Chapter 20

9.3K 747 9
                                    

Hammond Manor, Roma-Italia

Tidak pernah terbayang dalam benak Harry akan pengalaman pertamanya ketika tiba di Italia seperti ini, Italia adalah negara yang sangat indah dan juga tenang, sedikit berbeda dengan Inggris. Harry merapatkan jubah tipis yang ia kenakan pada tubuh kecilnya, dengan perasaan tenang ia mengamati beberapa peri kecil yang terbang ke sana kemari di dalam taman bunga tempatnya berada saat ini. Untuk sesaat Harry membiarkan senyuman kecil merekah di wajah manisnya, ia merasa begitu nyaman pada tempatnya tinggal saat ini.

Jauh dari Inggris dan terlebih lagi jauh dari kehidupannya yang dikontrol oleh Dumbledore ternyata membuatnya jauh lebih tenang, mungkin inilah hidup yang sesungguhnya, begitu tenang dan damai, semuanya akan jauh lebih sempurna saat orang-orang yang ada didekatnya hanya menganggap dirinya sebagai seorang Harry, bukan pahlawan yang sering dielu-elukan di Inggris.

Manor kecil yang merupakan tempat ia dan Draco menginap adalah manor milik keluarga Hammond, Draco pernah menceritakan kalau tempat ini tempat di mana dia menghabiskan masa kecilnya, sebab hampir 10 tahun lamanya Draco tinggal di sana bersama ayah baptisnya saat mereka ada di Italia. Tidak heran Harry menemukan aura sihir milik Draco begitu kuat di tempat ini. Saat ini Draco tengah mengadakan pertemuan dengan para Dragonian di kerajaan mereka, ia sengaja tidak mengikutsertakan Harry karena suatu alasan, dan ajaibnya alasan Draco bukan karena Harry adalah seorang Seraphine atau karena takut Harry akan diserang oleh Dragonian. Mereka berdua tahu kalau Harry dapat melindungi dirinya sendiri, Harry adalah penyihir yang sangat kuat pada usianya yang masih sangat belia, kemampuan sihirnya terus berkembang dan semua ini membuat Draco takjub sekaligus bangga padanya. Harry masih bisa merasakan wajahnya memanas saat ia teringat pujian yang Draco berikan padanya beberapa hari yang lalu.

"Bodoh." Sangkal Harry, wajahnya sedikit memerah. Ia mengambil nafas panjang untuk menenangkan dirinya, remaja itu memutuskan untuk berbaring di atas rumput hijau yang tumbuh di taman manor dengan suburnya.

Remaja manis bermata emerald yang menakjuban itu meletakkan kedua tangan di atas perutnya yang masih terasa rata, namun Harry bisa merasakan tanda-tanda kehidupan yang ada di sana. Ia memejamkan kedua matanya untuk merasakan sihir kecil yang berasal dari perutnya, dan untuk kesekian kalinya Harry merasa takjub saat mengetahui kalau ia tengah hamil.

Itulah alasan utama mengapa Draco tidak membawanya untuk menemui para Dragonian, ia khawatir pada kondisi Harry yang saat ini tengah hamil akan bayi mereka yang pertama. Semuanya menjadi jelas mengapa Harry merasa sakit di pagi hari pada minggu ini, awalnya mereka berdua menduga kalau Harry tengah sakit biasa, namun ia selalu menolak saat Draco mencoba untuk membawanya menemui Perenelle. Harry yang keras kepala selalu menolak ajakan Draco, sampai dua hari yang lalu di mana ia pingsan ketika menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Saat itulah Draco memanggil Perenelle untuk memeriksa Harry, dan betapa terkejutnya ia ketika Perenelle memberitahukan kalau Harry tengah hamil.

Jangankan Draco, Harry sendiri juga dalam penyangkalan kalau dirinya hamil, namun semua itu berubah saat Harry bisa merasakan sihir yang muncul dari dalam tubunya, tepat di mana bayinya berada. Dan barulah ia percaya kalau ia hamil. Sebuah keajaiban yang merupakan buah cinta Harry dengan Draco kini ada di kandungan Harry, remaja ini masih merasa takjub dengan hal itu, Harry membelai perutnya dengan penuh kasih sayang, meski bayi mereka belum lahir tapi baik Harry maupun Draco sudah sangat mencintainya dengan sepenuh hati.

"Aku akan memiliki sebuah keluarga bersama Draco. Keluarga yang sangat aku impi-impikan." ujar Harry kecil pada dirinya sendiri. "Aku tidak pernah menyangka kalau Seraphine bisa hamil kalau tidak mengalaminya sendiri."

Harry menghela nafasnya, tangan kanannya masih sibuk membelai perutnya di mana calon bayi mereka saat ini berada, meskipun begitu senyuman manis yang masih merekah di wajah manisnya tidak meredup. Setelah Perenelle memberitahukan kalau ada bayi di dalam rahim Harry, remaja manis bermata emerald tersebut selalu memperhatikan langkahnya, ia tidak ingin seceroboh sebelum ini sebab Harry khawatir dapat membahayakan bayinya. Dengan perlahan ia menghampiri gazebo yang ada di taman bunga itu dan duduk di sana, ia mencoba merilekskan badannya dengan bersandar di sana serta menikmati keindahan manor kecil milik Tristan. Ia bisa membayangkan bagaimana kehidupan mereka nantinya, keluarga mereka akan tinggal di sebuah rumah yang tidak terlalu besar namun juga tidak terlalu kecil dengan Harry bersama Draco duduk di teras sambil memperhatikan anak-anak mereka bermain di taman. Membayangkan hal itu saja sudah mampu membuat Harry gembira, namun senyuman bahagia itu sedikit meredup ketika ia ingat kalau Dumbledore dan prajuritnya masih bebas berkeliaran di sekitar mereka. Harry tahu kalau penyihir tua itu tidak akan ragu-ragu untuk membunuh Harry dan keluarga barunya saat dia menyadari Harry tidak lagi berada di bawah kekangannya, bahkan hal itu tambah parah kalau Dumbledore tahu Harry adalah mate dari pangeran kegelapan. Harry tidak bisa membiarkan itu terjadi, hell... bahkan Draco akan mengurungnya bila ia tahu Harry dalam bahaya seperti ini.

Chasing Liberty (Complete)Where stories live. Discover now