Chapitre 3

489 28 1
                                    

Aimer, c'est ne jamais avoir à s'excuser 

Mencintai selalu saja datang tanpa permisi



Kenapa kamu tidak bisa menebakku, sesal Andrea di batinnya karena belum sama sekali mendapat kesempatan oleh waktu mempertemukan mereka di acara ini.

"Siapakah kamu Andre sehingga namamu selalu menjadi kerinduan relung hatiku?"renung Andrea saat duduk sendirian memandangi bulan seperti pungguk merindukan bulan di luar gedung itu,

"Aku hanya sebuah nama yang tidak istimewa tapi sudah menjadi kerinduan relung hatimu."

"Bisa-bisanya aku berimajinasi seperti ini."Andrea mengetuk kepalanya sendiri karena mendengar jelas kalimat tulisan di novel itu dari Andre.

"Imajinasimu begitu indah sampai kamu tidak bisa membedakan kenyataan dan imajinasi."

Andrea terdiam sejenak dan suara itu nyatanya memang ada, jantungnya memompa lebih mendebar sampai rasanya sulit untuk menoleh saja. Tapi rasa penasaran itu membunuhnya untuk tidak segera berbalik. Perlahan pasti, ia menoleh ke belakangnya.

Berdiri seorang pria yang pertama kali menarik hati Andrea untuk mengetahui siapa dirinya dan ia masih memakai topeng itu. Topeng yang membuat pria itu terlihat gagah di mata siapapun wanita yang melihatnya

"Seberapa besar keinginanmu untuk mengetahui siapa sebenarnya Andre?" tanya Andre yang sudah menghampiri Andrea dan duduk menatap wanita cantik di hadapannya dengan penuh pertanyaan kenapa ia menjadi gugup tak menyahut pertanyaannya.

"Mungkin setitik jarum tajam."jawab Andrea setelah menyadari pertanyaan pria di sebelahnya sambil menekan jempol dengan telunjuk seperti memegang jarum

Andre menunjukkan kerutan di kening dan Andrea pun tahu pria itu pasti belum mengerti.

"Kalaupun sekedar jarum, kenapa kamu menjadikan dia kerinduan relung hatimu?"tanya pria bertopeng hitam itu untuk mencari tahu apa maksud Andrea

"Tajamnya jarum itu mampu membuatku selalu sadar di setiap mimpiku kalau aku masih ingin tahu siapa dirimu dan aku takkan bisa tidur tenang kalau aku tidak melihat wajahmu sekarang juga."jelas Andrea dengan memicing mata melihat tanganku sendiri lalu memandangnya dengan senyum.

"Baiklah."Andre tersenyum geli melihat ketidak sabaran wanita itu menunggunya membuka topengnya.

Andrea terdiam, tak mampu berbicara sedikitpun. Lidahnya begitu kelu dan jantungnya, ingin keluar dan menemui jantung pria ini untuk saling berdetak bersamaan.

Angin menyentuh punggung telanjang Andrea dan hawa di sekitar terasa dingin sekali.

"Andre?"

"Ya. Dan kamu adalah Andrea, nama yang akan memperindah namaku."

Ada senyum sipu penuh malu di wajah cantik Andrea mendengar pujian Andre

"Apakah kamu sudah bisa menebakku sebelumnya saat kita berhadapan tadi?"tanya Andrea.

"Aku bisa melihatmu lewat kedua mata indahmu."pujian itu bisa saja membuat Andrea segera meneriakkan sudah berapa kali Andre membuatnya merona

Tapi Andrea justru terheran,"kamu sudah pernah melihatku sebelumnya?"

"Sepanjang harimu ditemani buku-buku tua."cibir Andre.

Tunggu, darimana dia tahu. Andrea menatap Andre penuh selidik.

"Dan aku sungguh menyayangkan kecantikanmu yang melebihi bidadari khayangan harus menghabiskan waktu pada buku-buku tua itu."

"Apakah kamu sengaja menaruh novel itu dan menuliskan namamu di halaman belakangnya?"tanya Andrea akhirnya.

Andre & AndreaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang