Seungcheol POV
Flashback
Sudah sekitar setahun sejak kami memutuskan untuk kuliah di Amerika. Saat itu, entah mengapa Jeonghan tiba-tiba memutuskan untuk mengikutiku kuliah disini. Senang? Tentu saja. Aku bisa menjaganya setiap saat. Ah benar, wajahnya sangat cantik melebihi perempuan lain dan itu yang menyebabkan dia menjadi incaran ahjussi genit terutama ahjussi pemabuk. Pernah sekali saja, aku meninggalkannya sebentar dan kutemukan dia sudah di goda oleh dua orang ahjussi pemabuk. Aku rasa mereka tidak sadar kalau Jeonghan itu laki-laki. Tapi walaupun Jeonghan terlihat sempurna, dia tetap memiliki kekurangan. Emosinya yang naik turun membuatnya merajuk kepadaku hingga dua hari. Hanya karena masalah kecil seperti saat itu, aku lupa tidak membelikan titipannya."Hannie-yah! Kau masih marah?"
Jeonghan masih tetap berjalan di depanku. Aku tau, semua salahku dan aku telah meminta maaf pada hari itu juga. Tapi entah kenapa dia masih tak ingin berbicara padaku. Aku sangat menyayanginya jadi sebisa mungkin aku tak ingin menyakitinya. Kuraih tangannya tapi dia terus menepisku. Ya Tuhan... kenapa lagi dia ini? Jika dia marah, dia biasanya langsung mengomel tapi sejak dua hari yang lalu dia hanya diam. Tak menghiraukanku bahkan tak mengajakku bicara juga. Kuraih bahunya dan akhirnya dia berhenti. Syukurlah, kita bisa bicara setelah ini.
"Hannie-yah..."
"Aku tidak marah padamu Seung-ah. Aku tidak marah dengan kejadian dua hari lalu. Aku hanya marah pada diriku sendiri. Ketika aku ingat kejadian dengan ahjussi pemabuk itu dan kau harus babak belur. Kenapa aku tak bisa menjaga diriku dari orang-orang seperti mereka. Kau selalu ada untuk menolongku. Walaupun kau harus babak belur karena menyelamatkanku dari pemabuk semacam mereka. Kenapa Seung-ah? Kenapa aku selalu takut dengan mereka?"
"Apa kau bertemu dengan orang semacam mereka lagi?"
Sedikit lama dan dia mengangguk. Disertai suara isakannya yang sedikit terdengar. Ya Tuhan... Harusnya dia tau, dimana dia harus bersandar dan tak membebani dirinya. Karena aku sangat menyayanginya. Kami berdua mengenal sejak kecil dan tumbuh bersama. Bukan tak mungkin aku tak menyayanginya. Dia sudah seperti adikku sendiri? Adik? Entahlah. Mungkin dia lebih ke orang yang sangat penting bagi hidupku. Aku tak tau, bagaimana jika tak ada dia dalam hidupku. Aku ingin menjaga dan melindunginya.
Kupeluk Jeonghan dari belakang. Berharap pelukanku dapat menenangkannya dari semua pikiran negatifnya. Ku kecup lembut puncak kepalanya. Kau tau, rambutnya merupakan bagian terfavoritku. Entah shampoo apa yang dia pakai, tapi baunya sangat memabukkan. Dan aku selalu melakukannya setiap dia menangis. Terus ku kecup puncak kepalanya hingga akhirnya isakannya mulai berkurang. Kubalik badannya dan kutatap ia. Sembab. Segera kuhapus air mata yang tersisa.
"Jeonghannie, kau tak usah khawatir. Mau kau lemah, mau kau sakit atau apapun. Aku akan menjagamu, Hannie-yah. Aku menyayangimu lebih dari apapun. Jadi aku mohon, jangan pernah menangis lagi. Jika kau sedih, senang, ada masalah atau apapun, datanglah kepadaku. Bergantunglah kepadaku, Hannie-yah. Karena aku akan selalu ada untukmu. Selalu disampingmu."
Jeonghan menghamburkan dirinya ke pelukanku. Memelukku erat dan menangis lagi. Aku tak tau, kata-kataku bisa meluncur begitu saja. Aku hanya ingin dia tau, aku menyayanginya. Walaupun tangisnya kini tangis bahagia karena dia sudah tersenyum, air matanya tetap membuatku sesak. Melihat air matanya, membuatku ingin selalu di sisinya. Ingin melihatnya bahagia, dengan senyum indahnya. Aku berjanji tak akan meninggalkanmu, Jeonghannie.
End
***
Mimpi itu lagi. Sudah beberapa hari ini aku selalu memimpikan hal ini. Ah tidak... Semenjak aku meninggalkan Jeonghan di koridor depan perpustakaan. Kenangan beberapa tahun yang lalu, alasanku yang membuatku ingin selalu melindunginya. Kenangan yang kini menghantuiku. Ini semua salahku.
Aku tak pernah menyangka kalau aku meninggalkannya. Hanya karena aku takut suatu hal terjadi padanya. Dan hanya karena ambisiku semata. Jeonghan, tak tau kah kau kalau aku juga merasa sakit. Meninggalkanmu adalah hal terberat bagiku. Tak melihat senyummu merupakan penyiksaan bagiku. Dan tanpamu di sampingku, aku merasa kosong. Aku tau aku salah, aku mengkhianati janjiku saat itu. Dan itu menyadarkanku, aku tak pantas bersamamu, Jeonghan.
Kuraih ponselku, mengetikkan nama Jeonghan dan berniat mengiriminya pesan. Setidaknya, walaupun tak berbalas, mungkin aku akan merasa lega.
To : Hannie-yah
Jeonghannie. Aku tak pernah ingin meninggalkanmu. Maafkan aku yang tak bisa memegang janjiku. Dan maafkan aku karena mencintaimu.
Bukan. Kurasa pesanku tidak tepat. Kurasa aku akan membuatnya menangis lagi.
To : Hannie-yah
Jeonghannie, mianhae, gomawo, saranghae. Mianhae telah meninggalkanmu dan tak bisa memegang janjiku. Tak bisa untuk selalu berada di sampingmu. Aku bukan seseorang yang baik untukmu, Hannie-yah. Gomawo untuk selalu berada di sampingku. Menjadi penyemangat hidupku. Menjadi alasanku untuk tetap bertahan di Amerika. Saranghae, aku mencintaimu, Hannie-yah. Sampai kapanpun.
Bukan. Ini tidak tepat.
To : Hannie-yah
Jeonghannie, bisa kita bertemu? Ada yang ingin ku katakan padamu.
Maafkan aku, Jeonghan. Maafkan aku, the love of my life.
Do you want to delete this entire message?
Yes
***
Ditulis di tengah-tengah mabok sama laporan dan proker kampus. Kapan libur? Bakalan tiga tahun tanpa libur kayaknya. Mahasiswa tua nasibnya gini amat T^T Maaf jadi curhat Dx
Sebetulnya mau publish chapter 13 tapi berhubung masih sibuk, jadi di kasih chapter tambahan dulu. Maaf kalo short story dan geje.
Stay tune and please vomment :)
Thanks for reading :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You 「COMPLETE」
Fanfiction"Harusnya dari dulu sudah ku katakan" - Yoon Jeonghan "Kau sahabat terbaikku" - Choi Seungcheol "Aku akan selalu disampingmu" - Hong Jisoo Genre : Yaoi ©24machinegun