Chapter 10

40 5 2
                                    

Matahari sudah terbit dari ufuk timur ketika Livana terbangun dari tidurnya di kamar yang sangat besar dan luas, ia menggosok-gosok matanya karena pandangannya buram. Gaun yang dipakainya semalam telah digantikan dengan gaun tidur berwarna putih, gadis itu mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan begitu tersadar jika ini bukan kamarnya saat di mansion Eros. Sontak Livana pun turun dari ranjang itu, ia berjalan ke arah luar dan mendapati dirinya berada di sebuah tempat seperti istana.

Ingatan akan kejadian semalam perlahan kembali, Livana tersadar jika ia kini berada di dalam tempat tinggal sang raja. Tempat yang pernah membuat dirinya penasaran waktu itu, namun kini yang ia butuhkan hanya lah kehadiran Eros. Tempat ini sangat membuatnya tidak nyaman ditambah ia merasa kesepian disana tidak seperti saat berada di tempat Eros tinggal, yang mana semua pelayan menyambutnya dengan hangat dan menemaninya sepanjang hari. Suasana di dalam kastil itu sangat lah sepi. Livana kemudian mencari jalan agar segera bisa pergi dari sana, gadis itu membuka semua pintu yang ia temukan di sepanjang lorong. Hingga salah satu pintu menarik perhatiannya karena pintu itu berbeda dengan pintu lainnya seolah-olah ada yang memanggilnya dari dalam sana. Livana tanpa ragu membuka pintu itu dengan sekuat tenaga, begitu pintu berhasil dibuka ia melihat banyak cermin di dalam sana.

Ada sebuah cermin yang ditutupi dengan kain putih yang berada tidak jauh darinya, gadis itu pun langsung menarik kain itu dan menemukan sebuah cermin berukuran rendah. Cermin itu dibingkai dengan kayu berwarna coklat dan di bagian kanan kirinya terdapat ukiran kepala tengkorak lalu di bagian atas terukir simbol bintang. Livana terduduk di depan cermin itu, awalnya tidak ada sesuatu yang spesial. Akan tetapi, lama kelamaan cermin itu mulai mengeluarkan cahaya yang menyilaukan mata gadis itu sehingga membuatnya terpejam sebentar dan begitu ia membuka kelopak matanya, sesuatu yang mengejutkan terlihat dari balik cermin itu. Livana langsung mendekatkan dirinya pada cermin itu, menempelkan kedua telapak tangannya karena ia tidak bisa percaya dengan pantulan dirinya disana. Apa itu sayap? Ya, Livana melihat jika ia memiliki sayap berwarna putih di dalam cermin itu, namun saat ia melihat ke arah belakangnya, ia tidak menemukan apapun.

"bagaimana? Sayapmu cantik bukan?"

Livana langsung menengok ke arah belakang begitu mendengar ucapan itu. Ia melihat Lucifer yang sedang berjalan ke arahnya, pria itu ikut berlutut di sebelahnya.

"apa ini?"

"itu sisi malaikatmu, cermin itu bisa menunjukannya" Livana menatap ke dalam mata Lucifer, ia tidak bisa berkata-kata lagi. Gadis itu pun langsung bangkit dari duduknya. "maaf tapi aku ingin pulang ke tempat Eros" Ia langsung berjalan keluar dari dalam sana.

"sepertinya kau tidak bisa pulang saat ini, nona" ucap Lucifer yang berjalan mengikuti Livana dari belakang

"kenapa memangnya?" gadis itu langsung memutar tubuhnya agar bisa melihat wajah Lucifer.

"Eros kuperintahkan untuk melakukan sesuatu saat ini dan dia menitipkan dirimu disini selama ia pergi"

"berapa lama dia pergi?"

"entahlah, tidak ada yang tau"

Baru saja ingin menjawab tiba-tiba terdengar suara yang keluar dari perut Livana hingga Lucifer tersenyum mengejek dibuatnya. "sepertinya ada yang lapar. Aku akan mengantarmu ke ruang makan" Lucifer membuka portal menuju ruang makan, ia menarik tangan Livana untuk mengikutinya masuk ke dalam sana.

Saat tiba di ruang makan, gadis itu menatap ke arah meja panjang yang diasumsinya sebagai meja makan itu telah terisi penuh dari ujung ke ujung. "apa akan ada pesta disini?" tanya Livana.

"tidak ada" jawab Lucifer sambil berjalan dengan menggenggam tangan Livina dan menarik salah satu kursi disana untuk membantu gadis itu duduk.

"lalu siapa yang akan menghabiskan semua ini?"

The Devil's LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang