Chapitre 8

230 7 0
                                    

Andrea berjalan sedikit kikuk karena berusaha menormalkan diri, rasa cemas menghantuinya sejak kemarin karena mengingat Mikael bisa saja membocorkan hubungannya dengan Andre.

Ia pun duduk setenang mungkin dan bersiap akan terkena semburan emosi mamanya tapi itu tidak terjadi, dia pun setidaknya lebih sedikit tenang untuk sarapan.

"Bagaimana hubunganmu dengan Mikael?"tanya Ergan pada puterinya.

"Aku rasa kami hanya berteman dan semuanya baik-baik saja."Andrea merasa cemas di saat dia berani mengatakan hal itu.

"Dia anak yang baik bukan?"tanya Nirina menyela percakapan anak dan suaminya,"aku rasa dia cocok untukmu."

"Papa setuju. Kamu bisa bahagia bersamanya. Dia bukanlah orang sembarangan dan juga keluarga kita sudah sangat lama saling mengenal."

"Aku rasa kami cukup berteman, dia memang baik tapi aku merasa itu tidak cukup untuk memastikanku bahagia bersamanya."Andrea menatap serius kali ini wajah kedua orangtuanya tapi masih berbicara dengan lembut untuk tidak menyulut emosi mereka.

"Kamu pasti bahagia bersamanya, Andrea. Mama yakin kalau dia bakalan buat hidup kamu senang."Nirina melirik sedikit ke suaminya dan lebih baik dia yang berbicara pada Andrea daripada Ergan untuk tidak membuat suasana mereka memanas.

"Tapi aku sama sekali gak cinta padanya, ma."ungkap Andrea terang-terangan dan semua disitu menatap dengan tak percaya dengan itu.

"Cinta bukanlah satu-satunya alasan kamu menolak perjodohan kamu dengannya."timpal Ergan dengan sikap intimidasinya yang kuat tapi puterinya belum melihat sejauh mana tindakan ayahnya jauh lebih keras diluar sana. Dia terlalu menyayangi puterinya sehingga memberikan masa depan yang terbaik untuknya dan ia yakini itu adalah Mikael.

"Wanita akan luluh dengan kebaikan setiap lelaki dan begitu juga kamu yang akan menerima Mikael."bujuk Nirina pada Andrea agar tidak menyulut kemarahan ayahnya,"kamu pasti bisa mencintainya secara perlahan-lahan."

"Aku rasa tidak, ma."Andrea bersikeras untuk tidak mengikuti perjodohan itu.

"Apakah kamu sudah mencintai seseorang?"Erlan sudah tak sabar menanyakan ini sejak tadi pada puterinya.

"Apakah ada seorang pria yang sudah membuat kamu bisa membantah kami dengan kata cinta?"

Andrea mengangguk pelan,"ya."

"Siapa?"Erlan masih terlihat tenang tapi tangannya sudah mengepal keras karena melihat puterinya justru mengakui pria itu adalah kekasihnya tanpa Andrea ketahui semua sudah terbongkar.

"Siapa?"sekali lagi pertanyaan itu membuat Nirina dan Andrea bergidik takut karena tak tahu harus berbicara apa.

"Katakan, Andrea!"suara bentakan itu membuat tubuh Andrea menegang bersamaan dengan memejam matanya tak suka melihat wajah ayahnya marah.

"Aku tidak bisa memberitahunya pada kalian."dalam suara pelan, Andrea berberani diri menyembunyikannya.

"Apakah karena dia dari musuh keluarga kita?"pertanyaan Erlan seperti sabitan yang tajam di lengan tangan Andrea, meminta pasrah pada Tuhan segera mencabut nyawanya karena papanya sudah mengetahui hubungan mereka. Andrea memejam mata tak bisa berkata apa lagi.

"Sekali lagi papa bertanya, kamu harus jawab dengan jujur?"

Andrea pun membuka kedua mata dan beranikan diri menatap papanya.

"Apa kamu sedang menjalin hubungan dengan salah satu dari keluarga Wiandra?"

Kepala Andrea mengangguk perlahan dan semua tercengang tak percaya. Kedua orangtuanya menatap Andrea dengan pandangan yang tak bisa dibaca, ia seperti menunggu detik dimana sebuah bom meledak kapan saja dan menghancurkannya saat itu juga.

Andre & AndreaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang