Chapter 4

401 26 2
                                    

Suara lonceng gereja di seberang taman kecil yang akhirnya membangunkanku. Aku berjalan turun ke bawah untuk mencari makanan begitu tersadar jika aku belum makan apapun sejak kemarin, pantas saja perutku sangat memberontak pagi ini. Untung saja, aku sempat membeli beberapa mie instant sewaktu pergi untuk membeli peralatan bersih-bersih. Aku mengisi panci dengan air dari keran di wastafel lalu meletakannya di atas kompor yang telah menyala. Sembari menunggu air mendidih, aku memperhatikan ke arah luar dimana orang-orang baru saja kembali dari gereja hingga tanpa sadar air telah mendidih dan aku pun langsung mematikannya lalu mengisi cup mie dengan air panas itu.

Seusai makan dan membereskan sampah makananku. Aku teringat dengan sebuah kotak yang belum kuperiksa sama sekali isinya, kotak itu masih tersimpan di dalam lemari. Aku mengeluarkan kotak itu dan mengamatinya, aku menghela nafas kasar begitu melihat bahwa kotak itu terkunci rapat. Jadi sebenarnya siapa yang bodoh disini? Aku yang menerima kotak ini begitu saja hanya dengan pernyataan bahwa benda ini milikku atau si Icarus itu yang lupa memberikan kuncinya padaku? Ah sudahlah, kotak ini sungguh membuatku pusing. Aku memasukkan kotak itu ke dalam totebag yang kutemukan di dalam kamarku, aku memutuskan membawanya bersamaku karena entah kenapa rasanya kotak ini terlihat sangat berharga.

Siang ini aku memutuskan untuk kembali ke asrama kampus. Begitu memastikan pintu rumah sudah terkunci rapat. Aku meletakkan kunci itu di tempat persembunyianku lalu berjalan ke depan untuk mencari sebuah taksi. Sepuluh menit kemudian, dari arah belakang terdengar suara klakson mobil, aku pun berhenti dan menatap mobil yang kini sudah sejajar denganku. Kaca gelap mobil itu turun hingga terlihat wajah yang tidak asing lagi bagiku.

"halo Aneska!"

"Nico! Sudah lama sekali kita tak jumpa." Seru Aneska, Nico mengangguk pertanda setuju. Nico adalah salah satu teman masa kecil-ku, kami sangat akrab sewaktu kecil dan selalu berkhayal sedang melakukan petualangan hebat.

"kau mau pergi kemana?" tanya Nico.

"aku ingin mencari taksi ke depan untuk kembali ke kampus" jawabku

"masuklah, aku akan mengantarmu" aku pun menuruti kata-kata Nico untuk masuk ke dalam mobil dan ia langsung menjalankan mobilnya.

"apa yang membawamu kesini?"

"seseorang ingin bertemu denganku disini, aku memutuskan datang dan sekalian saja membersihkan rumah itu"

"kupikir kau tidak akan kembali kesini lagi"

"awalnya aku berniat seperti itu namun begitu aku datang, sepertinya aku harus memikirkannya lagi. Terlalu banyak kenangan disini."

"HAHAHAHA. Kau berbicara seperti wanita berusia tujuh puluh tahun"

"diam kau, bodoh! Bagaimana denganmu? Kenapa kau masih bertahan disini?"

"well, aku menyukai tempat ini. Mungkin aku tidak akan pergi dari sini hingga tua nanti"

"aww, kau sangat setia sekali. Ternyata Nico kita sudah besar" aku menarik salah satu pipi Nico dan ia langsung menepisnya. Aku pun tertawa geli melihatnya.

"oh iya" ucapnya dan seketika atmosfir berubah menjadi serius "Emily ditemukan meninggal sepuluh hari yang lalu"

"HAH?! Tapi bagaimana bisa?"

"dia... ditemukan tewas gantung diri di kamarnya" kedua tanganku refleks menutup mulutku yang menganga setelah mendengarkan itu. Berita ini sangat mengejutkan, itu berarti sepuluh hari yang lalu disaat aku sedang asik berpesta, di sisi lain Emily sedang berusaha melawan iblis yang ada di dalam pikirannya. Teman macam apa aku ini. Aku mengalihkan perhatianku kepada Nico, sepertinya dia yang paling tertekan disini. Sejak kecil, pria itu selalu menaruh perhatian lebih pada Emily, jika Emily diganggu oleh yang lain maka Nico akan melindunginya. Hingga kabar mereka mulai berpacaran pun terdengar saat di sekolah.

The Devil's LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang