Tangan Nayeon bergerak ke kanan dan ke kiri, ia mencoba memberi sedikit demi sedikit udara agar sahabatnya itu masih bisa bernafas. Betapa paniknya Nayeon saat ia melihat Yuki terkapar begitu saja ke tanah, setelah terkena tembakan bola oranye yang terlempar dari lapangan basket.
"Yuki- ya ? Ireonna!" Dengan wajah paniknya, Nayeon terus mencoba membangunkan Yuki.
"Ya! Ini semua karena ulahmu, cepat bangunkan Yuki." Nayeon berceloteh pada namja yang sedari tadi hanya berdiam diri di atas sofa empuk.
"Hanya orang bodoh, yang mencoba membangunkan orang pingsan," kata Sehun, wajahnya terlihat datar dan sama sekali tidak menampakkan rasa bersalah. "Sebentar lagi juga akan bangun, kau itu berlebihan"
Nayeon menoleh, menatap wajah sehun yang hanya asik duduk dan tidak berbuat apa apa. "Kau yang salah, kenapa wajahmu itu terlihat seperti tidak bersalah?"
"Yuki hanya pingsan, dan dia juga tidak mati. Lalu kenapa aku harus bingung?"
Aish! Namja ini benar benar menguji kesabaranku.
"Apa kau belum pernah kehilangan? Merasa kehilangan mungkin? Pasti kau tidak pernah merasakan itu bukan?"
Nayeon bangkit dari kasur, tempat dimana Yuki terbaring. Lalu berjalan selangkah demi selangkah mendekati Sehun, Sehun menatap Nayeon dengan raut wajah yang penuh dengan tanda tanya.
"Apa namja sepertimu, hanya bisa memperlakukan orang seperti ini? Apa kau hanya menganggap diriku dan Yuki adalah yeoja yang lemah? Apa matamu itu sudah tertutup?" Lanjut Nayeon, suaranya sedikit terdengar bergetar di ujung.
Sehun bingung, ia tidak pernah melihat Nayeon seperti itu sebelumnya. Yang ia tau, jika Nayeon sedang marah ia hanya akan diam dan melakukan apa yang Sehun perintahkan. Ya, hanya itu.
"Aku takut jika Yuki," Nayeon menghapus air matanya yang sudah mulai berjatuhan. "Jika Yuki."
Ia tidak dapat lagi melanjutkan kata katanya, Nayeon menjatuhkan dirinya ke lantai marmer yang dingin. Ia menarik kedua kakinya, ia meringkuk sambil terus menangis. Hanya itu yang bisa ia lakukan. Entah mendapat dorongan dari mana, Sehun bangkit dari sofa empuk berwarna putih yang tersedia di uks, ia menghampiri Nayeon yang sedang menangis disana.
Kenapa rasanya menjadi kasihan, kenapa rasanya ia malah menjadi benar benar bersalah. "N - Nayeon- ssi ?"
Tangisan Nayeon malah menjadi jadi, suaranya semakin keras. Hingga membuat Sehun sedikit takut, hati Sehun terdorong untuk mengangkat kepala Nayeon yang merunduk. Namun, tangan Nayeon menangkis tangan Sehun yang sudah sepenuhnya menangkup kepalanya. Wajahnya masih ia sembunyikan di dalam.
"Nayeon- ssi ?" Sehun memanggil Nayeon, tapi tidak ada jawaban.
"Nayeon- ssi ?"
Nayeon tetap diam.
"Jung Na yeon."
Tetap tidak ada jawaban.
"HEY!"
Kepala Nayeon terangkat, ia tersenyum. "Kau takut?"
"EH?" Sehun mengernyit.
"Ah, tidak jadi," Nayeon bangkit, lalu membenahi rok kotak kotak coklatnya. "Namja sepertimu, sepertinya enak untuk di kerjai."
"Apa maksudmu?," Sehun ikut bangkit, matanya masih menatap wajah Nayeon. "Jadi, kau menipuku?"
Nayeon mengibas samping kanan rambutnya dengan sebelah tangan yang sama, ia tersenyum penuh kemenangan setelah berhasil mengelabui seorang Oh Sehun.
"Ternyata kau itu bodoh."
"Apa katamu? Aku bodoh?"
"Memang kau bodoh."

KAMU SEDANG MEMBACA
TFF[I] : Girl X Friend
FanfictionCinta itu akan terasa menyakitkan jika kita tidak bisa membaginya. Cinta itu akan terasa membahagiakan jika kita bisa membaginya. Sehun dan Nayeon adalah rival, tapi siapa sangka? Sehun yang tadinya hanya berniat ingin membantu Nayeon menjauh dari C...