Kudengar tawa Jisoo seketika berhenti dan dia menelan ludahnya sendiri. Tenggorokanmu kering juga akibat banyak tertawa. Sejurus kemudian kurasakan ada tangan hangat yang melingkari leherku. Kepalaku pun terasa hangat akibat ciuman lembut.
"Sudah tertawanya, Hong? Kau apakan malaikatku?"
Suara Seungcheol yang berat terdengar jelas dan aku dapat melihat sedikit ekspresi ketakutan pada wajah Jisoo. Ah... aku tau. Pasti Seungcheol memberikan death glare terbaiknya. Mata indah itu bisa berubah menyeramkan kapanpun ia mau. Kulihat Jisoo hanya tertawa canggung dan menyatakan ia tak melakukan apapun lalu kabur. Bersama dengan skripsinya. Seungcheol hanya menggelengkan kepalanya. Kuharap dia hafal dengan kelakuan Jisoo. Hal selanjutnya yang kutau adalah Seungcheol mentautkan jemarinya dan jemariku lalu mengajakku pulang.
***
Seungcheol POV
"Hannie-yah, kau marah?"
Sejak kepulangan kami tadi, Jeonghan tak mengatakan apapun. Dia masih terdiam bahkan saat tadi di jalan pun. Apa yang sebenarnya ia pikirkan? Apa yang dikatakan Joshua tadi hingga ia masih terdiam?
"Hannie-yah. Katakan apa yang terjadi? Kenapa kau diam saja?"
...
"Diamlah, Seung-ah. Aku capek. Tinggalkan aku sendiri."
"Hannie-yah..."
"Diamlah!"
"Jeonghannie!"
Kudengar suara pintu kamar yang dibanting. Aku masih terkaget. Sebenarnya apa yang terjadi. Tanpa sadar, nada suaraku meninggi. Aku tau, tak seharusnya aku terpancing emosi tapi sikapnya saat ini benar-benar tak ku mengerti. Perlahan ku dekati kamarnya. Aku ragu, aku takut. Tapi jika tidak begini, semua tidak akan baik.
Kaki dan tubuhku kini berada di depan pintu kamarnya. Masih bimbang apakah aku akan masuk atau menunggu semuanya tenang. Samar-samar ku dengar sesenggukan. Aku yakin, Jeonghan menangis. Ya Tuhan... apa salahku kali ini? Sampai-sampai malaikat yang Kau kirim menangis seperti ini. Kubuka pintu kamar dan kudapati ia duduk di tepi ranjang. Membelakangiku dengan sesenggukan yang masih terdengar. Ku dekap tubuhnya dalam pelukan dan kucium leher, punggung, dan bahunya sebelum kubenamkan wajahku di punggungnya.
"Jeonghannie... aku minta maaf. Maaf aku telah membentakmu. Aku mohon berhentilah menangis dan ceritakan masalahmu padaku."
Tak ada respon darinya. Masih sama, menangis dan membelakangiku. Masih kubenamkan kepalaku di punggungnya. Mencoba menyalurkan segala perasaanku padanya. Aku mohon berhentilah menangis. Melihatmu seperti ini membuatku sesak.
"Seung-ah... aku hanya capek. Tak apa-apa."
Masih kubenamkan kepalaku. Aku tak yakin dia berkata jujur. Jeonghan sering menutupi masalahnya.
"Katakan padaku, Sayang. Kau kenapa?"
"Aku tak apa, Seung-ah. Tapi berjanjilah, jangan tinggalkan aku sendiri."
Mendengar jawabannya membuatku terkejut. Siapa yang akan meninggalkanmu, Hannie? Aku tak tega meninggalkanmu. Kau selalu tampak tegar tapi kau sebenarnya rapuh. Siapa yang akan rela melepasmu? Aku turun dari kasur dan berjalan menuju hadapannya. Menatap wajah cantiknya yang terbasahi air mata membuatku miris. Ku hapus air matanya dengan kedua ibu jariku dan ku kecup singkat bibirnya. Tuhan maafkan aku telah melakukan ini pada malaikatMu.
"Aku tak akan meninggalkanmu, Hannie. Istirahatlah. Tak akan kutinggalkan kau malam ini. Aku akan menjagamu."
"Seung-ah..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You 「COMPLETE」
Fiksi Penggemar"Harusnya dari dulu sudah ku katakan" - Yoon Jeonghan "Kau sahabat terbaikku" - Choi Seungcheol "Aku akan selalu disampingmu" - Hong Jisoo Genre : Yaoi ©24machinegun