Segera kumasuki kamar dan kurebahkan tubuhku di kasur. Marah ternyata menghabiskan tenaga. Ditambah mendengar pernyataan sepupuku itu. Kepalaku sedikit pening. Vernon juga pada akhirnya meminta tidur di kamarku. Dia tak mau kembali ke kamarnya jika kamarnya belum di bersihkan. Kalau aku jadi dia, aku akan melakukan hal yang sama. Kupejamkan mataku sejenak ketika ponselku tiba-tiba bergetar. Siapa yang mengirim pesan ditengah-tengah acara mendinginkan kepalaku. Kuambil ponselku dengan malas dan membacanya.
From : Jeonghan-ah
Jisoo-yah, bisakah kau menemuiku 2 minggu lagi? Di cafe yang pernah kita kunjungi dulu? Akan kuberitahukan hari dan waktunya.
To : Jeonghan-ah
Is it a goodbye?
From : Jeonghan-ah
Kita hanya akan bersenang-senang :)
To : Jeonghan-ah
Okay.
Aku menghela nafas ketika pesanku akhirnya terkirim. Kutunggu beberapa menit menunggu balasan. Tak ada jawaban. Kuletakan kembali ponselku di meja. Aku mengerti maksudmu, Han-ah.
***
Jeonghan POV
Entah apa yang harus kurasakan saat ini. Senang, sedih, marah, rasanya bercampur jadi satu. Marah? Ya, aku marah. Marah kepada diriku sendiri yang terlalu bodoh dan tak bisa berterus terang. Sama seperti dua minggu yang lalu, ketika aku menghubungi Jisoo. Aku malah mengatakan kita akan bersenang-senang. Aku berbohong padanya dan tentu Jisoo mengetahuinya. Jisoo lebih pintar daripada Seungcheol untuk urusan seperti ini.
"Hyung, kau tak menemuinya?"
Sejak kapan adikku sudah berada di kamar. Ah, ya... Adikku sedang berada di Amerika. Untuk menjemputku. Terkadang aku heran, apakah kuliahnya sedang libur atau tidak karena dia bisa berada di sini kapanpun ia mau. Adikku semakin mendekat, tersirat sedikit rasa sedih pada wajahnya. Kau sedih, Wonwoo-yah? Karena apa? Mingyu? Aku rasa karena hyungmu yang menyedihkan ini kan? Kini dia didepanku dan menangkup wajahku. Tak biasanya dia berlaku seperti ini. Dihembuskan nafasnya secara kasar. Maafkan aku, Wonwoo-yah.
"Hyung, kau sebaiknya berbicara dengannya. Aku yakin dia punya alasan yang lain. Setelah dia meninggalkanmu, kau berubah Hyung. Kau berkutat dengan semua tugasmu dan melupakan dirimu sendiri. Bahkan setelah lulus pun kau tetap jarang keluar kamar. Kau seperti orang lain. Akuilah hyung, kau membutuhkannya. Bicaralah dengannya. Aku tak ingin melihatmu seperti ini lagi Hyung."
Aku dapat menangkap semua rasa sedih dan kecewa di mata adikku. Aku tak ingin membahas semua ini. Ku hela nafasku dan kurasakan setetes air keluar dari mataku. Aku tau, jauh di dalam diriku, aku merindukannya.
"Tak ada yang perlu kami bicarakan lagi. Dia bukan milikku dan tak akan pernah jadi milikku. Maaf, tapi lepaskan aku, Wonwoo-yah. Aku harus pergi."
Wajahku sudah tak tertangkup tangannya dan kini air mataku mengalir bebas. Ku hapus kasar dengan punggung tanganku dan melangkah pergi. Aku harus menemui Jisoo seperti janjiku saat itu. Aku juga sudah memberitahukan tempat pertemuan kami dan kuharap mataku sudah tidak sembab lagi ketika bertemu dengannya.
"Hyung...-"
Apa lagi yang akan kau katakan? Apa masih belum cukup membahasnya?
"-jika dia memintamu kembali kepadanya dan dia benar-benar tulus mencintaimu selamanya. Apa yang akan kau lakukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You 「COMPLETE」
Fanfic"Harusnya dari dulu sudah ku katakan" - Yoon Jeonghan "Kau sahabat terbaikku" - Choi Seungcheol "Aku akan selalu disampingmu" - Hong Jisoo Genre : Yaoi ©24machinegun