Chapter 1

638 39 3
                                    

Aku memerhatikan keadaan di sekelilingku, gelap. Itu adalah gambaran tempat dimana saat ini aku berada, tempat ini terasa dingin menusuk dan dapat kurasakan aura mematikan disini. Aku memeluk diriku sendiri untuk mengurangi rasa dingin. Lagi dan lagi, aku memimpikan hal yang sama; berada di ruangan besar ini dan bisa dilihat dari sudut manapun kurasa ini adalah sebuah kastil. Lalu apa hubungannya antara diriku dengan kastil megah namun seram ini? Dan bodohnya diriku, kenapa aku tidak mempersiapkan diri dengan menggunakan jaket saat tidur untuk mengantisipasi bermimpi seperti ini. Uhhh percaya lah, disini sangat dingin.

Aku mulai berjalan mengelilingi ruangan ini, daripada terus berdiam diri disana dan terbangun dengan rasa penasaran yang menghantui sepanjang hari, begitu terus-menerus berulang kali. Hingga malam ini aku memberanikan diri berjalan mendekati dua pintu besar. Meskipun awalnya ragu karena pintu ini begitu besar dan apakah aku dapat membuka-nya? Melihat kondisi tubuhku yang kecil ini jika dibandingkan dengan pintu itu. Tapi tidak akan ada yang tau sebelum kau mencobanya. Dengan dua tangan, aku mendorong gagang pintu itu dan ternyata tidak terlalu sulit untuk membukanya.

Aku melihat di hadapanku sebuah ruangan yang sangat luas dan terdapat dua buah singgasana di sebrang-ku. Seperti di kerajaan pada umumnya, karpet berwarna merah membentang lurus membentuk sebuah jalanan menuju kesana dari tempat-ku berdiri ini. Di salah satu singgasana terdapat seseorang entah itu siapa sedang duduk disana, tapi bisa kulihat secara samar jika dia memiliki sayap putih di belakang punggungnya. Aku tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas karena disini sangat gelap.

Awalnya aku enggan mendekati-nya karena insting-ku menyalakan pertanda bahaya namun sepertinya kaki dan pikiranku ini saling berlawanan, entahlah apa aku di takdirkan untuk selalu berada dalam bahaya? aku berjalan melalui karpet merah itu untuk mendekati-nya. Namun tiba-tiba saja dia berdiri dan membentangkan sayap putihnya yang lebar, indah dan cemerlang, sepersekian detik setelah ia membentangkan sayap-nya itu, aku menatap terpesona dengan mulut menganga. Itu hal yang paling menakjubkan yang pernah kulihat. Dia terbang mendekat kearahku lalu mengitariku yang sedang berdiri terdiam tanpa kata di tengah ruangan dengan sorot mata mengikuti cara terbang-nya.

Dia mulai mendaratkan kaki-nya dan menekuk sayap-nya kembali ke belakang punggung, berdiri tegap di hadapan-ku dan dari jarak sedekat ini aku bisa melihat wajahnya dengan jelas. Oh my... dia sangat rupawan, aku melihat tubuhnya yang terbalut otot-otot kencang nan sempurna lalu naik ke atas hingga mataku bertemu dengan manik mata-nya. Kedua mata berwarna merah itu menatapku tajam seolah-olah ingin menelanjangi dan menelanku bulat-bulat. Aku sudah seperti kelinci yang hendak di santap-nya saat ini juga. Dia membuatku takut.

Aku sangat terkejut karena tiba-tiba saja dia langsung memeluk-ku dengan erat dan entahlah rasa takut itu seketika berubah menjadi tenang dan nyaman sekali saat berada di pelukannya, seolah-olah kami di takdirkan untuk bersama.

"Aneska ..." ucap pria itu lirih, suaranya sungguh menyayat hati seperti sebuah suara kerinduan yang mendalam.

"Darimana kau tau namaku?" Dia melepaskan pelukannya dan menatapku dengan lembut, tatapan mengintimidasi tadi sudah hilang dari mata-nya. Aku menatap bingung ke arahnya, meminta jawaban.

"Kau tidak mengenaliku?" ucap-nya sambil menangkup kedua pipi-ku. Aku menggeleng sebagai jawaban dari tidak dan tidak seperti diriku biasanya; yang jika di sentuh oleh laki-laki langsung berusaha untuk melawan.

"Mungkin ini akan membantu untuk mengingatkan-mu" pria itu mencium tepat di bagian kening, terasa sangat nyaman sekali. Lalu bibir tipis-nya turun perlahan melalui hidung dan mengecup bibir-ku pelan, kemudian melumat-nya dengan lembut tidak terlalu tergesa-gesa. Seolah aku adalah hal yang sangat rapuh dan akan hancur jika di kasarkan sedikit saja.

"Maafkan aku..." ucap-nya lirih ditengah ciuman ini.

Dan tiba-tiba semua-nya berubah menjadi putih.

The Devil's LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang