini, Drea?"Andre langsung menutupi tubuh Andrea dengan jaketnya.
"Andrea, kamu bisa sakit."Andre khawatir melihat Andrea hanya menggigil kedinginan lalu menggosok-gosok tangan wanita itu di kursi depan mobilnya sementara Andrea tersenyum melihatnya.
"I miss you so bad."desak Andrea spontan mencium bibir Andre dengan buru-buru, gairah itu seakan menjalar ke seluruh tubuhnya, menyalurkan kehangatan yang dibutuhkan Andrea sekarang ini.
Satu tangan Andrea menyelinap masuk menyentuh hangatnya tubuh pria itu sementara Andre tak menyangka tangan gadisnya sedingin itu menyentuh kulitnya langsung. Andre pun menarik tubuh Andrea lebih erat menempel ke tubuhnya, membawa Andrea ke pangkuannya dan memberi kecupan lembut ke bibir ranum itu.
"I miss you more, Drea."Andre mengelus pipi Andrea dengan lembut, menatap kasihan wajah pucat gadisnya.
Andrea menarik tubuhnya tegak lalu menundukkan wajahnya ke atas wajah Andre, mereka saling mengadu lidah satu sama lain dalam cumbuan panas itu.
"Buat aku lebih hangat lagi."Andrea membuka paksa kemeja yang dikenakan Andre dan tangannya terlihat sangat tak sabaran, Andre pun sudah telanjang dada sekarang.
Kedua tangan Andrea berpindah ke tubuhnya, hendak membuka pakaiannya.
"Stop."suruh Andre dan lantas Andrea pun menghentikan aksinya,"jangan di sini. Kita cari tempat lain."
"Duduklah di belakang dan ganti bajumu yang basah. Pakailah jaket ini dulu."
Andrea pun mengangguk paham dan pergi ke kursi belakang, ia melirik ke kaca di depan Andre, wajah itu tengah fokus ke depan sementara Andrea membuka pakaiannya.
"Andre."panggilan Andrea sarat menggoda pria di depan itu, Andre pun langsung merutuk dalam hati ketika melihat bayangan tubuh setengah telanjang Andrea di cermin itu. Kenapa Andrea membuatnya belingsatan begini, wanita itu sungguh luar biasa menggodanya. Andrea benar-benar memancing Andre dengan berpakaian bra saja di belakang sana.
Andre berusaha fokus kembali ke depan,"Andre."panggilan itu membuatnya sungguh tak karuan menggila mendengar nada lembut Andrea memanggilnya.
"Ya, Drea."Andre bakal tidak bisa fokus ke jalanan dan menghentikan mobil ini saja dulu.
"Good."Andrea senang dan menarik lengan Andre untuk duduk bersamanya di belakang.
"I need you."Andrea duduk ke pangkuan Andre sambil merangkul lehernya,"aku masih kedinginan. Apa kamu mau aku mati menggigil?"
"Tentu saja tidak."
Bibir mereka menyatu kembali, Andrea melumat bibir Andre dengan penuh gairah hingga tak sadar pinggulnya meliuk sambil mendesah di atas pangkuan Andre sambil menempelkan dada mereka sangat erat,"Dre, peluk aku lebih erat lagi. Aku mau kamu hangatin tubuhku. Serius, mau kamu sekarang."
Andre benar-benar tidak bisa bayangkan akan sejauh mana percintaan mereka dalam mobil tapi suara Andrea jelas mengundang hasrat yang besar untuknya. Tanpa lama, Andre menekan kepala Andrea lalu melumat habis bibir kecil Andrea yang jelas ia sangat sukai, satu tangannya mengelus punggung halus milik gadisnya, ia menghantarkan kehangatan yang diminta Andrea. Mereka saling bergelung semakin erat, menggesekkan kulit satu sama lain karena salah satunya meminta kehangatan itu sementara yang satu lagi, memberi sentuhan lebih yang sudah ia tahan sejak tadi.
