Chapter 18

7.7K 787 9
                                    

Room of Requirement, Hogwarts


Harry memeluk kedua lututnya sampai menyentuh dadanya, perasaannya bercampur menjadi satu dan ia tidak tahu bagaimana untuk mengatasi semua ini. Tekanan demi tekanan yang Harry tidak tahu bagaimana untuk menghadapinya langsung jatuh kepada dirinya, membuat Harry sulit untuk mengambil keputusan terbaik tentang apa yang harus ia lakukan. Harry merasa dirinya terbagi menjadi dua, semua ini diakibatkan perannya sebagai pahlawan dunia sihir dan juga mate dari seorang pangeran kegelapan. Remaja itu menolak dirinya untuk menangis, ia lebih kuat dari ini, segala ekspresi sedih maupun marah ia coba untuk tekan sekecil mungkin.

Tekanan yang membuatnya seperti ini adalah mengenai perang yang tengah berlangsung di dunia sihir, dan Harry merupakan pusat dari semuanya. Di satu sisi Dumbledore selalu menekan dirinya untuk melakukan sesuatu, membujuknya untuk kembali ke pihak The Order dengan alasan kalau banyak orang yang mengharapkan Harry untuk menyelamatkan diri mereka dari 'serangan' Voldemort, namun di sisi lain Harry mempunyai kesetiaan kepada Draco. ia sangat mencintai Draco dan tidak peduli dirinya berada di pihak mana, Harry tidak peduli kalau mereka baru saling mengenal namun ia merasa kalau mereka sudah sangat dekat. Tetapi rasa itu malah membuat Harry begitu bimbang.

"Apa yang harus kulakukan?" tanya Harry pada dirinya sendiri. Ia semakin mempereratkan pelukannya pada kedua lututnya.

Kedua mata emerald miliknya menatap tungku perapian yang menyala di ruang kebutuhan tersebut, ia menyandarkan dirinya pada kaki sofa yang ada di belakangnya, tidak peduli dengan keadaan sekelilingnya.

Pagi tadi Dumbledore memanggil Harry ke kantornya, subjek pembicaraan yang Dumbledore gunakan adalah hal yang sama, yaitu membuat Harry untuk melakukan pekerjaan kotornya dengan mengalahkan Voldemort dan 'menyelamatkan' dunia sihir. Harry tahu kalau penyihir tua yang pernah ia anggap seperti figur seorang kakek yang baik hati tersebut hanyalah memperalat Harry, bahkan pekerjaan kotor itu telah Dumbledore lakukan semenjak kedua orangtua Harry masih hidup, dan hasil dari semuanya adalah James serta Lily terbunuh pada tragedy berdarah pada malam hallowen 15 tahun yang lalu, dan semua itu menjadikan Harry seorang yatim piatu serta mendapatkan luka terkutuk yang ada di keningnya.

Harry mengepalkan kedua tangannya dengan sangat erat, bahkan ia sendiri tidak merasakan sakit saat kuku jarinya menusuk telapak tangannya, membuatnya terluka dan darah keluar dari sana. Yang Harry rasakan hanya satu, yaitu kemarahan. Tidak hanya Dumbledore menghancurkan keluarga yang seharusnya Harry miliki sejak dulu, bahkan ia juga menghancurkan kehidupan orang lain dan membuat orang itu menjadi semenderita ini. Harry jadi tahu bagaimana dengan perasaan Tom, mereka berdua sama karena telah diperalat oleh sang kepala sekolah Hogwarts, dan keduanya juga memiliki tujuan yang sama saat ini, yaitu ingin membalas dendam.

Kalau saja Dumbledore tidak berambisi besar maka Harry tidak akan mengalami nasib yang demikian, ia tidak peduli dengan 'menyelamatkan' dunia sihir lagi sebab sejak pertama kali tidak ada yang harus diselamatkan. Tom hanya menginginkan balas dendam pada Dumbledore, bahkan dari Draco pun ia tahu kalau ayahnya itu tidak menginginkan untuk menghancurkan dunia sihir, mungkin sedikit memperbaikinya dari pengaruh buruk yang Muggle bawa ke dunia sihir. Harry tidak buta dengan itu, banyak tradisi di dunia sihir yang ditentang oleh kelahiran Muggle, mereka mengatakan kalau tradisi tersebut adalah kuno atau perkataan lain yang intinya adalah mengecam mereka, namun para kelahiran muggle tidak tahu akan apa yang ada di balik semua tradisi itu, dan semua penyihir sejak zaman dahulu haruslah tahu akan hal itu. Harry tahu kalau Hermione adalah kelahiran Muggle dan mungkin itu akan menjadi kontroversi besar di antara mereka, namun Harry yakin Hermione sebagai penyihir pintar pasti mengerti dan mengetahui akan semuanya, atau Harry harap demikian.

Konsentrasi Harry terpecah saat pintu ruang kebutuhan yang ia diami itu terbuka, Harry mengangkat wajahnya dan menemukan Draco berdiri di ambang pintu dengan tatapan lurus yang mengarah pada Harry. Remaja berambut pirang platinum itu hanya mengenakan baju yang sederhana yaitu atasan berwarna biru pucat dengan dua kancing bagian atasnya tidak dikancingkan serta bagian bawahnya yang tidak ia masukkan ke dalam celana hitam yang ia kenakan. Meskipun begitu sederhana, namun penampilan Draco sangat seksi seperti biasanya, bahkan mengenakan pakaian apapun Draco pasti terlihat seperti seorang pangeran seperti biasanya.

Chasing Liberty (Complete)Where stories live. Discover now