Seung-ah...
Mencintaimu itu bagaikan mengejar mimpi. Semakin dikejar, semakin banyak rintangan yang dihadapi. Sampai akhirnya datanglah rintangan yang sangat besar dan menjauhkan jarak dengan mimpi. Membuat kita berpikir untuk menyerah ataupun melanjutkan mengejar mimpi. Sama sepertiku. Semakin aku mengejarmu, semakin banyak pula rintangan yang kuhadapi. Sampai kejadian itu muncul dan memisahkan kita. Menjauhkan jarak di antara kita yang entah sejak kapan mulai terbentuk. Dan aku masih belum memutuskan untuk terus mempertahankan perasaanku padamu atau menyerah. Menghapusmu dari seluruh duniaku.
Tapi kau tau, Seung-ah...
Aku baru saja memutuskannya. Entah itu keputusan yang benar atau salah. Aku akan terus menunggumu. Mungkin kau dapat menyebutku gila, Seung-ah. Tapi aku tau, menghapusmu bukan perkara mudah. Aku jatuh terlalu dalam walaupun sejujurnya aku takut, hal buruk akan terjadi lagi.***
3 years later...
Seoul. Kota yang sudah lama tak ku kunjungi. Kini aku kembali untuk sebuah urusan. Ah, bukan hanya pekerjaan tapi juga untuk suatu hal yang kubiarkan terbengkalai 3 tahun yang lalu. Untuk seseorang yang sangat kucintai. Hingga saat ini.
"Cheol, kau baru mendarat?"
Sebuah suara yang amat ku kenal kembali menyapaku. Seseorang yang menemaniku belakangan ini dan memberiku semangat. Tubuhnya yang masih tetap kurus mendekatiku dan wajahnya memberikan senyumnya yang riang. Tak kusangka hanya dia yang akan menjemputku di bandara kali ini. Ya, dia Hong Jisoo. Sahabatku sekaligus seseorang yang sebentar lagi menjadi bagian dari keluargaku.
"Dimana Jihoon?"
"Dia bilang dia masih ada urusan. Aku tak mengerti juga."
Ah... dia ini masih sama saja. Bagaimana bisa dia tak mengetahui kegiatan adikku yang sangat ku sayangi.
"Dasar. Kau ini calon suaminya. Seharusnya kau tau kegiatannya."
"Hahaha... mian. Adikmu itu sangat galak walaupun dia menggemaskan. Dia tak ingin urusannya di campuri."
Hah... memang kebiasaan Jihoon tak pernah berubah. Apalagi semenjak di tinggal oleh mantan kekasihnya. Dia semakin bersikap keras. Beruntung sekarang dia mendapatkan Jisoo. Sifat dewasanya dapat mengimbangi Jihoon bahkan sekarang mereka akan menikah. Hah... kurasa hidupku masih akan berkutat bersama orang ini. Walaupun aku sebenarnya sangat beruntung memiliki sahabat seperti dia. Tanpanya, kurasa aku akan tetap terjatuh.
"Cheol, kau melamun lagi."
Suara Jisoo menyadarkanku. Dia kembali berdecak kesal. Mengkomenku betapa berubahnya aku sekarang. Terutama kebiasaanku melamun. Dia bilang aku terlalu banyak melamun akhir-akhir ini. Aku hanya tertawa saja. Lagi-lagi dia mengomel ketika kami dalam perjalanan menuju mobilnya. Jisoo memang sudah dua bulan ini berada di Korea untuk merencanakan pernikahannya. Jadi saat ku minta menjemputku pun, dia tak keberatan juga.
"Cheol, kau tak ingin mendengar kabarnya?"
Entah mengapa Jisoo menanyakan hal ini secara tiba-tiba. Tentu saja aku ingin mendengar kabar darinya. Terutama dari dirinya sendiri. Sayang, kami tak pernah berkontak lagi setelah hari itu. Kurasa dia telah mengganti nomornya.
"Jeonghan?"
"Ya, ku dengar dia sekarang menjadi gila kerja."
"Hahaha... kau sudah lupa ya kalau dia memang gila kerja? Aku lebih khawatir, dia memiliki seseorang yang dia cintai saat ini."
Nada suaraku melemah sejalan dengan pernyataanku. Aku merindukan semua darinya. Dan ini sudah 3 tahun berlalu. Tak akan ada yang sama seperti dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You 「COMPLETE」
Fanfiction"Harusnya dari dulu sudah ku katakan" - Yoon Jeonghan "Kau sahabat terbaikku" - Choi Seungcheol "Aku akan selalu disampingmu" - Hong Jisoo Genre : Yaoi ©24machinegun