Tangan Andre pun menangkup yang menyembul sejak tadi tanpa Andrea tidak sadari, menggesek kulit dada Andre secara langsung harus membuat pria itu tak tahan segera meremas satunya bersamaan dengan satu bokong Andrea kemudian memberi gigitan penuh kegeraman ke bibir Andrea. Erangan panas keluar dari mulut Andrea, ia terlonjak tak kuat menahan godaan pria nya sungguh-sungguh membuatnya menghangat kembali
"Dre."suara Andrea berdesahan dengan nafasnya yang memburu di wajah Andre.
"Kamu sudah merasa hangat sayang?"suara serak Andre justru semakin menambah intensitas keinginan dalam gairah Andrea.
"Lebih dari itu."senyum puas Andrea tapi tak mau mengakhiri cumbuan mereka dengan mengelus bibir bengkak Andre sambil menggigit bibirnya sendiri.
"Kita bisa lakukan itu lagi di tempat lain."Andrea shock terdiam mendengar Andre berkata seperti itu sambil mengerling mata padanya.
"NO!"cegah Andrea saat Andre berpindah ke depan kursi kemudi.
"Aku masih butuh tubuh kamu."gerutu Andrea di tempat duduknya, menghampiri lagi Andre yang duduk di depan dengan melingkarkan tangan ke setengah badan kekasihnya.
"Itu tadi rasanya buat aku."henti Andrea, melihat Andre hanya tertawa kecil sambil mengancingi kembali kemejanya,"C'mon, Andre."
"Pakai lagi jaket itu."
"Jangan godai aku lagi dengan tubuh indahmu."kecupan dua kali Andre pada bibir Andrea membuat Andre beringsut mundur dan hanya mencibirkan mulutnya
"Damn!"kesal Andrea saat menghempas kasar punggungnya ke kursi, ia melihat Andre menaikkan satu alis di cermin depannya.
"I hate you."Andrea tahu itu adalah kebohongan dan lebih baik menutupi tubuhnya saat ini dengan jaket itu.
Andre tertawa dan membalasnya,"but I love you, honey."
"Whatever. You make me crazy because love you."sahut Andrea masih merasa jengkel.
"Sudah ku pastikan itu karena kamu bakalan lihat seberapa gila aku nanti karena ngerindukan kamu belakangan ini."
Andrea tersenyum malas lalu memberanikan diri melompat ke kursi depan selagi Andre menyetir, ia pun mengecup pipi Andre sekilas lalu duduk dan memalingkan wajah ke jendela. Andre tersenyum geli melihat tingkah agresif Andrea yang baru ia sadari. Kenapa wanita selembut itu menjadi tak karuan malam ini. Apa yang terjadi padanya, pertanyaan itu membayangi pikiran Andre selama menyetir. Sekali-kali Andre melirik ke Andrea yang hanya diam termenung sepanjang perjalanan. Apa ada sesuatu yang juga menyakitinya belakangan ini semenjak terungkapnya hubungan mereka.
"Apa kamu tinggal disini?"tanya Andrea saat Andre menyuruhnya masuk ke sebuah rumah cukup besar ditinggali oleh sendiri.
"Sekali-kali saja kalau sedang merasa ingin menyendiri."wajah Andrea memang tidak sepucat tadi tapi Andre masih mengkhawatirkan keadaannya.
"Gimana bisa kamu mau berdiri hujan-hujanan di depan rumahku?"
"Aku sangat merindukanmu."
"Tapi kamu bisa cari waktu besok untuk bertemu dengan mengirim pesan ataupun buat janji."itu adalah bentuk kecemasan Andre hingga memperingati Andrea tak sembarangan mengambil tindakan di sekitar rumahnya.
"Gimana kalau aku enggak keluar tadi, terus kamu ketemu sama keluargaku yang lain."dia terus menasihati Andrea,"kamu tahu kan apa yang terjadi?"
"Aku enggak peduli meski aku harus mati dibunuh saudaramu sendiri asalkan aku bisa meminta pada mereka untuk menemuimu terakhir kali."
