Chapter 5

9.3K 991 29
                                    

Stasiun King Cross pada tanggal 1 September terlihat begitu ramai, stasiun yang menghubungkan dua dunia yang berbeda terlihat lebih ramai dari pada hari-hari biasanya, apalagi di peron ¾ yang menjadi portal penghubung antara dunia muggle dengan dunia sihir banyak dikunjungi oleh orang. Mereka adalah penyihir yang mengantarkan putra-putri mereka untuk berangkat ke Hogwarts menggunakan Hogwarts ekspress, sebuah kereta api uap dengan model kuno dan berwarna merah.

Draco melihat murid-murid yang akan kembali ke Hogwarts untuk tahun ajaran baru berada di sana bersama keluarga mereka yang akan mengucapkan selamat jalan. Mereka terlihat beragam, ada yang lebih tua dan muda darinya, namun juga ada yang seusia dengan Draco. Dari apa yang Draco dengar dari Alex, sistem yang ada di Hogwarts adalah sistem asrama dan ada bagian pemisahan yang ditentukan oleh topi tua penyeleksi untuk menentukan asrama yang cocok bagi orang itu, sebuah sistem yang hampir sama di Santuario namun pada umumnya memang berbeda. Pemuda yang berusia 16 tahun itu terlihat begitu terhibur saat beberapa anak kecil yang ia tahu adalah murid tahun pertama kelihatan begitu gugup ataupun histeris, mereka tentu gugup tentang penyeleksian akan ditempatkan di asrama mana mereka nantinya ketika di Hogwarts kelak. Dan yang membuat Draco mencoba untuk tidak tersenyum saat ini juga adalah ketika ia mendengar seorang laki-laki yang mungkin seorang ayah berpesan kepada putrinya agar ia tidak masuk ke asrama Slytherin atau ia tidak akan dianggap lagi sebagai keluarga. Anak malang yang mempunyai orangtua berpikiran begitu dangkal seperti dia, pikir Draco dengan seringai khas di wajahnya.

Mereka adalah orang-orang bodoh, menganggap asrama Slytherin sebagai asrama paling buruk karena reputasinya yang melahirkan penyihir-penyihir gelap seperti Voldemort sehingga mereka langsung mengecap kalau Slytherin adalah mimpi buruk. Kelihatannya mereka tidak tahu kalau semua asrama yang ada di Hogwarts juga sama buruknya, ambil contohnya saja adalah Wormtail, dia seorang Gryffindor namun dia juga seorang pelahap maut. Jadi tidak ada bedanya. Bellatrix yang seorang Ravenclaw malah menjadi pelahap maut yang luar biasa kejam, terkadang Draco sedikit iri pada bibinya tentang bagaimana ia bisa menjadi sadis namun terlihat lugu pada saat yang sama. Bellatrix lugu? Dunia akan kiamat.

"Kau ada di sini." ujar seseorang yang ditujukan kepada Draco, Draco melihat orang itu dengan malas tanpa merubah posisi berdirinya yang bersandar pada pilar besar di dekat kereta dengan kedua tangan ia masukkan ke dalam saku celana, "Kupikir kau tidak akan datang."

"Aku bukan pengecut seperti yang kau pikir." jawab Draco singkat.

Seorang anak laki-laki yang begitu familier, Draco kerap melihatnya berada di halaman depan koran Daily Prophet karena ia seorang yang lumayan terkenal. Mengenakan seragam tradisional Hogwarts yang berwarna hitam dengan dasi yang berwarna silver dan hijau yang mengisyaratkan kalau dia berada di asrama Slytherin, rambut pirang keemasan yang tertata rapi, kulit putih pucat dan sepasang mata biru sapphire yang memukau. Satu kata yang dapat Draco lukiskan mengenai pemuda yang menyapanya ini, pemuda yang ada di hadapannya ini sangat tampan dan bisa dibilang seorang hottie. Tidak salah lagi kalau dia seorang Malfoy, Draco bisa merasakan aura sihir yang khas dan keangkuhan yang ditebarkannya.

Orang yang berdiri di hadapannya ini tidak lain dan tidak bukan adalah Alexander Lucius Malfoy sendiri, pewaris keluarga Malfoy di masa depan dan juga merupakan kakak kembar Draco sendiri. Meskipun mereka kembar, namun penampilan keduanya sangatlah beda bagaikan langit dengan bumi dan Draco tidak akan terkejut mengenai masalah itu, malahan ia merasa berterima kasih kalau mereka sangat berbeda.

"Kau terlihat begitu..." kata Alex pelan, ia mengamati penampilan Draco.

Draco memutar bola matanya, ia tahu kalau ia tidak serapi Alex namun sebenarnya ia sama sekali tidak peduli. Kalau Alex rapi dan mempunyai image seorang gentleman sejati, maka Draco sendiri memiliki penampilan kebalikannya. Dari ujung rambut sampai kaki semuanya mencerminkan berbahaya dan seorang bad boy yang menimbulkan aura yang begitu berbeda. Draco mengenakan baju berwarna biru gelap yang sangat pas di badannya karena memperlihatkan postur tubuh kekarnya serta pada dua kancing baju atasnya tidak ia kancingkan dan ia juga mengenakan celana jeans hitam, penampilan bad boy -nya semakin genap dengan jaket kulit berwarna hitam yang ia kenakan tanpa ia resletingkan, tidak salah lagi kalau itu adalah jaket armani yang terkenal mahal di dunia muggle. Ia benar-benar terlihat seperti supermodel, seksi, tampan, berbahaya, dan yummy, kalau saja ia mengenakan kacamata hitam pasti penampilannya akan genap seperti seorang model yang berjalan di atas catwalk. Meskipun begitu penampilannya mencerminkan kalau ia bukan orang sembarangan dan merupakan penyihir yang kuat, aura sihir tidak akan berbohong. Dan melihat banyak gadis-gadis yang terpukau ketika menatap Draco, maka dipastikan kalau penampilan Draco tidaklah buruk seperti yang dikatakan oleh saudaranya.

Chasing Liberty (Complete)Where stories live. Discover now