Chapter 28

5.3K 616 1
                                    

Tangannya terasa panas seperti ia tengah memegang zat asam yang sangat kuat, bahkan Draco sendiri bisa merasakan kalau kulit tangannya melepuh akibat panas tinggi yang diakibatkan oleh tombak petir yang saat ini ia pegang dengan erat. Semua itu ia hiraukan begitu saja, dari rasa sakit sampai panas yang membara, semua itu ia tidak pedulikan karena ada satu tujuan yang ingin ia tuntaskan saat ini, yaitu membunuh makhluk terkutuk yang ada di depannya sekarang ini.

Tanpa Blaise mengucapkan sepatah kata apapun padanya, Draco juga sudah tahu kalau temannya itu merasa khawatir pada dirinya, terutama dengan memanggil tombak yang saat ini tengah Draco pegang. Benda yang dipegang Draco adalah benda yang sangat berbahaya, sebuah tombak yang sangat terkenal tidak bisa dipegang oleh seseorang tanpa mengorbankan jiwa orang tersebut. Biasanya mereka yang telah menggunakan benda itu akan langsung terbakar di tempat saat semua yang mereka lakukan selesai, dan sampai beratus-ratus tahun semenjak benda itu muncul di muka bumi ini telah banyak menimbulkan korban yang berjatuhan akibattnya. Sekarang Draco memegang benda itu, apakah pemuda berambut pirang tersebut tidak takut kalau kematian akan menjemputnya nanti? Seperti itulah pertanyaan yang muncul di dalam benak Blaise, tapi ia pun tidak bisa melarang sebab kelihatannya Draco telah bertekat untuk memusnahkan Chimmera dengan cara apapun, meski itu artinya adalah mengorbankan diri untuk memenangkan pertempuran ini.

"Aku tidak tahu dari mana kau mendapatkan tombak petir terkutuk itu, Dray, tapi aku harap kau tahu apa konsekuensinya setelah semuanya selesai," ujar Blaise, rasanya ia ingin memukul kepala kawannya karena telah melakukan hal yang sangat bodoh dan berada di luar nalar.

Draco mengayunkan tombak petir yang menyala-nyala itu, layaknya sebuah kilat yang dipegang dan siap ia lontarkan ke arah jantung sang makhluk berkepala tiga itu, sang Hippogrif yang mereka tunggangi tengah menghindari serangan demi serangan yang Chimmera berika pada mereka.

"Tidak perlu kau beritahu pun, aku sudah tahu konsekuensinya, Blaise, dan aku siap menerima risikonya kalaupun nyawakulah yang nanti jadi pertaruhannya," sahut Draco dengan nada serius. Saat ia mengucapkan itu, Draco mengambil salah satu dari tongkat kembarnya yang tadi berada di kantungnya dan dengan cepat ia mengayunkannya ke arah langit secara horizontal.

"Fyendfire!" Lidah api yang luar biasa besarnya itu muncul di permukanan atmosphere yang berasal dari ujung tongkat sihir yang Draco pegang, lidah api yang begitu besar itu langsung mengitari keberadaan mereka berdua bersama sang Chimmera berada di dalamnya, mempersempit ruang tempat mereka bergerak sehingga makhluk yang besar tersebut tidak mampu bergerak secara leluasa apalagi menghindar dari serangan yang nantinya akan Draco lakukan.

Rasa panas akibat sambutan lidah api pada tombak petirnya serta rasa panas dari sihir api yang ia lakukan cukup membuat setengah sihir yang ia miliki pudar, bahkan nafasnya yang tadinya teratur kini serasa berat dan ia ingin kehilangan kesadarannya saat itu juga. Blaise yang menyadari keadaan temannya itu pun juga langsung mengeluarkan tongkat sihirnya, ia memutar benda itu searah jarum jam sebanyak satu kali dan mengacungkannya ke atas langit. Langit yang temaram itu pun serasa terbelah saat sebuah cahaya yang sangat besar pun muncul dari sana dan langsung menghantam tubuh Chimmera, membuat tubuh bersisik milik makhluk itu melepuh akibat cahaya berwarna kuning yang Blaise panggil lagi.

"Effern Ludish..." Penyihir muda berdarah Italia itu bisa merasakan sihirnya terserap begitu cepat, mengalir seperti air terjun yang sangat besar ketika ia memanggil cahaya itu.
Baik Draco dan Blaise bisa melihat bagaimana Chimmera tersebut mengamuk hebat, tidak hanya tubuhnya melepuh karena serangan fatal dari Blaise, namun sihir api dari Draco itu juga ikut menyerang dan mengitarinya sehingga tidak dapat membuatnya melarikan diri lagi.

"Blaise..." Panggil Draco dengan penuh arti kepada temannya tersebut, kedua tangannya saat ini tengah sibuk dengan memegang tombak petir dan tongkat sihirnya, sementara pedangnya tadi ia selipkan begitu saja di pinggang.

Chasing Liberty (Complete)Where stories live. Discover now