"Kamu jangan berpikir segila itu, ANDREA!"Andre tak duga sifat Andrea berubah belakangan ini, jauh lebih keras kepala. Apa mereka tengah menghadapi situasi yang lebih ruwet dimana keluarga mereka akan jauh lebih menentang hubungan ini meski mereka tetap bertahan bersatu sekalipun melawan keluarga mereka sendiri.
"Bagaimana bisa kamu memarahiku seperti ini hanya karena mau ketemu sama kamu!"bentakan Andrea membuat suasana antara mereka semakin panas penuh emosi, jauh berbeda dengan situasi mereka dalam mobil yang penuh kemesraan.
"Kamu tahu aku sudah menggila satu hari ini karena anak dari musuh lain keluarga kamu sudah menciumku!"tak bisa tertahan lagi ungkapan itu keluar dari mulut Andrea, menatap nanar kedua mata Andre yang memicing tak menduga hal itu.
"Dia hampir saja memperkosaku, kau tahu itu."desis Andrea, cairan bening meleleh tak hentinya membayangkan tindakan nekad Mikael padanya.
"Apa!"Andre mendesis tajam seolah ingin menyayat Mikael hidup-hidup penuh penyiksaan dengan tangannya sendiri. Pantas saja Andrea bertingkah agresif seolah mencari perlindungan padanya hingga nekad mengambil resiko berdiri seolah menanti kematiannya sendiri di depan rumah mereka.
"Kamu tahu tadi aku terus memanggil namamu untuk nyelamatin aku dari si brengsek itu dan sekarang kamu justru bilang aku jangan berpikir gila untuk melakukan apapun untuk mencari perlindunganku sendiri lewat kamu."amarah Andrea semakin memuncak.
"Apa kamu tega membiarkan aku mendapat hal sejijik itu dari Mikael, pria lain menyentuh gadismu sendiri?"
"Aku kira dengan menemukanmu, aku bisa merasa lebih ringan untuk melupakan kejadian tadi."
"Andrea."panggil Andre menyesali perkataan tadi sebelumnya, ia tak tahu Andrea mendapat perlakuan itu dari Mikael.
"Kalau gitu, aku akan pergi."Andrea menarik langkah berbalik pergi sambil mengusap kasar pipinya yang basah akibat air mata yang tak hentinya mengalir.
"Aku nyesel datang sama kamu kalau akhirnya kamu justru enggak bisa ngertiin aku."
"Andrea, tunggu!"Andre mengejar langkah Andrea yang buru-buru keluar pintu.
"Maafin aku."
Andrea berhenti setelah mendengar suara Andre yang penuh penyesalan.
"Aku akan langsung membunuhnya jikalau dia berani menyentuhmu lagi atau bahkan sekarang aku harus pergi ke rumahnya dan mengacungkan pistol ke kepalanya, tak peduli aku harus mati di tangan mereka asalkan pria itu bisa mati, aku senang karena tidak ingin pria lain menyentuh kekasihku sendiri."dan ancaman itu mengalir dengan cepat seolah Andre benar-benar membuktikan tindakannya yang penuh resiko untuk menghadapi itu. Sejak kecil, ia sudah menyaksikan bagaimana kehidupan keluarga besarnya, tak secara langsung dia sudah diajarkan bagaimana mengambil resiko sekecil apapun untuk menghadapi satu masalah karena ia tahu kalau suatu saat dia akan menghadapi musuh keluarga mereka. Dan ia akan hadapi itu hanya untuk mendapatkan Andrea bersamanya.
Andrea berbalik dan langsung berlari ke arah Andre, melompat ke tubuhnya sementara Andre sendiri spontan menahan kedua kaki Andrea yang melingkari pinggangnya.
"Kalau begitu hangatkan tubuhku sepenuhnya sekarang."perkataan Andrea langsung menimbulkan desir luar biasanya mengilat di kedua bola mata Andre, membuktikan pria itu sudah penuh hasrat untuk mengikuti keinginan Andrea.

Next private

Andre & AndreaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang