Chapter 3

445 30 1
                                    

Oh, gadis itu sungguh malang!

Seorang gadis berjalan tertunduk saat memasuki area pasar, banyak pasang mata yang memandang kearahnya. Mereka semua tentu terkejut dengan kedatangannya itu ditambah akhir-akhir ini sering terdengar rumor yang tidak mengenakan tentang dirinya. Nama gadis itu Livana. Sebenarnya, dia sudah tidak memiliki alasan lagi untuk datang ke pasar itu, mengingat terakhir kali ia kesana, para pedagang langsung bersikap dingin tidak seperti biasa namun seorang pedagang tua memintanya agar tetap datang kesana karena bapak tua itu yang akan memenuhi segala keperluannya.

Livana tetap berjalan hingga ke tempat bapak tua itu berdagang. ia sebenarnya merasa bingung dengan sikap warga desa yang tiba-tiba berubah. Padahal dari dulu, ia diperlakukan dengan sangat baik dan lagipula Livana tidak pernah mengganggu siapapun. Banyak ucapan tidak mengenakkan terdengar di belakangnya.

bukankah dia gadis itu

ya, kau benar dia orangnya. Dia gadis pembawa sial itu

tidak kusangka, aku pernah akrab dengannya dulu.

jangan dekati dia atau kau bisa terkena kutukan

Gadis itu semakin menundukkan kepala-nya dan menurunkan tudung yang ia pakai untuk menutupi wajahnya. Ia tiba di hadapan bapak tua itu yang tengah tersenyum melihat kedatangannya "akhirnya kau memutuskan untuk datang" Livana mengintip dari balik tudungnya dan tersenyum kecil "ini semua yang kau butuhkan, aku sudah siapkan" gadis itu menerima sekeranjang bahan makanan dan kebutuhan lainnya, ia segera mengeluarkan kantung yang berisikan koin-koin emas. "tidak perlu, kau ambil saja semua itu. Aku memberikannya untukmu" awalnya Livana ragu dan menggenggam erat kantung koin itu namun setelah melihat ketulusan bapak tua itu melalui senyumannya akhirnya Livana memasukkan kembali kantung itu ke dalam jubahnya "terima kasih bapak, semoga Tuhan membalas kebaikanmu" gadis itu pun membalikkan tubuhnya dan berjalan pulang.

Sejak kecil, Livana hanya tinggal dengan kakeknya namun seminggu yang lalu kakeknya pergi meninggalkannya untuk selamanya, jadi kini ia hidup sebatang kara. Ia tidak pernah mengetahui siapa dan dimana kedua orang tuanya berada, yang ia ketahui hanya sebatas ibunya meninggal sewaktu ia lahir dan kakeknya tidak pernah bercerita tentang ayahnya. Livana tinggal di rumah peninggalan kakeknya yang terletak di pinggir desa, bisa dibilang jika rumahnya sudah berada di luar desa dan tempat itu sangat dekat dengan hutan. Meskipun rasanya berat hidup sebatang kara sepeninggal kakeknya namun dia harus kuat karena ia sudah bertekad untuk mencari ayahnya.

Suasana hutan yang hening dan sepi ini sudah menjadi bagian dari kegiatan sehari-harinya, gadis itu harus masuk ke dalam hutan jika ingin pergi ke sungai karena ia tidak mungkin mengunjungi sungai yang terletak di dekat desa meskipun jaraknya tidak terlalu jauh jika dibandingkan dengan sungai yang ada di dalam hutan itu. Livana berjalan dengan santai, seolah-olah tidak ada beban karena hanya di dalam hutan ini lah ia tidak merasa terintimidasi. Gadis itu melompat-lompat kesana kemari diatas dedaunan kering bagaikan kelinci di padang rumput, setidaknya dengan cara seperti ini ia bisa mengurangi rasa sedih dalam hatinya. Begitu sampai di sungai, ia mulai membersihkan diri, air di dekat sungai itu masih sangat jernih dan menyegarkan karena belum tersentuh oleh manusia sebelumnya. Ikan-ikan disana juga lumayan banyak sehingga Livana memutuskan untuk memasang perangkap dan begitu selesai mandi nanti ia akan mengeluarkan ikan dari perangkap itu untuk di bawa pulang.

Setelah memakai pakaiannya kembali, Livana berjalan dengan hati-hati melintasi sungai untuk mengecek perangkap ikan yang dipasangnya, jika terisi ikan maka ia akan mengeluarkannya dan meletakkan ikan itu ke dalam tempat yang sudah disiapkan sebelumnya. Namun saat hendak melintasi sungai, ia melihat sesuatu menyangkut di antara bebatuan sungai. Livana segera mengecek keadaan disana, karena takutnya ada seseorang yang membutuhkan pertolongan. Benar saja, begitu Livana tiba ia melihat seseorang tergeletak di dekat situ, untung saja batu-batu itu menahan tubuhnya agar tidak terseret arus sungai.

The Devil's LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang