Nayeon mengambil sebagian buku bukunya yang berada di dalam tas berwarna cream, lalu memindahkannya kedalam loker agar tas yang ia gendong tidak terasa berat. Setelah ia selesai, Nayeon menyeleting kembali tasnya sebelum menutup dan mengunci kembali loker berwarna kecoklatan di hadapannya.
Beberapa saat setelah tangan kanan Nayeon berhasil mengunci loker, sesuatu yang ia yakini berasal dari dalam saku jasnya bergetar cukup keras, hingga akhirnya Nayeon mengambil barang berwarna gold itu, lalu mengusap layar dan menekan passcode.
@real__pcy jangan lupa.
Kedua alis Nayeon bertautan, ia terlihat bingung setelah mendapat pesan yang masuk melalui line, dan tertera nama Chanyeol di kolom atas obrolan. Sudah beberapa hari, sejak Nayeon dan Chanyeol bertemu di depan toilet pertama kali, Chanyeol sering mengirimi Nayeon pesan.
Lupa apa?
Nayeon memutar bola matanya ke arah atas, mengingat ingat kembali, apakah ia punya janji dengan Chanyeol? Atau ia sudah mengatakkan sesuatu pada Namja itu, dua detik kemudian satu kalimat muncul di pikiran Nayeon. Ia baru ingat kalau tadi siang Chanyeol ingin mengajaknya pergi.
"Ah," bisik Nayeon, saat ia mulai mengingatnya.
Nayeon memasukkan kembali ponsel berukuran segenggam itu kedalam saku jas, lalu kembali berjalan menuju luar gerbang dan terakhir ia harus ke halte untuk menemui Chanyeol disana.
Baru dua langkah kaki Nayeon keluar dari gerbang sekolah, dan ia hendak berbelok ke arah kiri. Namun, seseorang menahan pergelangan tangannya dari arah yang berlawanan, Namja itu menarik tangan Nayeon tanpa meminta persetujuan darinya.
"Hey!" Teriak Nayeon, namun Namja itu tidak menjawab ataupun menoleh sedikitpun ke arah Nayeon yang berada di belakangnya.
Namja itu melempar tubuh Nayeon masuk ke dalam mobil sedannya, lalu menutup kembali pintu berwarna hitam mengkilat itu sebelum ia masuk ke pintu pengemudi.
"Apa kau gila?" Teriak Nayeon, pada lawan bicaranya yang sedang asik menarik sitbelt lalu mencolokkannya ke dalam pengerat.
Namja berambut hitam pekat dan memakai seragam yang sama dengan Nayeon itu, menginjak pedal dan melajukan mobilnya ke jalan raya.
"Oh Sehun, turunkan aku!" Teriak Nayeon, lagi.
Sehun masih fokus pada jalanan di hadapannya, tangan kanannya ia letakkan di kemudi dan tangan kirinya ia letakkan di atas kepala alat pemindah gigi.
"Oh ayolah, aku tidak ada waktu untuk bertengkar denganmu, aku ada janji dengan seseorang! Cepat turunkan aku."
Sehun masih diam.
"Ya! Turunkan aku!"
Masih diam.
"OH SE-HUN" Teriakkan Nayeon semakin menjadi-jadi.
Sehun masih diam, ia lebih memilih diam dari pada harus menjawab ataupun meladeni ocehan Nayeon karena jika ia ladeni, pasti akan berujung maut. Sehun tidak mau mati, hanya karena hal konyol seperti itu.
Sehun menoleh sebentar, sebelum pandangannya kembali ke jalanan. "Wae?"
"Apa kau tidak mendengarkan ku?"
"Dengar."
"Lalu kenapa kau hanya diam seperti
Itu?""Karena kau sangat berisik."
Oh, Nayeon memejamkan matanya sebentar, lalu menghembuskan nafasnya. Ia memutar tubuhnya menghadap ke posisi yang seharusnya, Nayeon menyandarkan punggungnya sambil berfikir.

KAMU SEDANG MEMBACA
TFF[I] : Girl X Friend
FanfictionCinta itu akan terasa menyakitkan jika kita tidak bisa membaginya. Cinta itu akan terasa membahagiakan jika kita bisa membaginya. Sehun dan Nayeon adalah rival, tapi siapa sangka? Sehun yang tadinya hanya berniat ingin membantu Nayeon menjauh dari C...