Chapter 27

5.1K 595 1
                                    

Ingatan tiga hari yang lalu

"Draconis, apa kau yakin dengan semua ini?" Tanya seorang wanita yang memiliki paras cantik padanya. Nada yang digunakan oleh wanita itu mengisyaratkan kekhawatiran yang terlihat sangat jelas dalam setiap kata yang ia ucapkan, membuat sang pemilik nama 'Draconis' menatap wanita itu dengan rautan wajah masam untuk beberapa saat lamanya. "Kau tahu kalau masa depan tidak akan berubah, dan terpanggilnya makhluk itu kembali ke dunia ini adalah hal yang sangat buruk. Kau harus mempertimbangkan hal terburuk yang nantinya terjadi, terlebih lagi kau akan menjadi seorang ayah sekarang."

Draco, nama pemuda berambut pirang platinum yang dipanggil oleh wanita itu hanya menoleh tanpa mengutarakan apapun untuk beberapa saat lamanya, kedua mata silver kebiruannya yang sedari tadi menatap matahari terbenam dari balik jendela besar yang ada di ruangan itu akhirnya berbalik arah, melihat ke arah wanita yang ia kenal sebagai ibu baptisnya. Perenelle Flamell, istri dari sang Alchemy ternama yang telah berusia lebih dari 500 tahun, serta dikenal pula sebagai Seer hebat setelah Cassandra Trelawney tersebut berdiri tepat di belakang Draco.

Draco tahu kalau ibu baptisnya sangat khawatir dengan keputusan yang ia ambil dan katakan beberapa saat yang lalu, yang tentunya hal tersebut akan membuat Perenelle membujuknya untuk mengambil langkah lain dari apa yang sudah ia katakan itu. Keputusan itu memang mengandung banyak risiko yang Draco sendiri tidak mampu memprediksikannya, namun bagaimana pun juga ia tidak bisa mengambil tindakan lain selain keputusan hal itu.

"Aku tidak pernah seyakin ini dalam seumur hidupku." Gumam Draco, membalas pernyataan dari Perenelle beberapa saat yang lalu. Nada kalem yang bergulir dari mulutnya itu tentunya mampu membungkam ibu baptisnya untuk beberapa saat lamanya, hanya saja sampai kapan Draco juga tidak tahu.

Sebuah rautan ekspresi tidak suka pun akhirnya terbesit di wajah cantik Perenelle, ia meletakkan telapak tangannya di atas bahu Draco, menatap lekat kedua mata sejernih kristal milik putra baptisnya.

"Draconis, aku tahu kalau kau sangat kuat, bahkan kalau kau menggunakan kekuatanmu sebagai seorang Shadow Mage kau akan melampaui Tom, tapi masa depan tidak akan pernah berubah, meski kau telah melakukan apapun itu untuk merubahnya." Kata Perenelle, ia harap pemuda yang ada di hadapannya mengerti dengan apa yang ia bicarakan. "Kalau kau keras kepala seperti ini, kematian adalah jawaban terbaik untukmu, dan aku tidak ingin kau mengambil tindakan gegabah itu yang nantinya akan berujung pada kematianmu sendiri. Kumohon, Draconis, pikirkan kata-kataku baik-baik."

"Kau pikir aku tidak tahu itu? Semua tindakan yang aku lakukan selalu memiliki alasan yang kuat, Perenelle." Kata Draco, ia memejamkan kedua matanya untuk beberapa saat, menikmati belaian lembut dari tangan sang ibu baptis di wajahnya.

Melihat putra baptisnya seperti ini mengingatkan wanita itu akan mendiang putra kandungnya sendiri bersama Nicholas, mereka berdua sama-sama keras kepalanya dan apabila mereka telah memiliki sebuah ambisi, mereka tidak akan beristirahat sampai ambisi tersebut dipenuhi. Tidak peduli apakah jalan yang ditembuh oleh mereka adalah hal yang berbahaya atau tidak, Draconis dan mendiang putra kandungnya memang begitu mirip. Hanya saja Perenelle tidak ingin nasib putra kandungnya tersebut dialami oleh Draco sekarang ini, semua itu berasal dari keputusan yang nekat sehingga hasil akhirnya pun akan berujung pada kematian. Wanita itu menghela nafas pelan, ia masih teringat bagaimana kedua tangannya ini menggenggam tubuh putra semata wayangnya yang dibalut oleh darah, kengerian serta kesedihan yang melandanya saat itu kini bisa ia rasakan begitu jelas dan dalam hati ia berdoa agar Draco tidak mengalami nasib yang sama seperti putra kandungnya.

Perenelle kembali teringat pada penglihatan yang ia dapat dua jam yang lalu, sebuah pemandangan berdarah akan kedahsyatan perang ketiga dunia ilmu sihir yang akan meletus. Perenelle bisa melihat keluarganya berada di tengah medan peperangan, melawan pihak Dumbledore, menentukan siapakah yang akan menjadi pemenang pada perang yang telah berlangsung hampir lebih dari 50 tahun ini. Pemandangan yang seperti itu sudah sering ia lihat dalam seumur hidupnya, sebab pda dasarnya Perenelle memang dianugrahi bakat untuk melihat ke masa depan, tapi semakin ia melihat ke depan mengenai peperangan ini, semuanya tertutup oleh kabut, seperti hasil akhir akan siapa yang keluar sebagai pemenang tidak bisa diketahui. Hanya satu yang ia takutkan sebagai akhir dari peperangan yang telah berkecamuk ini, kematian Draco maupun Nicholas adalah hal yang membuatnya tidak berhasil untuk keluar dari mimpu buruk yang berkepanjangan.

Chasing Liberty (Complete)Where stories live. Discover now