Chapter 12

26 4 0
                                    

Pagi hari berikutnya, si cantik Livana berniat menghabiskan sebagian besar waktunya di taman bunga yang terletak di antara kastil Carnelian tempat Lucifer tinggal dan kastil Amethyst dimana selama ini dibiarkan kosong hingga gadis itu datang. Dari awal kedatangannya, gadis itu selalu tertarik dengan taman-taman cantik di sekitar kastil itu. Sambil duduk di kursi santai di dalam gazebo berukuran besar dan membaca sebuah buku yang ia temukan di dalam kamarnya, tanpa mengetahui waktu yang berlalu. Livana tidak menyadari keberadaan Lucifer yang sedang memperhatikannya dari kejauhan, gadis itu tenggelam dalam kalimat-kalimat indah, seindah perkataan Lucifer semalam.

"Kemarilah! Aku ingin mengajarimu sesuatu." Livana mengangkat wajahnya, napasnya tertahan begitu ia melihat Lucifer yang berdiri di depannya dalam kondisi telanjang dada, kulit eksotisnya basah bermandikan keringat, otot-otot kencang yang membentuk tubuhnya menambah ketampanan dalam dirinya, semua yang ada pada diri Lucifer terlihat begitu menggoda. Pria yang baru selesai melakukan rutinitas latihan bersama para pengawalnya itu hanya tersenyum miring melihat Livana yang tergoda dengan tubuhnya.

"Livana?" ucap pria itu dengan nada lembut.

"Ahh ... ohh ... iya, kenapa?" jawab Livana yang langsung mengalihkan matanya untuk menatap mata Lucifer.

"Sepertinya, kesucian matamu sudah ternodai oleh nafsu, sayangku," goda Lucifer, melihat wajah memerah gadis itu sudah menjadi hiburan tersendiri untuknya. "Jadi apa kau mau ikut denganku?" lanjut pria itu.

"Mau kemana kita?" Gadis itu meletakkan buku yang baru saja ia baca di atas kursi yang tadi ia duduki.

"Rahasia," ucap Lucifer sambil tersenyum. "Sekarang keluarkan sayapmu itu, aku ingin melihat hasil latihanmu."

Livana pun menuruti perintah Lucifer, sayap putih nan cantik itu telah muncul di balik punggung gadis itu. Dan tidak lama kemudian Lucifer juga ikut mengeluarkan sayap miliknya, sayap hitam lebar yang indah sekaligus mengancam, namun hal itu tidak mencegah gadis itu untuk merasa takjub, ia pikir sayap milik Lucifer sama seperti sayap milik iblis lainnya.

"Kenapa sayapmu berbeda dengan yang lain?" tanya Livana.

"Aku juga seorang malaikat sebelumnya."

"Apa yang terjadi?" Wajah Lucifer mengeras, dan Livana menyadari ia telah bertanya terlalu jauh. Ia ingin tahu mengapa Lucifer bereaksi seperti itu, namun ia bisa merasakan ia telah melampaui batas dengan pertanyaannya. Apa pun penyebabnya, hal itu membuat Lucifer murka, dan bukan haknya untuk mencari tahu tentang hal itu lebih jauh daripada yang telah diketahuinya.

"Maaf, jika pertanyaanku membuatmu marah, kau tidak perlu menjawabnya," ujar Livana sebelum Lucifer sempat menjawab.

Lucifer mengangkat bahu, seolah itu tidak penting. Naluri Livana mengatakan yang sebaliknya, itu adalah segalanya. "Itu bukan rahasia. Dia membuangku dari langit begitu saja setelah pengorbanan yang kulakukan." Lucifer mengatakan hal itu dengan nada begitu tegas, dipenuhi kegetiran pahit, sehingga membuat Livana merasakan kepahitannya. "Maafkan aku."

"Kenapa?" Mata kelam Lucifer bersinar sewaktu pria itu menatap tepat ke dalam manik matanya.

"Karena aku mengingatkanmu pada luka lamamu," ujar Livana.

Lucifer tersenyum lembut, kilatan di matanya tadi kini telah menghilang. "Ayo kita pergi." Ia mulai mengepakkan sayapnya lalu disusul oleh Livana, mereka terbang beriringan di atas langit. Gadis itu memandang ke arah bangunan-bangunan yang terlihat begitu kecil dari atas sana, mereka terus terbang hingga Livana bisa melihat sebuah tembok besar yang sepertinya memagari tempat itu. "Apa itu batas wilayahnya?" tanya Livana.

"Bukan. Tembok itu hanya menjadi pembatas antara tempat tinggal para penduduk dengan hutan."

Setelah melewati tembok besar itu, Livana bisa melihat hutan lebat dibawahnya, ia memutuskan untuk terbang rendah di atas pepohonan itu. Dari jarak sedekat itu ia bisa melihat jalanan setapak di dalam hutan itu. Lucifer yang berada di belakangnya memberitahukan sesuatu, jika sebentar lagi mereka akan tiba di tempat tujuan. Pria itu pun langsung terbang memimpin dan diikuti oleh Livana. Tidak lama kemudian, Lucifer membawanya mendarat di sebuah tebing.

The Devil's LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang