Seungcheol hanya mengangguk dan mengambil buku itu. Tangannya bergetar ketika akan mengambil buku itu. Tubuhnya terlihat sangat lelah terutama ketika ia bangkit dari kursinya. Langkahnya gontai ketika ia menjauh. Kasihan. Aku benar-benar tak bisa berbuat apa-apa. Kecuali, memberinya semangat.
"Seungcheol-ah! Jika kau masih mencintainya, sampai kapanpun, aku akan membantumu!"
Seungcheol berhenti seketika. Kepalanya menoleh ke arahku. Dia menyunggingkan senyum tipisnya dan kembali pergi dengan langkah gontainya. Aku tau Seungcheol tak mempercayai ucapanku. Tapi aku memang ingin menolongnya. Perasaanku pada Jeonghan telah ku kubur jauh-jauh, tak ada gunanya jika aku terus mengejarnya. Fokusku hanya meredakan api di antara mereka. Tubuhku masih terdiam dan mataku masih menatap nanar kepergian Seungcheol. Aku harap, dia tak melakukan hal bodoh setelah ini.
***
Sudah dua minggu ini, aku terus mengunjungi apartemen Seungcheol. Mungkin kau bertanya-tanya, kenapa aku sering mengunjungi Seungcheol. Aku ingin menjawabnya tapi jujur, aku bingung harus menjelaskannya mulai dari mana. Yang jelas, semua ini terjadi beberapa hari setelah pertemuan kami di kampus saat itu. Ah, aku juga sudah lulus. Hanya saja, aku belum bekerja karena sebuah alasan.
Trit trit Trit trit
"Yeoboseyo"
"Jisoo-ssi, apa kau sudah di jalan?"
"Ne, ahjumma. Sebentar lagi sampai."
"Cepat ya. Hanya kau andalan kami."
Beep beep beep
Segera ku tambah laju mobilku. Jika ibu Seungcheol sudah memohon, berarti terjadi sesuatu di apartemen. Ya, yang menelpon barusan adalah ibu Seungcheol. Orang tuanya sekarang berada di Amerika sejak kurang lebih dua minggu yang lalu. Aku kira itu ide yang bagus ketika aku menelpon mereka, tapi kenyataannya, saat itu aku harus mati kutu saat bertemu mereka.
Segera ku parkirkan mobilku di parkiran apartemen dan berlari menuju apartemen Seungcheol. Tak lupa berbagai bahan makanan yang telah ku beli juga ku bawa. Aku tak mengerti apa yang dilakukannya hari ini. Tapi kuharap dia tak bertindak seperti orang gila. Putus cinta memang mengerikan bagi beberapa orang.
Kupencet pintu bel apartemen dan langsung di buka oleh ibu Seungcheol. Wajahnya pucat seolah-olah hal buruk baru saja terjadi. Ayahnya? Dia mengetuk kamar Seungcheol dan terus memanggil namanya. Ya, semenjak orang tuanya datang, Seungcheol terus menerus mengurung dirinya di kamar. Dia hanya mau berbicara kepadaku. Entah mengapa, Seungcheol menjadi seperti ini. Mungkin orang tua Seungcheol mengatakan sesuatu yang semakin menyayat hatinya. Memang, hampir setiap hari aku mengunjunginya tapi itupun tak lama. Aku hanya berbicara sebentar padanya atau sekedar meninggalkan makanan untuknya. Kalau kau bertanya dimana Seungcheolnya Jeonghan? Maka jawabannya dia telah pergi.
"Jisoo-ssi. Bisa kau bujuk dia untuk keluar kamar? Seungcheol belum makan apapun sejak kemarin."
Lagi-lagi dia melakukan hal bodoh. Segera ku ketuk pintu kamarnya dan memanggilnya. Ayahnya masih tetap disampingku. Wajahnya seolah menahan amarah. Ayolah Paman, anakmu ini butuh bantuan. Bukan amarahmu.
Ketukanku semakin konstan ketika Seungcheol tak segera membuka pintu. Aku hanya takut dia pingsan atau membusuk di sana. Well, semua hal bisa terjadi kan? Ketukanku semakin keras hingga pada akhirnya Seungcheol membuka pintu. Hanya setengah wajahnya yang terlihat dan matanya mengarah ke ayahnya dengan tatapan yang... Uhm... Sinis kurasa. Seungcheol pun pada akhirnya memberikan kode untuk ku memasuki kamarnya.
Kumasuki kamarnya dan well, sejauh ini tak ada yang berubah. Hanya saja lebih berantakan. Album foto berserakan dimana-mana dan foto Jeonghan bertebaran di setiap tempat. Aku sedikit lega. Setidaknya sedepresi apapun dia, dia tak sampai menyayat dirinya sendiri. Kudapati dia telah duduk di pinggir ranjangnya dan menghela nafas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You 「COMPLETE」
Fanfic"Harusnya dari dulu sudah ku katakan" - Yoon Jeonghan "Kau sahabat terbaikku" - Choi Seungcheol "Aku akan selalu disampingmu" - Hong Jisoo Genre : Yaoi ©24machinegun